Kolom Asaaro Lahagu: Mencengangkan, Akhirnya Ahok Matikan Strategi Anies-Sandi

Sebetulnya dengan bukti kinerjanya yang hebat, sudah cukup bagi Ahok memenangkan Pilgub DKI 2017. Lewat etos kerjanya, Ahok secara matematis gampang menarik hati warga Jakarta untuk memilihnya. Dengan demikian mudah bagi Ahok untuk menekuk Anies. Namun faktanya tidak demikian.




Kendatipun etos kerjanya membahana, ternyata Ahok masih mudah dikalahkan Anies. Para ahli intelijen di tim sukses Ahok yakin bahwa jika hanya etos kerja saja yang diandalkan, Ahok dipastikan kalah. Jelas etos kerja tidak cukup. Ada banyak warga DKI yang miskin, mudah diprovokasi, berpendidikan rendah tak paham soal etos kerja. Inilah yang disadari betul oleh tim elit pendukung Ahok.

Di sisi lain, Anies sadar bahwa jika adu program dengan Ahok, ia akan mudah keok. Namun dengan penerapan rancangan strategi non-program, pihak Anies ternyata mampu meraih suara hampir 40% pada putaran pertama. Hasil mencengangkan itu telah memberi keyakinan kepada kubu Anies bahwa strategi yang dijalankan selama ini terbukti ampuh. Itulah sebabnya kubu Anies menjelang putaran kedua 19 April mendatang, tetap memakai strategi awal. Namun strategi itu dipertajam, diolah, dimasifkan dan disistematiskan.

Ada 5 strategi Anies-Sandi yang telah terbukti dan diyakini bakal membuat Ahok keok. Pertama, politisasi Surat Al-Maidah ayat 51 yang telah diserempet Ahok. Ke dua, gerakan masif sistematis dan terstruktur SARA dari FPI-PKS memanfaatkan masjid untuk menggalang dukungan yang dibarengi dengan kampanye senyap. Ke tiga, pemunculan sentimen membara atas kekalahan pendukung Prabowo pada Pilpres 2014 yang ditumpahkan kepada Ahok. Ke empat, pengangkatan isu-isu PKI secara terus menerus yang ditujukan kepada Ahok dan para pendukungnya. Ke lima, kampanye penguatan peran ulama.

Jika melihat kelima strategi kubu Anies-Sandi itu, maka terlihat jelas tak ada strategi program kerja yang patut dipuji. Itu cukup membuktikan bahwa dalam strategi kubu Anies-Sandi, program kerja tidak mendapat perhatian. Tak mengherankan jika kemudian program kerja Anies-Sandi soal rumah dengan DP nol persen, konsepnya berubah-ubah.

Pun program Ok Oce, bantuan kepada RW 3 miliar dan berbagai jenis kartu plus-plus hanya sebagai lipstik yang manis di bibir. Bagi tim sukses Anies-Sandi, program kerja tidak penting. Hal yang penting adalah bagaimana caranya  membangkitkan rasa kebencian, sentimen SARA dan balas dendam kekalahan Prabowo kepada Ahok serta penguatan peran ulama untuk menjegal Ahok.

Sebagai bukti bahwa kelima strategi Anies-Sandi sedang digunakan untuk menekuk Ahok, itu bisa dilihat dari demo 313 dan tamasya Al-Maidah. Itu adalah poin penerapan strategi pertama. Sementara politisasi jenazah yang tidak disholatkan sebagai bagian dari strategi ke dua. Pun politisasi masjid seperti yang digaungkan oleh konsultan politik Tim Anies-Sandi, Eep Saefullah Fatah, kian menjadi central kampanye Anies-Sandi. Lewat masjid, kebencian terhadap Ahok secara masif dikumandangkan. Sedangkan harapan-harapan akan Anies termasuk janji dana bagi ormas-ormas secara masif dikampanyekan.

Sentimen yang dibangun Prabowo pada kampanye putaran ke dua bahwa kemenangan Anies-Sandi di DKI adalah kunci kemenangan Prabowo pada Pilpres 2019 mendatang adalah bagian strategi ke tiga. Jonru Ginting, Ahmad Dhani, dan ribuan yang lainnya adalah contoh pihak yang gagal move on atas kekalahan Prabowo pada Pilpres 2014 lalu. Mereka-mereka ini tak kenal lelah mencari cara membalas dendam kepada Jokowi lewat Ahok. Merekapun secara masif bertarung di sosial media.




Hal yang menarik adalah pengangkatan isu-isu kebangkitan PKI. Tuduhan logo palu arit pada uang baru BI adalah contoh strategi ke empat. Pun pemunculan ingatan tentang bahaya PKI lewat haul Soeharto di Masjid At-Tin beberapa waktu lalu adalah cara membangkitkan kesadaran masyarakat akan bahaya PKI. Isu-isu tentang PKI ini secara brutal diarahkan kepada Jokowi sekaligus Ahok. Kampanye Alfian Tanjung tentang PKI dan mengancam memenggal kepala Ahok lewat video yang telah tersebar, adalah bagian strategi ke empat.

Sementara kampanye penguatan peran ulama dalam ranah politik di Indonesia semakin masif. Tuduhan kepada Ahok yang telah menghina para ulama adalah strategi membangkitkan kebencian masyarakat muslim kepada Ahok. Bersamaan dengan itu, Rizieq Shihab tampil ke depan dan terus mengkampanyekan dirinya sebagai imam besar umat Muslim Indonesia.

