Kolom M.U. Ginting: Rizieq Akan Menjadi Tersangka?

 

Sebagaimana diberitakan oleh merdeka.com, Kapolda Jabar membuka kemungkinan meningkatkan status penyelidikan ke penyidikan dalam kasus yang menjerat M. Rizieq Shihab (Rizieq dilaporkan oleh Sukmawati Soekarnoputri atas dugaan penodaan simbol negara, Pancasila).

“Kita sedang lebih melengkapi bukti-bukti lain, dan dalam waktu dekat bersangkutan akan dijadikan tersangka,” kata Anton di Mapolda Jabar [Jumat 13/1] sebagaimana diberitakan oleh merdeka.com. 

Tersangka atau tidak, persoalan yang selalu menarik dan melibatkan banyak orang (karena bisa mengikuti lewat internet, bukan hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia) adalah soal keseimbangan antara hak bebas bicara atau berpendapat (freedom of speech) dengan kewajiban untuk tidak merugikan orang lain sebagai akibat dari kebebasan berpendapat itu (defamation law, hukum tentang fitnah).

Dalam banyak hal, memang gampang untuk bisa secara jelas membedakannya, seperti misalnya bikin ‘sweeping’ atau obrak-abrik warung nasi atau warung penjual bakso waktu bulan puasa, dari pihak organisasi tertentu atau orang tertentu. Ini jelas tidak patut, semua orang bisa melihat, biarpun  tanpa pengetahuan hukum karena persoalannya jelas tidak menghormati hak orang lain dan jelas merugikan pihak lain. Atau, di sini bisa dengan gamblang tak meragukan dimasukkan ke dalam kriteria kriminal tindak pidana.

Yang lebih rumit lagi ialah hasil karya seni seperti karikatur Nabi Muhammad yang dianggap menghina bagi sebagian pemeluk agama (Islam). Tetapi, ini bisa berlainan pengaruhnya bagi berbagai negeri. Mungkin termasuk dipengaruhi kultur dan way of thinking yang berbeda.

Di negeri Barat, tidak begitu besar pengaruhnya (sesama orang Barat sendiri). Hal lain yang bagi negeri tertentu sudah jelas fitnah tetapi  bagi beberapa negeri didiamkan saja oleh orang yang terfitnah, terutama kalau yang terkena adalah pejabat publik. Fitnah dengan kata-kata kasar terhadap Jokowi ketika Demo 411 tidak dilanjutkan oleh yang terfitnah (Presiden Jokowi). 

Juga ketika Pilpres AS dimana Trump terang-terangan menuduh Obama sebagai pendiri ISIS dan Hillary Clinton sebagai co-foundernya. Obama maupun Clinton tidak menggubris fitnah Trump. Terakhir lagi ialah adanya fitnah terhadap Trump soal ‘golden shower’ ketika Trump di Moscow katanya dia mengundang pelacur-pelacur Rusia ke hotelnya yang juga tadinya hotel yang diinap oleh Obama ketika ke Moscow. Dalam ‘show’ itu katanya ranjangnya dikencingi karena ranjang itu bekas dipakai Obama ketika dia di Moscow.

“Dikencingi karena Trump sangat dendam kepada Obama,” katanya.

Sandiwara fake ini yang barusan saja meluas cepat, bahkan mengikutkan aparat tinggi negara AS yaitu FBI dan CIA. Sudah ditelanjangi oleh berbagai media bahwa berita itu sepenuhnya fake, dikarang-karang saja untuk usaha menghindari atau mengganggu peresmian Trump sebagai presiden, memasuki Gedung Putih 20 Janauari nanti.

Diduga sebelumnya sandiwara ini dikarang dalam web 4Chan yang suka bikin kelakar dan hoax di webnya.  Sandiwara ini terdiri dari 35 halaman kemudian jatuh ke tangan McCain seorang senator neocon (R), tetapi anti-Trump. Dari tangan McCain kemudian sampai ke tangan FBI dan CIA, dan dari sini ‘dibocorkan’ ke Media dan dicetak serta disiarkan oleh CNN dan Buzzfeed ke banyak media lainya. Tetapi, media besar seperti Washington Post tidak menyiarkan karena katanya isinya masih belum diverifikasi.

Sudah jelas terang benderang bahwa dokumen (dossier) itu tidak benar dan ngarang saja atau dikarang saja supaya mengganggu peresmian Trump. Tetapi, mengapa Trump tidak mengadukan ke pengadilan, fitnah yang begitu kasar dan ceroboh. Pada hal di AS ada hukumnya dalam defamation law itu.

