Ratusan Petani Jagung di Karo Barat Gagal Panen

Warga Minta Pemerintah Menghidupkan Irigasi dan Membuat Sumut Bor

 

 

kemarau-10YOS GERNOLD TARIGAN. TIGABINANGA. Kemarau panjang di Dataran Tinggi Karo seperti halnya di Kecamatan-kecamatan Tigabinanga, Munte dan Laubaleng yang dikenal sebagai sentra jagung Sumut telah membuat petani jagung setempat gagal panen. Dari pengamatan Sora Sirulo didampinggi beberapa mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Singalor Lau sekitarnya di Kendit Kenderan (Tigabinangga), Gunung,  Lau Kapor dan Munthe [Senin 7/11], terlihat batang-batang jagung tua berwarna kuning dibiarkan begitu saja. Tanpa dipanen.

Menurut salah seorang dari Perkumpulan Mahasiswa Singalor Lau (Septian Sebayang), jagung yang siap panen itu tidak dipanen oleh petani karena tidak ada buahnya akibat terkena kemarau. Buahnnya hanya berupa tongkol. Tinggi batangnya hanya 50 cm serta tidak merata satu sama lainnya.

“Ini semua akibat kemarau panjang. Cuaca menjadi kendala petani. Usai bibit jagung ditanami, hujan pun tidak pernah lagi turun turun. Maka rusaklah pertumbuhan jagung itu dan tidak dapat lagi diberi pupuk,” jelasnya.

Ratusan hektar areal jagung di Kecamatan Tigabinanga gagal panen dan entah berapa ratus lagi di Kecamatan Munthe dan Kecamatan Lau Baleng sekitarnya juga gagal panen.

kemarau-11Menurut Septian Sebayang lagi, gagal panen jagung seperti ini telah berulangkali dialami petani. Kesemuanya akibat musim kemarau.

Dijelaskan oleh Septian yang mahasiswa Fakuktas Tehnik USU ini, air sanggat perlu bagi petani pada musim kemarau. Tapi, pemerintah tidak kunjung juga memberikan solusi, sementara fenomena gagal panen telah berkali-kali terjadi.

“Pemerintah saya lihat sepertinya telah lupa dengan petani. Harusnya dibuatkan areal irigasi dan sumur bor. Padahal, sejak jaman kakek kami dulu semua areal pertanian di Tigabinangga dan Munte ada irigasinya. Ini kok semakin maju zaman, irigasi malahan hilang dan tidak kunjung dibuat,” katanya.

Dengan tidak adanya air maka gagal panen akan terus berlanjut. Ekonomi masyarakat terus menerus akan semakin hancur.

“Ya, gagal panen. Petani tidak bisa beli beras. Apalagi sawah mereka tidak ada karena sudah dialihkan ke pertanian jagung akibat tidak ada irigasi. Petani akan kelaparan dan anak-anaknya putus sekolah. Ke mana pemerintah untuk semua masalah ini!” celotehnya kepada Sora Sirulo.

Hal senada diucapkan oleh Samuel Ginting, seorang petani di Desa Simolap (Kecamatan Tigabinangga) yang sekaligus pemilik gudang penggilingan jagung di desa itu. Diakui oleh Samuel, puluhan hektar areal jagung di Simolap gagal panen.




“Biasanya pada saat begini kami sibuk untuk menggiling jagung dan mengeringkanya di areal gudang, tapi ini lihatlah kosong dan warga sudah banyak yang stress,” keluhnya.

Samuel menjelaskan, kemarin itu, banyak bibit jagung unggul bantuan pemerintah pusat ke petani, tapi itu semua sia-sia karena kemarau panjang. Air tidak ada sehingga bibit yang ditanamkan memang tumbuh tapi kerdil dan tidak mempunyai buah.

Dari pengamatan Sora Sirulo di Kecamatan Munte, pertanian jagung banyak gagal panen. Warga setempat berharap agar pemerintah segera mencarikan solusi untuk masalah gagal panen jagung yang telah sering kali terjadi ini. Untuk diketahui, Kecamatan Tiga binanga sanggup memproduksi jagung 139.101 ton/ tahun (sumber data: BPS Kabupaten Karo Tahun 2012).

Jika dilihat angka tersebut, Tigabinanga tidak bisa dianggap remeh karena masuk jajaran bergengsi di Kabupaten Karo untuk produksi jagung, sedangkan Kabupaten Karo adalah 10 besar penyumbang jagung di Sumut.





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.