Kolom M.U. Ginting: TERORIS HANTU




Teroris di Timur Tengah seperti di Syria dan Irak (ISIS) terlihat jelas bagi semua; sikap dan perbuatannya yang terus terang tak sembunyi. Membunuhi orang kafir, mengadu domba Sunni dan Shia dan bersama Sunni menyerang Shia, menyerang pasukan pemerintahan Syria dan Irak memuluskan jalan menjarahi SDA (minyak) Syria dan Irak. Triliunan dolar sudah mengalir ke tangan majikan ISIS. Tujuan utama sebenarnya bagi majikan ISIS ialah duit, duit, dolar, dolar . . . Dilihat dari hasil duit ini, tugas utama ISIS pada pokoknya sudah selesai, triliunan dolar sudah selesai dijarah. Negara atau negeri selanjutnya menyusul, di mana ada kemungkinan dan paling banyak pula duitnya.

Tujuan lain yang juga sangat penting bagi majikan ISIS ini ialah merusak homogenity satu nation atau semua nation dunia menjadi masyarakat ‘multikulti’ atau multikulturalisme, menghindari persatuan dan kesatuan nasional seperti yang ada di Indonesia (NKRI). Maksudnya supaya gampang dipecah-belah.

Siapa majikan ISIS?

Jelas bagi semua bahwa ISIS di Syria dan Irak tidak pernah menutupi perbuatannya. Mereka merampok bank, menjarahi minyak (SDA) seharga Triliunan, dan bunuh siapa saja yang jadi musuhnya; yaitu, selain pemerintah Syria dan Irak, juga Shia, ‘kaum kafir’, dan suku-suku bangsa yang bukan muslim atau muslimnya dianggap tidak seperti ajaran muslim ISIS.

Wakil Ketua Komisi III DPR Desmond J Mahesa membedakan teroris ISIS dengan teroris di RI. Dia mengibaratkan keberadaan teroris di Indonesia seperti hantu karena antara ada dan tidak ada. Sebab, selama ini wacana adanya ancaman teroris selalu berasal dari pemerintah dan aparat sendiri. Teroris di Indonesia seperti hantu karena tidak pernah terbuka, kata Desmond.

Karena yang selalu bilang adalah pihak aparat . . . dan tidak pernah terbuka” (merdeka.com) 

“Ancaman teroris selalu berasal dari aparat sendiri,” kata Desmond memang betul begitu.

Kita lihat misalnya teror Bekasi yang kemarin itu, juga dari aparat. Bomnya hebat, katanya jauh lebih hebat dari TNT, dan kemungkinan ada kimianya, katanya lagi. Tetapi hebatnya, kata aparatnya lagi, Densus sudah menjinakkan kekuatannya jadi tinggal seperlima saja, katanya lagi, sehingga letusannya tinggal kayak mercon biasa saja. Publik diperlakukan seperti anak-anak, bom lebih hebat dari TNT yang diduga katanya ada kimianya juga, bisa dijinakkan jadi kekuatan mercon biasa, tidak berbahaya lagi.

Walaupun bomnya sudah dijinakkan, katanya lagi penjagaan peledakan bom hebat itu berlapis-lapis juga, “Saking bahayanya barang ini, di titik nol itu cuma dari Densus dan Gegana”, lapis ke 2 Brimob, dan lapis ke 3 polisi biasa.. . . (lihat di SINI). 

Wow . . .  memang luar biasa bom ini dan lebih luar biasa hebatnya tentu Densus Gegana itu sendiri. Atau, sepertinya, mau mengatakan supaya semua tunduk dan harus takut kepada hantu teroris ini, termasuk presiden karena memang mau diledakkan di istana seperti rencana semulanya menurut aparat itu juga. Daya menakut-nakutinya memang tinggi deh. Padahal, Presiden Jokowi begitu teror Thamrin ditumpas habis, bilang kalau teroris tak perlu ditakuti karena tujuannya memang menakut-nakuti publik, katanya.





Hebatnya, kata-kata Jokowi ini berdampak besar juga di Eropah, teroris tak ditakuti lagi di banyak negeri, kecuali Hollande yang bikin a state of emergency seluruh Perancis karena takut teroris Islam ini. Dia bahkan memperpanjang emergencynya itu setelah teroris psikis pemabuk narkoba supir truk gilas banyak orang di Nice. Begitu merosotnya pemikiran Hollande sehingga tak berani ikut lagi dalam Pilpres Perancis yang akan datang ini.  

Kalau teroris ISIS sudah bukan rahasia lagi yang membentuk ialah Trio Obama-Clinton-Ford, hantu reroris RI ini siapa yang membentuk, ya? Densus pasti tahulah kayaknya.

