Tanah Berjiwa, Taneh Karoku, Hormatilah

Oleh: Liasta Karo-karo Surbakti (Jakarta)

 

Untuk Bupati, Wakil Bupati serta seluruh SKPD Kabupaten Karo, dan DPRD khususnya Kepala Perijinan terpadu Karo. Gambar baliho mempunyai pesan dan makna. Gambar baliho itu mencerminkan ketidakberpihakan pada budaya Karo.

“Di mana Langit dijunjung di situ tanah dipijak,” kata saudara kita Padang. Artinya, kearifan lokal budaya setempat tanah yang dipijaknya itu memiliki tendi (jiwa), hormatilah.

Walaupun baliho sudah diturunkan dan diambil, bukan berarti masalah sudah terselesaikan. Ini harus dipertanggungjawabkan. Kalau tidak, ini merupakan contoh tidak baik bagi warga kita semua (mosi tidak percaya). Hendaknya pejabat Karo mempunyai pemikiran ke depan bagaimana kemajuan Karo dan budaya bisa dipertahankan.

Kami harapkan adanya Perda Budaya Karo bagaimana penghayatan dan pengamalan budaya karo diaplikasi oleh pejabat-pejabat, pengusaha hotel dan rumah makan serta masyarakat Karo.

Inilah yang perlu diingatkan kepada si natang layar-layar (nahoda) Kabupaten Karo. Cukuplah penderitaan masyarakat Karo dalam penanganan Sinabung sudah 6 tahun tidak selesai-selesai sampai sekarang. Pernahkan kita berpikir bagaimana mereka bisa bangkit kembali?

Ulanai Tambahindu ate kami mesui e… Bias bias me. Kami tunggu aksindu kerina… adi la lit … lanai kueteh erbelas-belas. Presiden naring ajak kami ku Tanah Karo. bujur.




One thought on “Tanah Berjiwa, Taneh Karoku, Hormatilah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.