Kolom M.U. Ginting: Counter Terrorism Conference (CTC) 2017

“Tak satu pun negara bisa kebal dari ancaman terorisme. Karena itu, selain memperkuat sinergi di dalam negeri, BNPT juga terus menggalang kekuatan internasional dalam memerangi terorisme,” kata Komjen Pol Suhardi Alius kepala BNPT dilansir Antara pada pertemuan delegasi BNPT dengan delegasi Kontra-Terorisme Uni Eropa yang dipimpin oleh koordinatornya Gilles de Kerchove, di markas besar Uni Eropa, Brussel (Belgia) [Kamis 16/3]. 

UE ingin mengadobsi cara-cara Indonesia yang katanya banyak berhasil dalam menanggulangi terorisme internasional. Kiranya Indonesia bisa bangga jugalah dalam soal ini (?)

Menko Wiranto saat menjadi pembicara dalam Counter Terrorism Conference (CTC) 2017, di New Delhi (India) [Selasa 13/4] mengatakan soal ancaman terorisme sbb:

“Ancaman tersebut juga seharusnya menjadi pengingat kita, bahwa kita harus terus mempersiapkan diri serta melakukan segala daya upaya yang diperlukan guna mencegah dan melawan kejahatan yang luar biasa ini …. Harapan saya, semua keinginan, perspektif, program dan rencana-rencana dalam melawan teroris dapat terus terealisasikan,” katanya (merdeka com). 

Dalam forum Chiefs of Police Conference of South Asia and Neighbouring Countries, yang berlangsung di Kota Dhaka (Bangladesh) [Selasa 14/3] (merdeka com), delegasi Indonesia diwakili oleh Wakapolri Komjen Syafruddin berjanji memenuhi permintaan Deputi Senior Kementerian Keamanan Afghanistan Jenderal Abdul Rahman. Adapun permintaannya adalah mendukung perlawanan antiterorisme di Afganistan. Bantuan yang diminta seperti pakaian seragam, rompi, alat komunikasi, serta pelatihan bagi anggota pasukan khusus antiteror Afghanistan.

Dari segi pandang orang-orang luar negeri, ini terlihat bahwa peranan Indonesia dalam menghadapi terorisme dapat penghargaan tertentu, atau punya tujuan tertentu .  Soalnya, seiring dengan pujian-pujian itu, kegiatan terorisme internasional sudah terlihat menyusut. Sepertinya, adalah untuk menutupi kematian terorisme. Ini terutama kalau ditinjau dari segi lain, penurunan kegiatan teroris setelah Trump pegang kekuasaan di AS, fabrik terorisme itu, seperti dikatakan oleh prof Chossudovsky Ottawa University Canada. Cossudovsky:

“The so-called war on terrorism is a front to propagate America’s global hegemony and create a New World Order. Terrorism is made in USA, The global war on terrorism is a fabrication, a big lie”. 




Menko Wiranto menyebutkan soal ‘perspektif’ dan ‘program’ masa depan menghadapi terorisme internasional itu. Dari segi ‘perspektif’ Chossudovsky tentu AS tidak bisa lagi dipakai sebagai ‘fabrik terorisme’ dengan adanya nasionalist Trump sebagai presiden AS. Pembesar/ pejabat anti-teroris UE dimana UE adalah proyek besar neolib di Eropah tentu lebih hafal apa yang dikatakan oleh Chossudobsky soal fabrik teroris, dibandingkan dengan pejabat 21 negara Asia/Afrika itu, atau semua pejabat ini pura-pura tidak pernah baca apa yang ditulis oleh Chossudovsky?

Sungguh aneh rasanya kalau pejabat neolib atau proneolib UE ini tidak mengerti fabrik teroris itu. Pura-pura tidak melihat kalau AS (dengan munculnya Trump sebagai seorang nasionalist sejati) tidak mungkin lagi dijadikan fabrik teroris? Atau ingin memindahkan fabrik teroris ke Eropah? Jika demikian negara mana yang mau menangani kalau semua mau ikut Brexit?










Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.