Kolom M.U. Ginting: Pemuda Muhamadiyah Dukung Ahok–Djarot

M.U. GintingPernyataan dukungan dari anak-anak muda Muhammadiyah di Jakarta, sangat banyak artinya dalam mendorong penyelesaian yang adil dan jujur dalam kasus ‘pencemaran Al Quran Ahok’. Kasus ini yang dalam prakteknya sudah banyak mengorbankan waktu dan duit (secara ekonomi) bagi Jakarta maupun bagi rakyat Indonesia karena biaya-biaya yang sudah dikeluarkan untuk memenuhi keinginan sebagian elit politik yang mau menuntut serta mengadili dan memenjarakan Ahok, petahana dalam Pilgub Jakarta, atau supaya tidak ikut dalam pertandingan Pilgub DKI itu.   

Rakyat miskin Indonesia lewat pundi-pundi negara telah membayar miliyardan atau triliyunan (?) untuk biaya keamanan serta antisipasi kerusuhan pada demo 411 dan lanjutannya.

Walaupun sekarang sudah terlihat semakin cerah dan berhasil semua usaha menjaga persatuan nasional dan keamanan itu, tetapi kerugian atau biaya yang keluar itu tetap saja sudah hilang dalam menyelesaikan kontradiksi itu.

Terimakasih dan penghargaan rakyat kita yang sebesar-besarnya kepada aparat keamanan dan juga golongan agama MUI, NU, Muhammadiyah dan mayoritas kaum islam bersama tokoh-tokoh agama islam pada umumnya yang tetap tidak terprovokasi oleh dugaan pencemaran agama islam itu. Yang lebih buruk tentu bisa saja terjadi, tetapi itu tidak terjadi karena kesedaran rakyat kita pada umumnya memang sudah lebih tinggi atau jauh lebih tinggi dibandingkan tahun persatuan1965. Saat itu, kita begitu gampang dihasut oleh kekuatan luar sehingga langsung saja bunuh-bunuhan.

Sekarang, semakin sulitlah bagi kekuatan luar itu untuk mengadu domba rakyat Indonesia. Berbeda misalnya dengan negara-negara lain di Timur Tengah yang masih bisa diadu domba sampai perang tak berkesudahan. Bahwa agama masih akan terus dipakai untuk memecah belah atau sebagai alat politik bagi sebagian orang barangkali haruslah selalu kita maklumi dan tidak bisa dihindari. Bahkan pemimpin spiritual dunia yang terkenal itu (Dalai Lama) juga pernah bilang pada tahun 2014: “Religion has become an instrument to cheat people”. Terutama dalam hal korupsi, beliau bilang kalau seorang koruptor sembahyang maksudnya ialah hanya untuk memperlancar kehidupan korupsinya. Dalai Lama mengambil contoh negeri India ketika itu, tetapi tidak perlu disangsikan ini berlaku untuk seluruh dunia dan juga Indonesia.

Kesadaran rakyat kita telah meningkat jauh. Itulah berkat pencerahan dan informasi tak terbatas dari perubahan teknik digital, mengubah komunikasi dan penambahan ilmu pengetahuan semakin luas dan mendalam di dalam semua soal, dan bisa pula diakses oleh semua orang (publik).


[one_fourth]seperti abad lalu di Indonesia[/one_fourth]

Kesedaran itu berubah dan meningkat karena perubahan teknik informasi dan komunikasi. Saling koreksi pendapat serta terus mencari dan mendekati kebenaran dalam soal-soal besar masyarakat, diantara sesama kita semua dan sesama rakyat Indonesia, semakin luas dan mendalam. Dengan begitu, provokasi dan fabrikasi perpecahan yang dilancarkan dari luar oleh kekuatan (Divide and Conquer) seperti abad lalu di Indonesia sudah semakin kecil kemungkinan berhasilnya.

Kasus dugaan ‘pencemaran Al Quran’ kali ini bisa saja tadi bikin perpecahan dan pertumpahan darah yang mengerikan, sekiranya kesadaran rakyat dan pemimpin-pemimpin negeri ini masih belum berubah atau belum meningkat dibandingkan dengan kesedaran dan pemikiran pada tahun 1965, yang tadinya sangat gampag diadu domba dan disulut jadi perang sesama kita. Bukti yang sangat jelas dan betul-betul menakjubkan ialah bahwa demo 411 itu bertahan sangat aman sebelum munculnya provokasi atau provokator yang bikin kerusuhan itu.




Kita bangga dengan kesadaran tinggi anak-anak muda kita dan rakyat kita, aparat keamanan kita bersama presiden kita yang begitu gigih mempertahankan kesatuan nasional itu. Mayoritas rakyat Indonesia, generasi muda dan pemimpinnya telah terlihat lebih mementingkan dan mengutamakan kepentingan bersama secara nasional daripada kepentingan per orangan atau golongan.

Kita sangat bangga pada adanya perubahan besar ini, perubahan yang kompatibel dengan perubahan zaman, walaupun kita masih tetap harus waspada dengan kekuatan Divide and Conquer alias Greed and Power internasional seperti yang pernah digambarkan oleh Paus Fransiskus baru-baru ini sehubungan dengan kritikan-kritikannya atas terorisme, perang dan bisnis senjata yang semakin marak di dunia:  

“Behind all this pain, death and destruction there is the stench of what Basil of Caesarea called ‘the dung of the devil’. An unfettered pursuit of money rules. The service of the common good is left behind. Once capital becomes an idol and guides people’s decisions, once greed for money presides over the entire socioeconomic system, it ruins society, it condemns and enslaves men and women, it destroys human fraternity, it sets people against one another and, as we clearly see, it even puts at risk our common home.”

http://fortune.com/









Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.