Dalam fitnah Trump terhadap Obama dan Clinton, sebagian berpendapat bahwa kalau pun Obama mengadukan halnya ke pengadilan, diduga dia tidak akan bisa menang di pengadilan. Atau persoalannya akan berlarut-larut memuakkan bagi semua pihak, tetapi juga mengingat bahwa sasarannya juga adalah pejabat publik, bukan perorangan.  

Soal lainnya yang hakiki ialah bahwa pemerintahan Obama, sama halnya dengan pemerintahan lain-lainnya sejak era Andrew Jackson, pemerintahan AS telah dimiliki oleh pemilik duit bankir besar AS, jadi Obama hanyalah boneka pemilik finans ini. Presiden Roosevelt bilang Tahun 1933:

The real truth of the matter is, as you and I know, that a financial element in the large centers has owned the government of the United States since the days of Andrew Jackson.”

Andrew Jackson jadi presiden 1829-1837. Orang-orang inilah sebagai pemilik pemerintahan AS dan penguasa sesungguhnya di belakang layar. Kekuasaan ini biasa juga disebat sebagai ‘double government’, ‘secret government’ dsb..

Jadi, gerakan pecah belah teroris ISIS di Irak dan Siria, kalaupun Trump terang-terangan menuduh Obama dan Clinton sebagai pendirinya, sesungguhnya gerakan itu diprakarsai dari belakang layar oleh ‘the secret government’ itu lewat Obama/ Clinton sebagai orang yang terpilih secara resmi lewat Pilpres. The secret government ini masih terus memerintah sampai sekarang. 

“Vote all you want. The secret government won’t change. The people we elect aren’t the ones calling the shots,” kata seorang profesor dari Tufts University Michael Glennon.

Tetapi, dengan kemenangan Trump, sangatlah tidak sama jika Clinton yang memenangkan Pilpres lalu. Kemenangan Trump sebagai orang kanan baru AS penentang The Establishment, kemungkinan akan bikin sejarah baru perkembangan AS dan dunia. Sandiwara ‘the golden shower’ tentu tidak bisa dipisahkan dari usaha-usaha sekarat penentang Trump (The Establishment)  untuk menggagalkan peresmiannya masuk Gedung Putih.

Nasionalist Trump akan berperang di 2 front, yang satu dalam memenuhi janjinya kepada rakyat AS soal perubahan, dan yang satunya lagi menghadapi front yang luar biasa kuatnya ‘the secret government” yang sudah terbiasa memainkan presiden-presiden sebelumnya sejak era Andrew Jackson seperti terakhir memainkan Obama-Clinton-Ford (Ford adalah Dubes AS di Syria ketika itu itu).

Trump adalah presiden pertama sejak era Andrew Jackson yang menentang The Establishment, the secret government, menentang PC (Political Correctness) yang selama setengah abad jadi senjata ampuh penguasa Greed and Power ini. Trump dengan tegas menyatakan ketidaksukaannya atas Nato dan juga PBB. Dan sudah menarik diri dari  the Trans-Pacific Partnership (TPP) buatan ‘boneka’ Obama. Trump menginginkan persoalan antara berbagai negeri diselesaikan secara bilateral, tanpa organisasi ke 3, seperti PBB, Nato, UE, TPP dsb.




Karena itu, juga sangatlah masuk akal kalau Obama/ Clinton tidak mungkin mengadukan Trump atas fitnahnya, karena dengan bukti-bukti di pengadilan akan bisa membongkar segala rahasia dan kegiatan di belakang pemerintahan Obama (the secret goverment).  

Kita bisa juga membandingkan dengan tuduhan fitnah atau penistaan agama Ahok di pengadilan. Apa jadinya? Semakin jelas apa dan siapa dan bagaimana duduk perkaranya yang sesungguhnya soal penistaan agama Ahok itu. Makin sangat jelas bagi publik dan rakyat umum apa yang terjadi. Pelajaran yang sangat berharga dan PENGETAHUAN semakin tinggi dalam soal ‘tersangka atau tidak tersangka’, soal agama maupun soal saling toleransi sesama penduduk bangsa yang bhinneka ini.

NKRI, semangat dan kesedaran nasonalismenya, solidaritas dan toleransi sesamanya sudah semakin kuat dan semakin lebih kuat dalam semua kejadian negatif 411 dan 212 . Di AS, Trump juga terlihat semakin tangkas dan kuat dalam usahanya menasionalisasi AS setelah sandiwara fake ‘the golden shower’, dengan semboyan terkenal ‘America First’ dan ‘Make Ameria Great Again’. 

Tersangka atau tidak tersangka, kebebasan berbicara dan kewajiban menghormati yang lain adalah pengetahuan, dan itu sudah semakin tinggi. Semakin tinggi pengetahuan soal apa saja, semakin cepat dan tepat solusi bisa ditemukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.