Kolom M. U. Ginting: SEBELUM TERLAMBAT

Warga Desa Kebun Durian (Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, Riau) ramai-ramai menangkap seorang pengedar narkoba, dan menyerahkannya ke pihak polisi. Ini membuktikan narkoba dan pengedarnya bisa dicegah dengan melibatkan dan mengaktifkan warga setempat. Dengan catatan, mudah-mudahan polisi dengan sistem kong kali kongnya tidak melepaskan pengedar ini pula.

Hal seperti ini juga sudah pernah terjadi di salah satu desa di Lhokseumawe, Aceh. Warga desa beramai-ramai melawan pengedar narkoba dan dengan bantuan pejabat polisi juga. Partisipasi penduduk setempat dan kekuatan budaya setempat memberikan harapan untuk pencegahan dan pemberantasan bisnis narkoba di negeri Indonesia yang sudah jadi darurat narkoba.

Jalan lain tidak ada, kecuali sistem Duterte, yang Indonesia masih ragu mentrapkannya. Padahal di Indonesia mati 1200-1500 orang perbulan dibandingkan di Filipina hanya 1000 orang per bulan. Sekarang sudah banyak berkurang kematian di Filipina, karena sistem Duterte atau sebab lain memang belum ada kepastiannya. Tetapi perubahan yang ada hanya itu (sistem Duterte). Sistem lama denga cara rehab dan penjara, tidak pernah menyelesaikan persoalan. Sistem baru Duterte sudah membuat perubahan.

Di Indonesia ada harapan dengan ‘sistem lokal’ ini, walaupun gangguannya sangat besar, yaitu; adanya keterlibatan pejabat lokal dalam bisnis narkoba atau mereka memang sudah kecanduan. Peredaran narkoba biasanya melibatkan pejabat dalam bisnis narkoba. Dengan akal bulusnya, mereka membuat pejabat itu kecanduan narkoba.




Di Filipina, pejabat ini langsung ditembak mati di tempat, karena memang tidak mungkin rakyat atau penduduk lokal aktif menghalau gerombolan bisnis narkoba sepanjang ada pejabat yang melindunginya. Rakyat jadi takut dan apatis. Kalau tidak ada warga yang berani buka mulut, bisnis narkoba hanya akan semakin luas dan pecandu semakin bertambah. Pejabat pun semakin korup, dan bangsa pun semakin merosot.

Sudah jelas ke arah mana ini akhirnya. Penduduk semakin banyak jadi pecandu. Anak-anak dan pemuda keluar dari sekolah. Orangtua apatis. Perongrongan negara sudah pasti, dan kekuasaan akan pindah ke tangan penguasa internasional neolib, dengan sasaran utamanya yaitu duit, duit, SDA, SDA serta menguasai ekonomi dan finans negara Indonesia.

Contoh konkret yang sudah ada di dunia sekarang ini ialah Mexico. Tidak ada lagi kekuasaan negara di Mexico. Yang ada ialah kekuasaan coorporate besar neolib internasional yang mengendalikan jalannya peredaran narkoba seerta perjalanan ekonomi dan finans Mexico. Kalau perongrongan neolib ini sudah sempurna. maka Indonesia sudah tidak ada lagi alias punah. Tak perlu lagi atau tak akan ada lagi yang ngomong Pancasila, agama, dsb. Mayoritas penduduk sudah jadi budak pecandu, gampang dikendalikan buat apa saja, kecuali mencintai tanah airnya.

Narkoba, korupsi dan terorisme adalah 3 alat utama neolib internasional menaklukkan dunia. Indonesia tak punya atau masih belum punya alat untuk menantang 3 alat utama neolib ini. Yang masih memberi harapan ya itu tadi, mengaktifkan rakyat lokal. Tetapi syaratnya tidak boleh ada campur tangan pihak aparat atau pejabat lokal yang memihak bisnis narkoba. Inilah yang masih susah atau tidak mungkin. Satu waktu sebelum terlambat mungkin Indonesia harus pakai sistem Duterte itu.

Dengan catatan utama tadi: SEBELUM TERLAMBAT.

Foto header: Sebuah acara adat Gunung Sahilan (Kabupaten Kampar, Riau)








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.