Kolom Edi Sembiring: “Mana Cucu Sukarno?”

Sukarno dan Raja Saud bin Abdulaziz (Raja Arab Saudi yang ke dua) bertemu kembali ketika Sukarno dan rombongan melakukan ibadah haji pada tahun 1955. Saat itu Sukarno bersama Menteri Agama K.H Masykur dan Wakil Perdana Menteri K.H Zainul Arifin.

Setelah Sukarno beribadah, Raja Saud menemui Sukarno yang dianggapnya kawan dekat.

Masa itu, Indonesia dan Arab Saudi mempunyai hubungan diplomatik yang baik. Salah satu buktinya adalah saat Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun yang sama, pihak Arab Saudi mendukung penuh ide Dasa Sila Bandung. Dasa Sila Bandung adalah konsep bernegara yang merupakan hasil dari KAA.

Saat itu (tahun 1955) Raja Salman masih berusia 19 tahun. Raja Salman ikut menemani Raja Saud saat menerima rombongan dari Indonesia. Raja Salman sempat berbincang-bincang dengan Bung Karno.

Sukarno diberikan cinderamata oleh Raja Saud. Raja Saud memotong-motong Kiswah atau kain penutup Kabah dibikin dari tenunan kain sutera berhiaskan kaligrafi terbuat dari 120 kilogram emas murni dan berpuluh-puluh kilogram perak. Potongan-potongan Kiswah tersebut kemudian dibagikan kepada tamu-tamu kerajaan (tulis Cindy Adams dalam bukunya yang berjudul Penyambung Lidah Rakyat).

Sukarno memberikan 2 gagasan besar. Salah satunya penghijauan. Pohon sejenis pohon mindi cocok ditanam di Arafah dan beberapa tempat lain. Sukarno mengirimkan ribuan bibit pohon. Tak hanya itu, ia juga mengirimkan ahli tanaman dari Indonesia untuk mengembangbiakkan tanaman yang memang cocok tumbuh di daerah tandus ini.

Kini tanaman ini tumbuh dengan rimbun di berbagai sudut kota di Arab Saudi, baik di Mekah, Madinah, maupun Jedah. Dan masyarakat di sana mengenalnya sebagai Pohon Sukarno.

Di Madinah, rombongan Sukarno juga diberi kehormatan untuk melakukan upacara inagurasi menandai selesainya pemugaran Masjid Rasullah Nabawi yang telah dimulai sejak Raja Saud bertahta pada 1953.

Hal menarik lainnya yaitu, selama berada di Arab Saudi, Sukarno diberi fasilitas mobil buatan Amerika, Chrysler Crown Imperial oleh Raja Saud.

“Ketika aku akan kembali ke tanah air, Raja Arab Saudi mengatakan, ‘Presiden Soekarno, mobil Chrysler Crown Imperial ini telah Anda pakai selama berada di sini. Dan sekarang saya menyerahkannya kepada anda sebagai hadiah,” kata Soekarno menirukan ucapan Raja Saudi. Kisah itu ditulis dalam Buku Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams.

Tentu Soekarno sangat gembira dengan pemberian tersebut.

“Sudah tentu aku tidak akan menentang kebiasaan itu. Selain itu, aku sudah sudah tertarik pada Chrysler ini sejak pertama kali melihatnya,” kata Soekarno.

Sayangnya, mobil hadiah Raja Saudi itu kelak rusak digranat anggota Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DII/TII) anak buah Kartosoewirdjo. Peristiwa itu dikenal dengan nama Peristiwa Cikini. Percobaan pembunuhan terhadap Soekarno tersebut gagal.

“Dan apakah kejahatanku? Mengapa mereka mencoba membunuh Soekarno? Mereka menyatakan aku seorang Muslim yang buruk. Cukup aneh, mobil yang mereka hancurkan dalam peristiwa Cikini itu adalah milikku yang kuperoleh karena aku dinilai sebagai seorang Muslim yang baik,” beber Soekarno.

Istana Bogor, Rabu, 1 Maret 2017

Hujan turun saat kaki mereka menapaki Istana. Kegembiraan tersirat dari wajahnya walau tetes hujan masih belum lekas kering.




“Mana cucu Soekarno?” tanya Raja Salman kepada Presiden Jokowi. Dan pertanyaan ini diulang kembali.

Tak lama, Presiden Jokowi pun memanggil Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani.

“Ini cucu Soekarno,” kata Presiden.

Raja Salman tersenyum hangat dan tak ragu ia mengulurkan tangannya. Mereka bersalaman.

“Saya ingat sekali dengan Presiden Soekarno, selalu mengatakan, ‘Saudara-saudara’. Ini yang saya ingat di sini,” ucap Raja Salman.

Ingatan Raja Salman tak luntur, bagaimana ia mengingat begitu eratnya Sukarno menggandeng tangan Raja Saud. Dan Sukarno pula yang mengajak Raja Saud berjalan dengan gagahnya.

Dan barusan tadi, ia pun merasakan seorang Presiden Indonesia memegang tangannya menuntun memasuki Istana yang penuh kenangan ini. Genggaman erat Presiden Jokowi seperti mengingat kembali, ‘kemesraan’ ini juga pernah disaksikan dunia 62 tahun yang lalu.





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.