Kolom Asaaro Lahagu: Pengkhianat dalam Istana di Balik Mobil Mogok Jokowi

Mobil mogok Jokowi, sangat viral di sosial media. Saking viralnya, sampai-sampai ada sekelompok netizen yang menggalang dana untuk membeli mobil Presiden. Hal yang menarik adalah mengapa mobil mogok menjadi viral? Bisa jadi alasannya karena mobil yang mogok itu mobil seorang Presiden. Apalagi dikaitkan dengan mobil yang dipinjam oleh mantan Presiden SBY, maka mobil mogok itu menjadi bumbu penyedap di sosial media.




Jika ditelusuri lebih lanjut, maka ada beberapa hal yang janggal di seputar mobil mogok itu. Pertama, mobil mogok Jokowi itu sudah berlangsung 4 kali. Akan tetapi baru kali ini foto mobil mogok Jakowi viral di sosial media. Foto mobil mogok Jokowi di Magetan Jawa Timur 2016 lalu, tidak begitu mendapat perhatian netizen.

Ke dua, para teknisi handal atau perawat mobil Jokowi sudah paham yang mana mobil yang kerap mogok dan penyebab mogok. Namun mobi mogok itu juga tetap digunakan. Agak sulit dipercaya mobil Mercedes Benz dengan umur 10 tahun karena baru dibeli tahun 2007 lalu. Mobil sekelas Avanza yang sudah berumur 13 tahun saja, masih sangat jarang ditemui mogok di jalan.

Ke tiga, sebetulnya tidak ada hubungan antara mobil mogok Jokowi dengan mobil yang dipinjam oleh SBY? Alasannya mobil yang dipinjam SBY hanya satu dari 8 unit. Mobil yang dipinjam oleh SBY itu juga tidak lebih baik dari ketujuh mobil lainnya. Menurut pengakuan SBY sendiri, mobil yang dipinjamnya jarang dipakai karena juga mogok.

Nah, bagi yang menyukai cerita intelijen, maka beginilah permainannya. Mobil mogok Jokowi itu memang ada kesengajaan dimogokkan. Artinya ada oknum di istana atau kita sebut sebagai pengkhianat tingkat tinggi, bekerjasama dengan  pihak luar untuk mencoba bermain. Mari kita analisis lebih lanjut terkait mobil mogok itu.

Kisah mobil mogok sebetulnya memalukan. Jika anda mempunyai mobil, lalu mogok di tengah jalan, apa yang anda rasakan? Malu, sedih atau bangga? Jelas malu. Orang lain akan mengejek mobil anda. Hal yang sama dialami juga oleh Presiden Jokowi. Orang akan mencibir mobil kepresidenan yang mogok. Hal yang jarang kita jumpai pada mobil-mobil kepala negara lain di dunia.

Bayangkan, jika seorang Presiden yang sedang terancam teroris atau terpaksa dilarikan karena ada serangan pihak lain, lalu mobilnya tiba-tiba mogok, apa yang terjadi? Presidennya akan segera menjadi bulan-bulanan dan sangat mungkin presidennya sendiri menjadi tawanan. Jika demikian, mengapa mobil presiden Jokowi dibiarkan kerap mogok? Nah di sinilah permainannya.

Ada 3 motif busuk di balik mobil mogok Jokowi itu. Pertama, motif persaingan bisnis. Pemegang merek tunggal Mercedez Benz (MB) di Indonesia sukses bermain di era Presiden SBY. Namun kompetitornya ingin juga bermain. Merk lain ingin juga mendapat kue proyek mobil kepresidenan, karena jika proyek itu berhasil maka hal itu akan menjadi iklan gratis bagi pemilik merk mobil.

Lihat saja mobil Camry yang diplot sebagai mobil menteri. Masyarakatpun berlomba-lomba membeli mobil Camry agar bisa disejajarkan dengan menteri. Nah, nanti jika mobil Camry diberikan kepada SBY, maka pemilik mobil Camry menjadi bangga, mobilnya sejajar dengan mobil mantan Presiden.

Jadi, para pemegang merk mobil lain bisa jadi telah berhasil mempengaruhi oknum-oknum di istana yang bertanggungjawab atas mobil kepresidenan. Artinya, mobil-




mobil MB itu sengaja tidak dirawat, dibiarkan rusak dan diskenarionakan mogok untuk menghantam merk mobil Mercy. Buktinya seperti yang diakui oleh pihak Mercedez Benz Indonesia, bahwa mereka tidak pernah dihubungi atau diminta masukan jika mobil kepresidenan itu mengalami masalah.

Ke dua, motif pembenturan hubungan Jokowi- SBY? Lagi-lagi  oknum di istana yang sudah disusupi oleh penentang Ahok, itu ikut bermain.