Pem-baiat-an Rizieq dalam demo 212 adalah bagian strategi ke lima. Pun kampanye Jakarta Bersyariah bersama Anies adalah puncak strategi untuk mengalahkan Ahok. Sedangkan tindakan aparat yang memproses pelanggaran hukum oleh Rizieq dikampanyekan sebagai kriminalisasi ulama.

Dengan kesadaran akan kelima strategi kubu Anies itu, tim elit Ahok all-out memetakan dan merancang strategi untuk menangkalnya. Demo-demo besar hingga 7 jutaan melambat-melaun spiritnya semakin surut. Hal itu tidak lepas dari keberhasilan Polri menguak niat jahat makar yang menunggangi aksi demo. Sidang dagelan Ahok yang telah memasuki sidang ke-17 lambat-laun membuktikan bahwa tuduhan penistaan agama hanyalah politisasi agama.

Menarik untuk menunggu keputusan majelis hakim sidang Ahok pada 11 April mendatang, apakah mereka mengabulkan permintaan penundaan pembacaan tuntutan kepada Ahok atau terus melaksanakan sidang. Saran penundaan sidang yang telah diminta oleh  Kapolda Metro Jaya, didukung penuh oleh Kapolri Tito dan mantan Ketua MK, Jimly Asshiddiqie. Itu adalah bagian strategi untuk mematikan demo yang akan ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu.

Lewat kesabaran Ahok mengikuti sidang-sidang, membuka mata masyarakat bahwa gubernur adalah hanya pelayan dan administrator masyarakat, tidak ada hubungannya dengan pemimpin agama. Hal itu ditegaskan benar oleh Presiden Jokowi bahwa harus dipisahkan betul agama dan politik. Strategi pertama Anies-Sandi pun berhasil dibendung secara mencengangkan. Munculnya spanduk-spanduk yang menyatakan bahwa masyarakat sudah muak isu agama berbau SARA adalah contoh kesadaran masyarakat akan politisasi Surat Al-Maidah ayat 51 itu.

Strategi Anies soal penggunaan masjid sebagai basik kampanye dilawan oleh kubu Ahok dengan kampanye senyap. Turun gunungnya Djan Faridz, Nusroh Wahid dan mobilisasi kekuatan partai PDIP, Golkar, Nasdem, Hanura yang juga menggunakan strategi yang sama mendapat keseimbangan strategi Anies. Bergabungnya warga NU, GP Ansor untuk mendukung Ahok-Djarot dan menolak Jakarta dipimpin oleh kaum berdaster radikalis adalah bentuk perlawanan akan strategi ke dua Anies-Sandi.

Sentimen kekalahan Prabowo pada Pilpres 2014 yang diungkit kembali justru menjadi blunder. Kubu Anies-Sandi sekarang telah disetir oleh kubu FPI-PKS. Hal itu bisa dilihat ketika Anies absen pada debat di Kompas TV. Padahal  acara debat itu didukung penuh oleh Prabowo. Itu adalah bukti nyata bahwa dalam kubu Anies-Sandiaga kaum radikalis telah merajalela menusuk masuk. Jika kemudian ada perpecahan antara Anies-Sandi, itu adalah riak-riak awal pertarungan dalam kubu Anies-Sandi yang nasionalis dan agamis-radikalis.

Kenyataan itu sekarang telah membuat Prabowo dan Gerinda diam dan galau luar biasa. Prabowo kini mulai gerah ketika cengkeraman FPI-HTI menusuk masuk ke dalam kubu Anies-Sandi. Anies pun akan menjadi kuda tunggangan untuk menjadikan Jakarta sebagai pintu masuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam. Itu jelas bertentangan dengan spirit nasionalisme Prabowo.

Isu-isu PKI yang dimunculkan oleh kubu Anies-Sandi dengan mudahnya diredam oleh aparat keamananan. Strategi ini menjadi mandul ketika Rizieq malah dijadikan tersangka penistaan Pancasila. Kasus fitnah Rizieq tentang palu arit pada uang BI yang baru, menjadi alat bunuh diri bagi Rizieq. Justru sekarang menjadi terkuak bahwa justru di kubu Anies ada yang anti Pancasila dan NKRI dengan rencana busuk mendirikan negara khilafah.

Peran ulama seperti yang digembar-gemborkan oleh Rizieq dan teman-temannya, dengan mudah dicemooh ketika terkuak kasus firsa hots oleh anonymus.




Wibawa Rizieq pun jatuh ke titik nadir dan menjadi cemoohan publik. Polisi pun dengan cantik menunggu waktu yang tepat untuk mengusut kasus itu jika Rizieq tak bisa dikendalikan. Jika Rizieq kemudian dalam dua kali demo menyatakan bahwa dia dan FPI tidak ikut demo FUI, itu karena spirit Rizieq sudah dicengkram dan disandera oleh kasusnya sendiri.

Awalnya kubu Anies-Sandi menjadi amat yakin bahwa kelima strategi mereka dengan jitu akan menekuk Ahok. Namun seiring dengan waktu, strategi itu dapat dipetakan oleh kubu Ahok, diredam serta dimatikan dan diserang balik. Kini, menjelang pencoblosan suara 19 April, masyarakat Jakarta telah benar-benar muak strategi SARA ala Anies-Sandi.

Kubu Anies-Sandi terlena dengan kelima strateginya dan lupa bahwa kubu Ahok dapat melakukan perlawanan balik yang mencengangkan. Kini, dengan berhasilnya kubu Ahok meredam kelima strategi kubu Anies, maka bau harum kemenangan sudah dicium oleh kubu Ahok-Djarot. Sedangkan bau kekalahan semakin merebak di kubu Anies-Sandi. Itu bisa dilihat dengan penjiplakan lagu rohani Yahudi. Alamak.







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.