Kolom Sada Arih Sinulingga: ANIS BASWEDAN, INKONSISTENSI

 

Anis Baswedan dikenal sebelumnya sebagai seorang dosen. Namanya mulai dikenal publik saat ia menjadi moderator debat publik Pilpres yang menghantarkan SBY menjadi Presiden Republik Indonesia. Sebagai seorang akademisi dan mantan Rektor Universitas Paramadina, Anis sering muncul di layar televisi sebagai narasumber.

Gagasannya ‘Indonesia mengajar’ dan ‘Merajut tenunan bangsa’ menjadikannya semakin dikenal sebagai figur yang semakin harum dan media pun kerap menempatkannya sebagai tokoh berpengaruh di level nasional. Anis Baswedan salah satu tokoh yang ikut menjadi Capres melalui konvensi Partai Demokrat pada tahun 2014 bersama Dahlan Iskan dan beberapa tokoh lainnya. Akan tetapi, hasilnya tidak berujung karena suara Partai Demokrat turun drastis pada Pemilu legislatif 2014.

Pada saat ikut konvensi Partai Demokrat, Anis menghujat dan mempertanyakan hasil konvesi yang tidak juga diumumkan siapa pemenangnya. Ketika Partai Demokrat tidak menetapkannya sebagai Capres dan akhirnya ia lompat pagar mendukung Jokowi sebagai juru bicara dalam tim pemenangan Jokowi-Jk, pada saat itu dia habis-habisan menghujat Prabowo Subianto yang merupakan rival tunggal Jokowi-JK.

Sekarang ia mendukung Prabowo menjadi Capres 2019 karena ia telah ditetapkan Prabowo menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta selepas diberhentikan Presiden Jokowi dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada bulan Juli 2016 yang lalu.

Jika dahulu Anis mencanangkan Merajut Tenunan Bangsa, sekarang ia koyak-koyak tenunan kebangsaan demi ambisi berkuasa. Anis kini bahkan telah bersekutu dengan mereka orang-orang yang suka teriak-teriak bunuh, bunuh, kafir-kafir, seakan-akan yang berhak membangun negeri ini hanya dari golongannya saja. Nilai-nilai kebhinnekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, yang telah lama dirajut bersama ini, kini terkoyak-koyak karena ambisi mendapatkan kekuasaan .




Beberapa waktu lalu, pada debat publik, masih segar dalam ingatan jika Anis berjanji akan membangun rumah untuk rakyat DKI tanpa uang muka. Namun sekarang, dia malah menyangkalnya.

Ah …. Sudahlah …. Memang pantas Presiden Jokowi telah mencium gelagatnya Anis yang telah memberikan waktu hampir 2 tahun jadi Mendikbud dan kemudian memberhentikannya, karena menurut Pak Djarot, lamban dalam bekerja, tidak melakukan eksekusi dalam melaksanakan program Kabinet Kerja di bawah kepemimpinan Jokowi – Jusuf Kalla .

Anis Baswedan adalah seorang akademisi yang penuh ambisi untuk berkuasa. Untuk sebuah ambisi kekuasaan, dia menjadi lupa objektivitasnya yang merupakan tradisi seorang akademisi. Bahkan ia bisa tersenyum puas di kala masih ada Banjir di Jakarta hanya untuk menunjukkan lawan politiknya Ahok – Djarot tidak mampu membebaskan Jakarta mengatasi banjir.

Ambisinya pula lah yang membuat seorang Anies Baswedan yang selalu inkonsestensi.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.