Kolom M. U. Ginting: Pencegah/ Pemberantas Narkoba Model LMP

Organisasi pencegah dan pemberantas Narkoba model LMP (Laskar Merah Putih, Sumut) sangat diperlukan di masyarakat. Namun, lebih diperlukan lagi ialah organisasi yang sangat dekat dengan warga dan berada di tengah masyarakat itu sendiri. Karena itu lebih diperlukan organisasi yang bersifat lokal, dibangun oleh penduduk di lokasinya sendiri dan terdiri dari orang-orang setempat. Soalnya, pecandu dan pengedar narkoba di satu lokasi tertentu, hanya orang-orang lokal yang banyak mengetahuinya.

Pecandu/ pengedar tidak mungkin atau akan susah sembunyi dari penglihatan warga setempat. Karena itu, pemberantasan dan pencegahan hanya mungkin efektif dengan melibatkan orang lokal. Tidak mungkin dipantau dari jauh, atau dari pusat suatu organisasi apalagi yang tidak ada kaitan langsung dengan penduduk lokal suatu daerah atau lokal tertentu.

Selain kekuatan lokal yang praktis ini, diperlukan juga kekuatan kearifan lokal secara kultural. Kearifan lokal kultural ini punya kekuatan sendiri dalam tiap masyarakat kultural (etnis). Kekuatan kultural ini luar biasa, tetapi sangat tersembunyi kalau tidak digali. Di sini orang-orang tua kultural dan pemudanya harus diikutkan secara aktif. Selain itu, pejabat pemerintahan setempat juga harus ikut ambil bagian termasuk polisi.

Kalau tidak, atau kalau malah ‘memusuhi’ dari pihak pemerintah setempat karena satu atau lain hal misalnya kalau polisi, lurah atau camat atau bisa juga bupatinya ikut nyandu atau dagang narkoba seperti banyak kejadian di mana saja di Indonesia ini, kegiatan lokal ini dijamin tidak akan bisa jalan. Di Filipina orang-orang ini ditembak mati di tempat dalam sistem pemberantasan narkoba Duterte.




Sebelum ke tingkat pemberantasaan sistem Duterte, kearifan lokal itu harus bisa jalan di negeri ini, atau diusahakan supaya bisa jalan. Cara ini masih menyisakan harapan atau memulihkan harapan bagi Indonesia.

Dimulai dari ‘pinggir-pinggir’ pakai istilah Presiden Jokowi.

Duterte belum pernah terpikir soal ‘pinggir-pinggir kearifan lokal’ ini. Dia langsung to the point, polisi atau pejabat yang terlibat tembak mati saja di tempat. Duterte sudah berhasil, atau dalam perjalanan akan berhasil, atau butuh waktu sepanjang masa jabatannya . . .

Sejarah satu nation dengan Narkobanya masih menantikan pencatatan terakhir . . . dengan sistem Duterte. Tetapi bukan tidak mungkin bahwa hanya inilah caranya untuk menyelamatkan satu nation dari cengkeraman narkoba. Dengan cara begitu pula menyelamatkan kemanusiaan di satu negeri tertentu, dan di tiap negeri di masa depan. Dan, dengan begitu, menyelamatkan seluruh kemanusiaan dari cengkeraman kematian akibat narkoba.

Sudah banyak pemimpin Indonesia meyakini bahwa narkoba memang digunakan untuk merongrong RI, selain presiden juga sering diingatkan oleh kepala BNN komjen Buwas, juga Ketua DPD RI.

Narkoba, terorisme dan korupsi adalah TIGA SERANGKAI alat ampuh untuk global hegemony dari pihak Greed and Power atau neolib internasional, untuk merongrong dan menguasai satu negeri demi akses ke SDAnya. Narkoba dan korupsi para pejabat sering sangat ‘serasi’ di Indonesia, berdampingan sangat erat. Salah satu sebabnya ialah karena “UU Narkotika dimanfaatkan petugas untuk melakukan tawar menawar dan kong kali kong dengan para pecandu narkoba,” sebagaimana dijelaskan oleh Kepala BNN Buwas (Lihat di SINI)

Banyak pemimpin Indonesia sekarang sudah mengetahui jelas bagaimana bahaya perongrongan kekuasaan dan nation Indonesia dari pihak luar dengan menggunakan narkoba. Karena itu juga dibangun MoU antara BNN dan DPDRI, meningkatkan kerjasama yang lebih erat dalam rangka pemberantasan kekuatan perongrongan dari segi narkoba ini, terlebih Indonesia sekarang sudah dalam keadaan darurat narkoba.




Adapun mengenai terorisme internasional terlihat semakin menyusut, karena di AS sendiri Presiden Trump sebagai seorang nasionalis AS, jelas tidak mau turut di bawah perintah neolib the establishment dalam soal terorisme seperti Obama-Clinton mendirikan ISIS (tuduhan Trump sendiri), lihat di SINI).

Semakin banyak, semakin luas dan semakin mendalam pengetahuan para pemimpin negeri ini dan juga rakyatnya dalam 3 soal ini (terorisme, narkoba, korupsi) pastilah akan menambah kekuatan bangsa ini melawan kekuatan internasional neolib yang semakin hari semakin jelas terlihat perusakannya dalam fenomena pecah belah (divide and conquer) seperti gerakan 212 dan 313 atau demo-demo massal lainnya yang jelas menunjukkan pecah-belah.

Dengan ketangkasan para pemimpin bangsa ini menangkis semua usaha pecah belah itu, semakin terjaminlah survival bangsa. Ini juga pasti mempengaruhi usaha pembangunan dan usaha untuk mensejahterakan rakyat akan semakin terlihat hasilnya. Dengan pengetahuan itu juga bisa meningkatkan usaha menjaga persatuan dan keharmonisan sesama semua kultur, daerah dan agama dan yang pada gilirannya juga adalah jaminan bagi usaha pembangunan dalam semua bidang, terutama dalam bidang ekonomi meningkatkan investasi seluruh negeri tanpa gangguan berbagai perpecahan atau kerusuhan.

Dengan pengetahuan itu juga terutama pengetahuan soal korupsi, bisa merevolusi ketinggalan (kebobrokan) birokrasi yang selama ini telah jadi penghalang penting pembangunan dan penghalang kemajuan negeri ini.






Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.