Secara logika sebenarnya tidak ada hubungannya dengan mobil SBY. Kalau SBY meminjam atau ‘membawa kabur’ mobil itu pada tahun 2014 lalu, juga tidak masalah. Tetapi di sinilah permainannya. Artinya mobil mogok Jokowi sengaja dikaitkan dengan mobil pinjaman SBY. Tujuannya adalah merusak hubungan harmonis Jokowi-SBY sejak pertemuan mesra mereka beberapa waktu lalu.

Lalu, mengapa hubungan Jokowi-SBY dirusak? Tujuannya sederhana. Pilkada DKI Jakarta 2017 yang semakin brutal. Dengan bertemunya SBY-Jokowi, maka mengalirkan suara pendukung Agus-Silvi kepada Ahok, tangan kanan Jokowi di DKI. Buktinya, di jajaran elit Partai Demokrat, ada banyak yang sudah menyatakan dukungan kepada Ahok. Dengan membenturkan kembali Jokowi-SBY, maka pendukung SBY di akar rumput membatalkan dukungannya kepada Ahok karena bosnya SBY dizalimi Jokowi.

Motif ke tiga adalah menjatuhkan wibawa pemerintah Jokowi menjelang putaran ke dua Pilkada 19 April mendatang dan Pilpres 2019. Mobil mogok diviralkan agar Jokowi dicap masyarakat terlalu lebay dan berlebihan dalam hal pencitraan. Apakah Jokowi membutuhkan citra lewat mobil mogok? Jelas tidak. Jokowi sudah menjadi presiden. Toh lewat kerjanya yang mencengangkan, citra Jokowi sudah harum semerbak. Namun dengan mobil mogok, Jokowi bisa dicibir. Lihat saja cibirian Fadli Zon yang menyarankan Jokowi naik Esemka saja.

Mendekati hari pencoblosan 19 April mendatang, perang opini brutal di sosial media baik pendukung Ahok maupun penolaknya memang semakin mengerikan.  Selain Ahok diserang habis-habisan dengan politik jenazah, doa kutuk ala Rizieq Shihab, penolakan bantuan Ahok di masjid dan rencana tamasya Al-Maidah, Jokowi juga mendapat serangan hebat.

Isu penculikan dan penjualan organ adalah hembusan isu hoax yang memakan korban orang gila. Padahal Kapolri Tito berulang kali menjelaskan bahwa isu penculikan dan penjualan organ tubuh anak-anak itu adalah tidak benar alias hoax. Lalu apa tujuan isu penculikan itu? Tujuannya adalah untuk menjatuhkan dan memperburuk citra pemerintah yang tidak mampu menjaga ketenteraman dan kedamaian.

Isu lain yang dihembuskan adalah soal pembangunan pabrik semen di Rembang. Rakyat kecil,  ibu-ibu yang menyemen kakinya di istana menjadi ajang pembusukan nama Jokowi. BUMN Semen Indonesia, telah menggelotorkan duit sebesar Rp 3,4 Triliun untuk membangun pabrik Semen di Rembang. Analisis lingkungan pun telah diperhitungkan dengan baik tanpa merugikan masyarakat di sana. Pembangunan pabrik Semen itu jelas didukung Jokowi yang sedang giat membangun.




Jokowi pun tidak membatalkan pabrik Semen itu. Nah inilah yang dibaca oleh lawan-lawan Jokowi. Ibu-ibupun digerakkan di istana untuk demo dan menyemen kakinya. Prediksinya pasti Jokowi tidak akan menggubris  aksi itu. Dan memang sampai sekarang, aksi semen kaki itu tidak menarik perhatian Jokowi. Nah inilah yang diharapkan para lawan Jokowi menjelang Pilkada. Artinya, Jokowi akan dicap sebagai presiden yang tidak pro rakyat kecil sama dengan tuduhan kepada Ahok yang tidak pro rakyat kecil.

Jadi, mobil mogok yang sangat viral dalam beberapa hari lalu itu, sengaja diviralkan dengan motif di atas. Hal yang perlu diwaspadai oleh Jokowi adalah oknum di istana yang ikut bermain dengan  membusukkan pemerintahannya dari dalam. Jika Jokowi tidak dapat dibusukkan dari luar, maka cara lain adalah pembusukan dari dalam. Hal itu tidak lepas dari brutalisme Pilkada DKI 19 April mendatang dimana segala cara akan dihalalkan untuk mencapai tujuan. Karena, setelah Pilkada 19 April, bisa dipastikan tidak ada lagi kisah mobil mogok Jokowi.

Begitulah kura-kura.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.