Kolom W. Wisnu Aji: RESONANSI PERUBAHAN ALA AHOK–DJAROT

resonanci-2



wijayanto 8Semua gara-gara Ahok, begitulah kira-kira respon mayoritas rakyat Indonesia melihat kondisi Jakarta saat ini. Sejak Ahok ditetapkan sebagai Gubernur DKI menggantikan Jokowi yang terpilih jadi presiden, Ahok seolah menjadi magnet yang luar biasa membuat semua media tertuju padanya; baik yang positif maupun negatif, penuh kontroversi. Resonansi perubahan ala Ahok==Djarot telah menggema dan menggemparkan Jakarta.

Sejak terpilihnya Jokowi–Ahok saat Pilgub 2012 memang fenomena mereka menunjukkan tingkat eksistensi luar biasa. Jokowi yang cenderung kalem dan tenang tapi mampu memberikan solusi setiap masalah Jakarta yang dulunya dianggap tidak mungkin oleh pendahulunya.

Sedangkan Ahok yang mendampinginya dianggap sosok yang tegas serta mampu melawan segala kecarutmarutan Jakarta yang selama ini dicengkeram mafia. Figur Jokowi–Ahok dianggap dan dipercaya oleh seluruh publik Jakarta untuk mendobrak pembaharuan tapi kreasinya mampu dirasakan nyata oleh publik Jakarta.

Pasca Jokowi jadi presiden, fenomena Ahok seakan menjadi magnet luar biasa bagi publik Jakarta apalagi pasca dilantik jadi gubernur menggantikan Jokowi. Ahok seolah menjelma menjadi episentrum pendobrakan perubahan yang selama ini mengalami perlambatan dalam membenahi Jakarta.

Resonansi perubahan ala Ahok–Djarot menggema dan menggemparkan seluruh publik Jakarta bahkan menggaung ke seluruh negeri, karena pola kepemimpinan Ahok yang cenderung kontroversial dan di luar kebiasaan pejabat publik pada umumnya.

resonansi-3
Sophya Latjuba (kanan) menjadi juru bicara Ahok.

Resonansi perubahan ala Ahok selalu menjadi sorotan semua pihak; baik publik Jakarta maupun mayoritas rakyat Indonesia. Gaya komunikasi Ahok yang kontroversial serta ceplas ceplos baik yang positif maupun negatif selalu menjadi bahan perbincangan di seantero negeri.

Resonansi perubahan ala Ahok secara positif mampu membawa banyak dampak transformasi perubahan yang ada di Jakarta mulai dari perubahan sistem, perubahan perilaku birokrasi, perubahan infrastruktur maupun perubahan gerakan partisipatoris warga dalam merubah Jakarta dengan terobosan.

Contoh paling terngiang diingatan publik ketika Ahok harus berbeda pemahaman dalam merumuskan APBD DKI Jakarta. Dia harus berbenturan sangat keras dengan DPRD yang selama ini dianggap sarang ‘kong kali kong’ serta korupsi dalam memainkan sistem ijon proyek pembangunan yang dibiayai anggaran Pemprov DKI.

Langkah resonansi Ahok juga menyentuh pada perubahan perilaku birokrasi yang dianggap lambat dan eksklusif penuh sarang korupsi. Ahok berani mengobrak-abrik tatanan birokrasi menjadi lebih responsif, transparan dan akuntabel serta kerja cepat. Bahkan Ahok berani membongkar kebusukan budaya koruptif birokrasi sehingga, ketika ada birokrasi yang menyimpang, langsung ada kebijakan khusus mulai dari mutasi hingga pemecatan tergantung tingkat kesalahannya.

istri-ahok
Istri Ahok yang selalu berpenampilan sederhana/

Dalam sistem kultur masyarakat, ternyata Ahok berani mentradisikan sebuah kultur masyarakat yang dulunya jaman SBY presiden dan Fauzi Bowo jadi gubernur banyak progam yang memanjakan dengan sistem program-progam bantuan, coba dirombak oleh Ahok melalui program  kemandirian yang partisipatoris. Dengan begitu, warga Jakarta diberikan pancing untuk menggerakkan ekonomi Jakarta yang kuat tanpa kemanjaan ala SBY lewat BLT atau program bantuan sejenisnya.

Dalam sektor riil pembangunan, dapat dilihat dari gencarnya pembangunan infrastruktur fisik dalam upaya mencari solusi kemacetan dan banjir yang semakin akut di Jakarta. Mulai dari penguatan bus transjakarta, MRT, LRT hingga transportasi khusus warga kurang mampu direalisasikan dan terus dituntaskan untuk mengatasi macet Jakarta.

Dalam penangan banjir pun Ahok mampu memberdayakan warga miskin di daerah tersebut untuk disejahterakan lewat pasukan oranye. Pasukan oranye dianggap berhasil membangun branding Jakarta bersih lewat langkah kongkrit sungai bersih serta nyaman. Di jaman Foke, masih sekedar mimpi. Pasukan oranye adalah wujud Ahok hadir di tengah rakyat Jakarta.

Dalam orientasi tujuan ahok menguatkan pasukan oranye disatu sisi kebersihan serta banjir jakarta mampu berhasil dikurangi dan juga sisi lainnya pengangguran level bawah berkurang dan bahkan lebih sejahtera karena penghasilan pasukan oranye meningkat tajam era ahok .

Dalam perubahan metode penggusuran pun dianggap jaman Jokowi–Ahok saat ini lebih memanusiakan korban penggusuran. Dari mulai proses dialogis hingga relokasi ke Rusun dengan fasilitas lengkap yang bikin betah. Dulu, kalau digusur dibiarkan tidak terurus.




Namun, dari semua kebanggaan prestasi Ahok saat jadi gubernur, ternyata dari statemennya ada yang dianggap kontroversi negatif dibumbui provokasi lewat medsos membuat Ahok ada celah diserang oleh kelompok asal bukan Ahok. Bahkan gara-gara statemen kontroversinya yang dianggap mencederai sebagian kelompok muslim diduga menghina agama walaupun masih multi-intrepretasi.

Karena ada celah tersebut, yang membuat kelompok anti Ahok ada celah untuk menyerang, digemakan ke seluruh negeri untuk pembentukan opini secara nasional.

Tapi untungnya warga Jakarta tidak begitu ngefek dengan strategi pembusukan yang diterapkan oleh lawan politik Ahok yang menggunakan isu agama. Ahok dianggap masih yang terbaik untuk meneruskan kepemimpinan Jakarta periode ke dua karena Jakarta butuh sosok tegas serta berani mengatasi segala carut marut Jakarta dari kuatnya cengkeraman mafia.

Butuh sosok kayak Ahok yang tegas tanpa obral janji. Hasil track record dan prestasi kerjanya konkrit dapat dirasakan warga Jakarta secara menyeluruh; baik mulai kebijakan untuk kaum miskin hingga yang kaya. #SalamPencerahan

Dipublikasikan oleh:
CENTER STUDY REPUBLIC ENLIGHTMENT FOR PROGESIF MOVEMENT (CS REFORM)





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.