Kolom M.U. Ginting: UANG KERAJAAN ARAB SAUDI

 

Ekonom Universitas Indonesia, Ninasapti Triaswati, mengklaim bahwa kekayaan keluarga Kerajaan Arab Saudi mengalahkan harta orang terkaya dunia saat ini, Bill Gates. Maka dari itu, pemerintah diminta memanfaatkan ini untuk menarik dana mereka sebagai investasi di Tanah Air.

Betul sekali memang pendapat Ninasapti Triaswati agar kabinet Jokowi bisa memanfaatkan kunjungan orang berduit ini, bisa semaksimal mungkin membawa faedah bagi perubahan ekonomi negeri kita.

“Jumlah kekayaan anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi jauh lebih besar dari kekayaan Bill Gates. Saya ingin sekali melihat kecepatan realisasinya, itu yang ditunggu. Kita lihat nanti naik enggak investasi Arab Saudi di Indonesia setelah ini (kedatangan Raja Salman),” ungkapnya di Gado Gado Boplo, Jakarta [Sabtu 4/3: merdeka com).

Kedatangan raja Salman akan banyak faedahnya bagi perkembangan kerjasama bilateral dengan Indonesia, atau akan mengangkat kwalitas saling hubungan baru dengan Kerajaan Arab Saudi itu, terutama dalam bidang ekonomi. Kekayaan keluarga Kerajaan Arab Saudi melebihi kekayaan orang terkaya dunia, karena SDA sumber minyak jadi milik pribadi kerajaan hehe . . . .  tak heran jugalah.

Sang Raja sekali jalan bawa rombongan 1500 orang, katanya karena ada 11 MoU yang mau diwujudkan. Kalau presiden Indonesia termasuk orang terkaya dunia, tentu bisa juga bikin rombongan 1500 orang kalau jalan-jalan ke LN. Tetapi apa gunanya dibuat seperti itu bagi Indonesia. Orang Indonesia, sepertinya tidak mau menghamburkan duit rakyat dengan cara seperti itu. Dibandingkan dengan duit Raja Salman yang bukan duit rakyat atau tidak pernah dianggap duit rakyat, Indonesia harus pakai duit rakyat. Itulah bedanya duit negara Arab Saudi dengan duit negara Indonesia. Di Indonesia kekayaan negara dianggap milik rakyat, di Saudi Arab dianggap milik Raja.

Ilustrasi: Dick Bakhuizen

Terlepas dari duitnya, kunjungan itu pastilah ada gunanya bagi Indonesia, karena pertama sudah memperkenalkan setidaknya kepada 1500 orang terkemuka Arab Saudi dan rajanya bahwa Indonesia bukan hanya negeri PRT/ TKI tetapi juga negeri yang sudah maju dan bisa diajak jadi partner sederajat dalam persetujuan bilateral (perdagangan, industri, investasi, dsb) yang dipastikan akan menguntungkan kedua belah pihak. Jadi bukan sepihak seperti pendapat Fadli Zon yang mengatakan bahwa Indonesia lebih membutuhkan Arab Saudi dari pada sebaliknya.

“Kita ini lebih butuh Arab Saudi dibandingkan mereka yang butuh kita” kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon (kompas com).

Fadli tak punya pede atau karena Arab Saudi  atau karena Fadli sendiri masih menganggap negeri kita ini negeri PRT? Memang tadinya Arab Saudi  masih salah paham soal nation Indonesia ini dimana Wakil Presiden JK juga mengatakan:

“Setelah rakyat Saudi melihat ternyata Indonesia tidak seperti dibayangkan. Jangan lupa, umumnya orang Saudi itu membayangkan kita itu daerah, negara terbelakang karena yang ke sana hanya TKI.”

Demikian dikatakan oleh Wapres JK usai melepas keberangkatan Raja Salman di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta [Sabtu 4/3: merdeka com].

Wapres JK mengatakan Raja Salman dan rombongan kaget setelah datang ke Jakarta melihat bahwa Indonesia tidak seperti yang dibayangkan. Menhan menawarkan Saudi Arab untuk membeli senjata dan panser modern buatan Indonesia kepada negara Arab Saudi dalam kesempatan kedatangan Raja Salman. Menhan menunjukkan pede, beda dengan Fadli.

“Saya ketemu Raja Arab dan Menhan sudah dibicarakan. Kerja sama tukar menukar pimpinan pendidikan kita tawarkan untuk pembelian senjata dan panser yang kita buat,” kata Ryamizard di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat [Kamis 2/3 detikNews].




Menhan lebih pede terlepas dari pandangan moralis yang salah atau benar dengan menawarkan senjata modern untuk mampu membunuh manusia lain lebih efektif.

Dalam perjalanannya ke negeri-negeri Asia, rombongan raja Salman juga menawarkan saham perusahaan minyak Arab Saudi ‘Aramco’ untuk dibeli oleh pemerintah RI. Perusahaan ini katanya tahun depan akan membuat IPO (”Initial Public Offering”) dan semua negara Asia yang dikunjungi kali ini akan ditawarkan membeli saham Aramco itu (Aramco tadinya adalah Arabian American Oil Company).

Wapres JK sudah memberikan signal kalau RI tidak ada keinginan beli saham Aramco, tetapi lebih menitik beratkan beli saham Pertamina sebagai milik nasional RI, dan JK lebih fokus ke investasi RI dalam tingkat sekarang .

“Ini kan ‘global offering’, saya kira di Indonesia ada satu atau dua yang berminat, tapi kalau kita mending beli Pertamina saja daripada Aramco,” kata Wapres seperti dikutip dari Antara dalam jumpa pers di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta [Sabtu 4/3].

Dari semua kejadian ini terlihat bahwa semangat perjuangan dan solidaritas nasional RI sudah semakin tinggi, termasuk dalam lapangan ekonomi.







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.