Kolom Asaaro Lahagu: Fitnah Jokowi Lewat Buku “Jokowi Undercover”, Rahasia Bambang Tri Terbongkar

Jokowi di Malam Tahun Baru 2017




Saat saya baca cuplikan buku “Jokowi Undercover” yang ditulis oleh Bambang Tri, nalar saya teraduk-aduk. Adukan nalar saya ibarat adukan kopi, susu, lemon, teh, dicampur dengan jus jeruk, rasanya tak jelas. Umumnya, jika membaca buku hebat, mata pembaca melotot, otak tercerahkan, hati terbuka dan nalar mendapat iluminasi yang berarti penerangan. Akan tetapi membaca buku Bambang Tri, pembaca seolah-olah dituntun ke lorong-lorong yang semakin gelap.

Saya sendiri mencoba berulang kali secara obyektif membaca cuplikan buku itu untuk mendapat kebenaran. Namun usaha saya tetap sia-sia. Isinya tetap membuat dahi saya berkerut. Alasannya, ada banyak hal dalam buku tersebut yang dicocok-cocokan alias cocokologi tanpa bukti-bukti yang valid. Logikanya juga amat kental dicocok-cocokkan.

Dalam buku Jokowi Undercover, Bambang Tri menulis bahwa Michael Bimo Putranto (Kader PDIP yang berasal dari Solo), satu keturunan dengan Presiden Jokowi dan terhubung dengan  Partai Komunis Indonesia (PKI). Menurut Bambang,  ibu kandung Jokowi juga merupakan ibu kandung Michael Bimo Putranto. Bambang Tri meyakini bahwa Sudjiatmi, bukanlah perempuan yang melahirkan Jokowi, melainkan Sulami, Ibu Michael Bimo Putranto.

“Bahwa Ibu Sudjiatmi bukan ibu kandung Jokowi, sudah demikian jelas terungkap dari fakta-fakta yang saya uraikan di depan,” tulis Bambang Tri dalam bukunya pada halaman 153.

“Tapi Tuhan tidak adil kalau Dia tidak memberi jalan kepada kita mengetahui siapa ibu kandung Jokowi, karena banyak orang yang mengaku sebagai kiai dan santri justru ikut-ikutan menganggap tidak penting siapa ibu kandung Jokowi,” tulis Bambang Tri lagi.

Bambang Tri juga meyakini dalam bukunya bahwa Jokowi merupakan anak PKI tulen dengan menyebut bahwa ayah Jokowi, Widjiano Noto Mihardjo, adalah tokoh berpengaruh di PKI.

“Jokowi sudah mengaku bahwa bapaknya bernama Widjiatno Noto Mihardjo, meskipun dia menyembunyikan foto bapaknya itu seperti orang menyembunyikan gambar porno dari mata anak-anak kecil,” tulis Bambang Tri lagi.

Terkait dengan apa yang ditulis oleh Bambang di atas, maka kalau ditelusuri ke belakang, tuduhan Bambang Tri itu tak terbukti. Sejak Pemilihan Prsiden 2014, tuduhan bahwa Jokowi sebagai anak PKI, ibu kandung Jokowi bukan Sudjiatmi dan seterusnya sudah dihembuskan. Bahkan nama Widjiano Noto Mihardjo, disebut sebagai tokoh PKI pun sudah muncul pada kampanye Pilpres ketika itu. Namun sejauh ini sama sekali tidak ada bukti yang akurat, valid dan reliable yang bisa membuktikan berbagai tuduhan tersebut. Bisa disimpulkan bahwa tuduhan terkiat ibu kandung Jokowi, Jokowi anak PKI, Ayah Jokowi tokoh PKI, hanyalah sebatas rumor, gosip, propaganda dan bahkan fitnah keji.

Maka ketika Bambang Tri akhirnya ditangkap oleh polisi berdasarkan laporan Michael Bimo, saya sangat setuju. Apa yang dikatakan oleh Bambang dalam buku itu tidak lebih dari  pengembangan ilmu cocokologi. Sebagian besar hal yang ditulis dicocok-cocokkan satu sama lain dengan amat kental. Alhasil buku: “Jokowi Undercover” yang berarti  Rahasia Jokowi dengan sendirinya berubah menjadi “Bambang Tri Undercover” yang berarti Rahasia Bambang Tri. Lewat buku itu, justru rahasia Bambang Tri yang terbongkar. Lalu apa rahasia Bambang Tri itu yang terbongkar itu?

Pertama, motif Bambang Tri yang menulis buku itu sebagai tindakan bela negara, tetapi sebetulnya untuk mendapat keuntungan ekonomi. Menurut polisi, Bambang menulis buku itu hanya didasarkan keinginan untuk menarik perhatian masyarakat agar membeli bukunya. Rupanya Bambang terobsesi menjadi penulis hebat yang mampu menerbitkan buku hebat nan kontroversial. Sialnya, justru otak Bambang yang terbongkar kontroversial, tak waras dan kebablasan.

Ke dua, Bambang mengklaim bahwa buku itu ditulis dengan fakta-fakta. Namun setelah diselidiki polisi, klaim Bambang itu terbongkar. Nyatanya fakta-fakta dan data-data yang dimiliki  Bambang hanya berupa sangkaan dan tuduhan pribadi. Bambang kemudian diketahui tidak memiliki dokumen pendukung terkait tuduhan kepada Jokowi. Menulis buku dengan hanya sangkaan dan tuduhan pribadi amatlah mengerikan.

Ke tiga, Bambang mengklaim bahwa ia memiliki bukti-bukti foto yang otentik. Nyatanya Bambang mengungkap analisa fotometriknya tanpa didasari keahlian. Ia hanya menyunting foto-foto Jokowi yang dimirip-miripkan dengan Michael. Dengan kata lain, analisa fotometrik Bambang hanya didasarkan persepsi dan perkiraan pribadi.

Ke empat, Bambang Tri menyebarkan foto barengnya dengan Fadli Zon, Wakil Ketua DPR, untuk menguatkan kehadiran buku itu. Nyatanya menurut pengakuan Fadli Zon, foto bareng dengan Bambang Tri itu terjadi 4-5 tahun silam dan setelahnya tidak pernah berkomunikasi dengannya. Dukungan dari Fadli Zon yang tadinya diharapkan Bambang, malah berubah menjadi tuntutan. Fadli Zon mengatakan kalau yang ditulis hanya fitnah dan data tak akurat, Bambang harus berhadapan dengan hukum.




Ke lima, pada status facebooknya Bambang menulis bahwa terkait dengan kegiatan bela negara yang dilakukannya, siapapun yang menghalanginya termasuk Presiden, akan dia lawan sampai titik darah yang penghabisan. Nyatanya, saat ia ditangkap dan sekarang ditahan di Rutan Polda Metro Jaya, Bambang tidak berkutik. Tidak ada perlawanan sedikitpun. Darahnya juga tak ada setetes pun yang tumpah. Pun tidak ada demo bela Bambang Tri I, II dan III.

Ke enam, Bambang Tri yang semula bermimpi sebagai penulis hebat, bak Andrea Hirata penulis Laskar Pelangi atau Moammar Emka penulis Jakarta Undercover, nyatanya ia tidak lebih dari penulis karbitan, penyebar fitnah keji, dan Ingin mendapat keuntungan materi dari penderitaan orang lain.

Jadi, buku Jokowi Undercover hanyalah sebuah fitnah dari Bambang Tri untuk sekedar mencari panggung, mendapat ketenaran seperti Jonru Ginting, mendapat keuntungan ekonomi dan membongkar sendiri kebohongannya dengan menjadi pahlawan di penjara. Begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.