Kolom Asaaro Lahagu: Tito Mulai Sukses Lemahkan Rizieq

 

Taktik Tito menekuk Rizieq terlihat mulai berhasil. Kini Rizieq mulai kewalahan memenuhi panggilan polisi terkait kasusnya. Bendera putih yang dikibarkan oleh Rizieq dengan meminta polisi agar melakukan mediasi dengan para pelapornya adalah indikasi bahwa Rizieq mulai sadar akan kekuatannya yang sia-sia.

Rizieq pun tidak berani datang sendiri memenuhi panggilan polisi. Jelas ia takut jika ditahan. Rizieq juga dipaksa untuk selalu membawa massa agar bisa menekan polisi. Lalu, sampai kapan Rizieq sanggup mengerahkan massa? Mampukah Rizieq bersaing dengan sumber daya kepolisian?

Indikator lain bahwa Tito mulai sukses lemahkan Rizieq, terlihat pada massa FPI yang demo pada hari Senin [23/1]. Massa FPI dan beberapa Ormas lain terlihat semakin sedikit. Massa FPI itu tidak lebih dari 1.500 orang. Jumlah itu sangat berbeda saat demo terakhir 212 yang mencapai 7 juta orang (hitungan alay dan lebay). Padahal demo kemarin dipimpin langsung oleh Ketua GNPF-MUI Bachtiar Natsir. Ini berarti kekuatan lain yang menunggangi Rizieq selama ini sudah tereliminir.

Maka ketika mengamati langkah Tito dalam menghadapi Rizieq, sayapun semakin paham. Cara Tito menghadapi ormas radikal dan ekstrim macam FPI-nya Rizieq, bukanlah dengan frontal. Tito tidak langsung membubarkan FPI dan menangkap langsung Rizieq. Tito terlihat terus melemahkan sumber daya Rizieq seperti sumber daya manusia, sumber dana demo dan dukungan kelompok politik di sekitar mereka.

Pun Tito terlihat tidak langsung menetapkan secara resmi Rizieq sebagai tersangka. Tito sepertinya melakukan test case terlebih dahulu di masyarakat. Tito membiarkan Kejati Jawa Barat menyebut bahwa Rizieq sudah tersangka. Nah, taktik itu diperlihatkan Tito untuk melihat reaksi masyarakat jika Rizieq tersangka. Juga Tito menghitung efek-efek demo jika Rizieq ditahan.

Dalam hitungan minggu ke depan Tito terlihat masih melakukan tarik-ulur memproses Rizieq. Nasib Rizieq masih terus digantung. Jelas Tito sedang berusaha menghabiskan energi para pembela Rizieq terlebih dahulu. Pemanggilan Rizieq pada hari kerja (Senin dan Jumat), sidang Ahok (Selasa) dan pemanggilan pada hari kerja lainnya jelas memberikan gambaran kepada Tito siapa kelompok masyarakat yang tidak kerja dan terus saja datang membela Rizieq.

Jadi, sekarang Rizieq terus menjadi mainan Tito. Ia dipanggil, dipanggil dan dipanggil terus untuk diperiksa. Akankah Rizieq bertahan dalam situasi itu dan melakukan perlawanan dengan cara baru? Mari kita nantikan hiruk-pikuk politik selanjutnya.





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.