Kerja Amal di Trotoar Jamin Ginting

Menunggu angkot berhenti untuk kemudian menyodorkan kotak amal ke penumpang.

Oleh: Hevi S. Tarigan (Medan)

 

Ada pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang”. Berawal dari ketidakkenalan dan bertemu karena komunikasi. Berkarya karena hati nurani melihat korban bencana alam gempa bumi. Kami bergerak ke jalan mengumpulkan bantuan.

Sebelum berangkat dari rumah, beberapa teman saya bujuk untuk ikut ambil bagian. Ada sebagian menjawab “ga sempat, banyak kerjaan”. Paling parahnya lagi, saya dibilang “sinting, kurang kerjaan, dan lainnya”.

Awalnya saya berpikir apa ia aku sesinting itu.

“Ah, orang itu pun berani kok,” pkirku dalam hati.

Menghitung uang yang terkumpul

Awalnya, dag dig dug ser. Tapi, karena kepercayaan, kaki melangkah dari rumah menuju titik kumpul yang ditentukan. Sesampai di sana, geleng-geleng lah. Dari titik kumpul, kami melangkah menuju Simpang Pos, Medan. Malu, tidak pede, tapi muka tembok, muka merah seperti tomat mateng, biarin sajalah toh karena dukungan abang-abang dari Grup Jamburta Merga Silima, jadi grogi pun hilang.

Pengalaman pertama soalnya, sempat berkata dalam hati: “Kok lebih gereget gini ketimbang persentase depan dosen-dosen dan orang banyak yang dikenal?”

“Ini gak dikenal kok grogi?” gumamku .

Tapi, abang-abang itu berkata: “Pagi lanai bo kam tandena dekku. Santai saja.” Membaralah semangatnya terbakar seperti api yang bekobar-kobar. Semoga ini awal kekompakan, semangat kekompakan kita kawan. Mari berbagi rejeki dan berbagi kasih buat saudara-saudari kita.

Buat yang udah berbagi rejeki, Hevi doain semoga rejekinya sampe 7 turunan, 8 tanjakan, 9 tikungan dan 10 polisi tidur, ya pak buk.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.