Kolom M.U. Ginting: CARA DUTERTE

M.U. GintingDalam merehabilitasi pecandu narkoba, ada psikoterapi yang membangun kesadaran dari dalam. Namun, semua tergantung niat dan keinginan si pengguna untuk sembuh. Orang normal saja susah sekali membuat perubahan, apalagi orang yang otaknya sudah rusak, dan sudah hampir setengah abad orang-orang psikoterapi mau menyembuhkan pengguna narkoba. Hasilnya omong kosong, kalau kita lihat apa yang terjadi sekarang, dan karena itu juga muncul cara baru membasmi narkoba dan sudah terlihat hasilnya baru 2 bulan saja. Bandingkan metode psikoterapi yang sudah setengah abad itu.

Surrender Or Die, itulah metode ‘terapi’ yang sangat mantap. Selama 2 bulan itu sudah lebih dari 600 ribu yang menyerahkan diri kepada polisi Filipina. Barak militer disiapkan untuk menampung orang-orang ini. Silahkan rehabilitasi diri sendiri, tidak diperlukan psikoterapi. Mereka tahu apa yang mereka harus perbuat, karena dua pilihan tadi.

duterte-12Surrender Or Die telah membangun Strong Will di dalam diri mereka untuk berubah, atau tidak berubah. Metode baru itu hanya 2 bulan sudah jelas hasilnya. Apakah negeri ini mau menunggu setengah abad lagi?

Sekarang sudah terlihat 40-50 orang mati tiap hari, termasuk sebagian anak-anak yang sudah jauh dipengaruhi oleh ulah bisnis narkoba. Tak mungkinlah menunggu setengah abad lagi. Cobalah metode baru ini selama 2 bulan saja, dan kita akan melihat langsung hasilnya.

“Namun, apabila upaya yang dilakukan seluruh elemen, seperti Polri dan BNN tak berjalan mulus, dirinya menyarankan Presiden Joko Widodo turun langsung dalam pemberantasan narkoba di Indonesia, seperti halnya yang dilakukan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte,” kata Kepala Departemen Pengabdian dan Pelayanan Masyarakat DPP Granat (Gerakan Anti Narkoba), Brigjen Pol (Purn) Simson Sugiarto.

Inilah usul yang masuk akal, sama halnya dengan pemikiran Kepala BNN untuk menterapkan cara Duterte. Karena, memang hanya itu saja jalan yang masih ada bagi masyarakat dunia untuk keluar dari dilema narkoba.

Narkoba, Teror dan Korupsi juga tak terpisahkan satu sama lain, karena ketiganya diprakarsai oleh kekuatan luar yang mau mengacau negeri kita. Kekuatan dari Global Hegemony untuk mencaplok kekuasaan di banyak negeri, terutama negeri berkembang yang kaya akan SDA seperti Indonesia.




Narkoba juga banyak accessorinya seperti, Judi, miras, pelacuran/ HIV-AIDS, begal, geng motor, pelecehan sexual termasuk pelecehan anak-anak dari pihak gay. Malah anak-anak ini sering dibunuh juga setelah dilecehkan secara sexual.

Jangan ngomong terapi lagilah, kalau sudah sejauh ini dan sudah setengah abad pula berjalan tanpa ada perbaikan, tetapi malah semakin ganas dan buas tanpa perikemanusiaan. Simson mengatakan, apa pun persoalan yang terjadi dalam pemberantasan narkoba di Indonesia, seluruh pihak harus ikut andil. Tak hanya BNN, namun juga Polri dan masyarakat.

Betul memang, seluruh masyarakat harus ikut andil. Begitulah dilakukan di Filipina, dimana masyarakat setempat diarahkan berpartisipasi, karena mereka tahu betul siapa bandit-bandit narkoba dan segala macam kriminal lainnya yang berada disekitar tempat kediaman mereka.

Bandit dan kriminal ini tak bisa sembunyi dari penglihatan rakyat banyak.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.