Kolom M.U. Ginting: Pemimpin Ceplas Ceplos

Pasukan ISIS semakin terdesak dari Mosul, dari perlawanan pasukan Irak dan bantuan pasukan koalisi pimpinan AS. Lewat radio, juru bicara ISIS bilang Trump ‘idiot dan buruk muka’ kemarin [Rabu 5/4]. Ha ha, Jubir ISIS sedikit bikin hiburan untuk dirinya sendiri dan pasukannya yang semakin kalang kabut. Sebaliknya Trump yang ‘buruk muka dan idiot’ itu bilang ISIS sangat menghormati Obama, karena Obama adalah ‘the founder of ISIS dan Clinton adalah co-founder’ (lihat di SINI).

 




Ada menariknya memang setiap kali Trump bikin pidato di hadapan publik, karena sikapnya yang ‘ceplas-ceplos’ itu seakan tidak serius, seperti Gubernur DKI Jakarta itu juga. Walaupun maksudnya sering baik, tapi dia tanpa pikir lebih dulu ucapannya. Dan . . .  itu pula yang bikin banyak orang tertarik mendengarkan pidatonya dan ingin melihat langsung perangainya ketika berpidato.

Trump sepertinya malas mencari-cari bukti atau argumentasi dari apa yang dia katakan. Begitulah agaknya orang-orang impulsif pada umumnya, tetapi langsung saja menarik kesimpulan sendiri dan mengatakannya. Itulah dia Trump yang ‘idiot dan buruk muka’ itu. Kitapun senang juga membandingkan dengan si ‘ceplas-ceplos’ Ahok di Jakarta.

Ada kesamaannya kedua orang ini. Tiap kali ngomong bikin sebagian berdebar, sebagian senang, sebagian lagi khawatir. Yang khawatir ini bisa yang pro dan bisa yang anti. Keduanya khawatir apa kata-kata Ahok yang keluar, yang bisa berpengaruh negatif atas ‘kemenangan’ yang sudah di tangan. Makanya tak heran juga kalau Pak Jarot sering ‘mencubit’ paha Ahok dari belakang supaya jangan salah ngomong atau mengurangi ngomong salah he he he.

Ahok pernah marah sama Pak Jarot. Katanya nanti malah kita dianggap homo. Menarik, bukan? Sekiranya Ahok orang biasa saja dan ngomong biasa saja, maka juga boring (membosankan, red.) saja he he he.

Pidato Trump soal ISIS yang dibangun oleh Obama bikin banyak orang tercengang, memang, tetapi juga sangat antusias mengikuti ke arah mana akhirnya Pak Trump ini, ngomong spontan tanpa bukti dan argumentasi. Tetapi, bahwa Hillary Clinton bersama Dubes Ford di Syria mengorganisasi dan mempersenjatai grup oposisi Syria melawan Assad memang betul dan bisa dibaca di mana saja di internet. Grup oposisi inilah yang kemudian berubah nama menjadi ISIS. Karena itu, memang betul kalau Obama dan Hllary Clinton + Ford adalah pendiri ISIS, walaupun Trump tidak pernah menyebut nama Ford, karena Trump menganggap Ford hanya sebagai alat dari kedua orang ini (Obama dan Clinton).




Kedua orang ini (Clinton dan Ford) bertemu dengan grup oposisi Syria di Damaskus 2011, dan Ford ditugaskan menyiapkan senjata dan latihan militer bagi pasukan oposisi Syria ini. Itulah juga yang menimbulkan ancaman bagi diri Ford di Damaskus (Ford diancam akan dibunuh) dan Ford pulang ke Washington tetapi disuruh kembali ke Syria oleh Obama dan CFR (Council of Foreign Relations). CFR adalah sebuah badan penting dan menentukan dalam pemerintahan AS dan badan inilah yang menentukan ‘sikap dan kelakuan’ tiap pejabat LN AS. Artinya, bukan Obama atau Clinton.

Mengenai CFR bisa dibaca di SINI.

Obama, Clinton, Trump . . .  dan terutama dengan munculnya Trump memang menggambarkan situasi dunia atau perubahan sejarah dunia yang sungguh-sungguh sangat menarik. Bukan hanya karena si Trump ini ‘idiot dan buruk muka’ he he …. Tetapi karena menggambarkan perubahan luar biasa dalam sejarah percaturan politik dunia. Bukan hanya perubahan tetapi juga ‘pertengkaran’ luar biasa secara politik.

Kalau dibandingkan dengan Jakarta dimana kedatangan si ‘ceplas-ceplos’ Ahok telah berhasil bikin ‘huru hara’ politik terbesar dan pertama kali sepanjang sejarah, hampir 400 tahun Jakarta Batavia. Bisa juga dibandingkan dengan kemunculan Jokowi ‘wong ndeso‘ itu sebagai presiden ke 7 Indonesia. Dia tampil mewakili perubahan besar, kembali ke nasionalisme sejati setelah jatuhnya nasionalis sejati Soekarno setengah abad lalu. 

Era Obama adalah ‘the last gasp of neoliberalism’, dengan masuknya Trump ke Gedung Putih dan Trump bertahta sebagai perwakilan nasionalis AS, bukan sebagai perwakilan the establishment (kaum mapan) atau neolib atau perwakilan dari ‘the party of money’ (Gore Vidal) seperti Obama itu.

Atau juga, bukan sebagai semua presiden sebelumnya sejak hampir 200 tahun ke belakang atau sejak era Andrew Jackson seperti dikatakan oleh Presiden Roosevelt 1933: 

The real truth of the matter is, as you and I know, that a financial element in the large centers has owned the government of the United States since the days of Andrew Jackson.”

Andrew Jackson jadi presiden 1829-1837. Jadi ‘partai duit’ ini atau bankir




besar rentenir internasional yang sekarang disebut NEOLIB, sudah berkuasa dan menguasai atau memiliki (has owned) pemerintahan AS hampir 200 tahun! Grup ‘partai duit’ inilah yang menyuruh Obama bangun ISIS, dpl bukan Obama sendiri. Karena itu, juga Trump harus menghadapi tantangannya di dua front.

Pertama, janjinya terhadap rakyat AS untuk memperbaiki nasib rakyatnya ‘America First’, a.l. mengurangi pengangguran dengan mengembalikan fabrik-fabrik AS yang hijrah ke luar negeri + menghilangkan trade imbalance dalam perdagangan luar negeri dan di front lainnya harus menghadapi musuh berat anti nasionalis AS ‘the party of money’ (neolib) yang bukan main kuatnya secara ekonomi dan finans.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.