Ketika muncul teror Thamirn Januari lalu, lantas terlihat desakan ke DPR supaya secepat mungkin selesaikan revisi UU terorisme, tetapi desakan itu sepertinya tertunda saja, karena banyak beda pikiran, termasuk dari pihak TNI. Artinya, kalau terorisme itu memang berbahaya bagi existensi negara, maka TNI harus dilibatkan.

Jadi harus ada lebih dulu apa itu terorisme. Apa definisinya? Kalau seperti ISIS sudah jelas membahayakan negara dan militer tak bisa hanya diam menonton saja. Tetapi kalau teroris Indonesia itu hanya ‘hantu’ . . . definisi hantu apa?

Teror Thamrin diduga juga untuk mempercepat revisi uu terorisme. Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin menganggap belum terlihat urgensi dalam revisi UU tersebut.

“Revisi itu suatu hal yang wajar dan kadang perlu dilakukan karena UU kan juga produk manusia. Tapi urgensi revisinya di mana? Apa alasan yang mendorongnya harus jelas,” kata Din di kantor MUI, Jl Proklamasi, Jakarta Pusat [Rabu 20/1] (detikNews).

Ia menghimbau sebaiknya pemerintah tak buru-buru mengambil keputusan untuk merevisi UU tersebut lantaran adanya aksi teror bom di Jl MH Thamrin pekan lalu. 


”Menurut Din Syamsuddin, ”saat ini orang bisa saja menilai ada tujuan lain yang menunggangi revisi UU ini dan menjadikan peristiwa teror bom sebagai dasar.” Jadi, perubahan itu direkayasa dengan teror, tentu supaya ada perubahan yang menguntungkan terorisme, sehingga bebas saja seperti Densus 88 menindak terrorisme, bunuh, tembak, tak ada yang hidup. Dengan ”cara-cara seperti itu akhirnya membuat aktor intelektual dari aksi terorisme tidak terungkap,” kata Din kepada VIVAnews, Jumat 10 Mei 2013.

Dua pekan lalu (6 Desember 2016) seperti dirilis merdeka.com, Kepala BNPT mengulangi lagi untuk mempercepat usulan revisi uu terorisme ke DPR, karena katanya kebutuhan UU Terorisme kuat sangat mendesak sekarang ini. Tetapi jawaban dari DPR tidak terburu-buru menyelesaikan Revisi UU itu karena masih perlu menyerap aspirasi masyarakat terhadap penindakan terorisme. Pihak DPR tak ingin terburu-buru menyelesaikan RUU Terorisme. Selain itu, DPR juga tak ingin merusak hubungan antara aparat penegak hukum di Indonesia, terlebih sejak semula juga ada usulan dari pihak TNI, dalam penanganan, pencegahan dan penindakan terorisme.

Bulan Agustus tanggal 25 lalu malah seorang Napi terorisme Ali Imron (teroris Bali, dihukum seumur hidup) didatangkan ke Gedung DPR ikut rapat dengan Pansus Terorisme DPR, menjadi salah satu nara sumber. Imron bilang: “Supaya RUU ini dirapikan, supaya kemudian kalau ini digodok lagi, supaya bisa memahami semua. Artinya masyarakat juga perlu memahami UU Anti Terorisme, di antaranya adalah bagaimana pemikiran kami, akidah terorisme, keyakinan,” ujar Ali Imron di Gedung DPR, Senayan, Jakarta [Kamis 25/8] (detikNews). 

Ha ha, kelihatannya bagi Pansus DPR ini teroris Imron seakan-akan berperan sebagai guru besarnya bikin Revisi UU Teroris. Selain itu, ‘guru besar’ ini juga bilang: “Antaranya saya ceritakan bahwa permasalahan terorisme yang menyeret kami betul-betul masalah yang murni dari kami, tidak ada konspirasi dari mana-mana, pesanan dari mana-mana. Murni dari kami yang tujuan jangka panjangnya ingin menuju negara madani. Jangka pendeknya melakukan jihad melawan pihak-pihak yang kami anggap musuh.”

“Tidak ada konspirasi dari mana-mana, pesanan dari mana-mana,” wow . . .  apa ada yang menuduh konspirasi? Sudah terasa?

Bagi masyarakat dunia dan mungkin sebagian besar publik Indonesia sudah sangat jelas kualitas pengetahuannya soal terorisme. 

Teroris ISIS yang dibentuk oleh Trio Obama-Clinton-Ford sebenarnya adalah pesanan dari The Secret Government AS, dan ini sesuai juga dengan definisi Prof Chossudovsky dari Ottawa University bilang tentang terorisme: 

“The so-called war on terrorism is a front to propagate America ’s global hegemony and create a New World Order. Terrorism is made in USA, The global war on terrorism is a fabrication, a big lie.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.