Kolom Asaaro Lahagu: Menjawab 9 Kritikan Amin Rais Kepada Jokowi

Seharusnya Amin Rais berterimakasih kepada Ahok. Mengapa? Karena Ahoklah, panggung Amin Rais kembali hidup. Sebelumnya, nama Amin Rais tinggal samar-samar, sudah redup dan tinggal sejarah. Saat menjadi ketua MPR 1999-2004, kontribusi Amin Rais bagi kemajuan ekonomi bangsa amat minim. Tidak banyak sumbang-asih Amin Rais bagi kemajuan bangsa saat itu.

Amin Rais lebih banyak dikenal sebagai seorang yang licik, ngomong tempe pagi, malam tahu. Sepak terjang Amin Rais membangun Indonesia sejak reformasi, terbilang nihil. Ia hanya dikenal sebagai sosok utama pelengseran Presiden Gus Dur. Maka, ketika Amin Rais mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2004, ia tak dilirik oleh rakyat. Rakyat paham bahwa Amin Rais hanya pintar menebeng massa dan cerdik mengambil alih panggung demonstrasi.

Ketika ada aksi bela Islam 411 dan 211, dengan cepat Amin Rais, AA Gym langsung curi panggung dan menebeng pada kerumunan massa. Alhasil AA Gym kembali Jaya, nama Amin pun Rais kembali mencuat. Ketika Ahok berhasil ditumbangkan dan dipenjara, Amin Rais merasa berhasil untuk keduakalinya memanfaatkan massa. Amin Rais bersorak, masih hidup. Namun karena tidah tahu berterimakasih, Amin Rais hanya girang lupa diri ketika Ahok tumbang dan dipenjara.

Pada acara “Refleksi 19 Tahun Reformasi-Menggembirakan Demokrasi Tribute to Amien Rais” di kantor PP Muhammadiyah Jakarta [Sabtu 20/5], Amin Rais yang merasa sudah banyak berbuat di negeri ini, memberi 9 kritikan pedas kepada Jokowi. Apa saja  9 kritikan Amin Rais itu? Mari kita menjawab kritikan Amin Rais itu dengan hati damai, pagi makan tempe, malam makan tahu.

Pertama, Amin Rais kecewa dan menyayangkan sikap Jokowi yang tidak menemui perwakilan bela Islam pada aksi bela Islam 411 lalu.




Saat itu, Jokowi lagi kerja menyidak perkembangan pembangunan rel kereta api Bandara. Berbeda dengan Amin Rais yang kerjanya menebeng demo, curi panggung dan ingin eksis. Jelas Jokowi akan muak dan muntah bila mendengar langsung ocehan Amin Rais. Bukankah sebelumnya terus menerus menyudutkan pemerintahan Jokowi? Lalu untuk apa bertemu dengan seorang Amin Rais yang hanya licik mencuri panggung?

Ke dua, Amien menilai, Jokowi telah membiarkan adanya usaha-usaha untuk melakukan kriminalisasi terhadap para ulama sebagai rujukan umat.

Di sinilah liciknya Amin Rais. Amin Rais berkoak-koak agar Ahok diproses sesuai dengan hukum. Sementara ketika Rizieq melanggar dan diproses, maka disebut sebagai kriminalisasi. Polri menersangkakan Rizieq yang disebut sebagai ulama besar umat Islam Indonesia itu, berdasarkan bukti dan fakta. Ada bukti video bahwa Rizieq menghina Pancasila, menghina umat agama lain. Bukti chatt porno dengan Firsa Husein juga ada. Ketika mau diproses sesuai dengan hukum Rizieq tidak berani dan malah kabur. Lalu para pendukung fanatiknya, membela dengan kata “kriminalisasi ulama”. Amin Rais mungkin perlu belajar keadilan hukum lagi.

Ke tiga, Amien mengkritik Jokowi soal rencana penggunaan dana Haji untuk pembangunan infrastruktur.

Jokowi sedang giat membangun infrastruktur masif di seluruh wilayah Indonesia. Selama 10 tahun pemerintah SBY, pembangunan infrastruktur jalan di tempat. Jadi, sekarang pemerintah lagi butuh dana segar. Opsinya adalah menambah utang luar negeri dengan membayar bunga tinggi atau meminjam dana Haji yang menganggur.

Jadi, dana Haji yang Rp. 90 Triliun itu diputar terlebih dahulu dan akan dikembalikan oleh pemerintah jika dibutuhkan. Skema ini murni hitung-hitungan ekonomi yang lebih menguntungkan. Jelas opsi peminjaman dana haji untuk sementara lebih masuk akal ketimbang menambah utang. Itu jauh lebih produktif  ketimbang dikorupsi seperti yang dilakukan oleh mantan Menteri Agama Surya Dharma Ali. Ah, Amin Rais mungkin sudah terlambat jika belajar ilmu ekonomi.

Ke empat, Amien ingin Jokowi mengakhiri penjajahan ekonomi asing di Blok Mahakam dan Freeport-McMoran.

Jika Amin Rais hanya berkoak-koak melawan hegemoni asing, Jokowi sudah berdarah-darah melakukannya. Masih ingat bagaimana Setya Novanto, Reza Chalid catut nama Jokowi terkait perpanjangan Freeport? Kini Jokowi sukses membuat Freeport melepas sahamnya 51% kepada Indonesia. Kontrak kerja Blok Mahakam tidak diperpanjang lagi dan Pertamina sedang dalam proses transisi mengambil-alih pengelolaannya. Amin Rais mungkin kurang baca berita (sudah pikun?)

Ke lima, Amien menyebut penegakan hukum di zaman Jokowi belum mengalami perbaikan. Bahkan makin buruk.

Amin Rais mungkin tidah paham bahwa di masa Jokowi para mafia, para koruptor lari pontang-panting. Kantong-kantong mereka lagi dikeringkan Jokowi. Masih ingat pembubaran Petral? Pembekuan PSSI, penenggelaman kapal pencuri ikan oleh Menteri Susi, proses hukum anggota DPR Senayan yang korup, eksekusi mati terpidana mati Narkoba, dan terakhir Jokowi tidak membela sedikitpun Ahok yang dihukum oleh pengadilan massa yang juga melibatkan Amin Rais? Ah pikun lagi.

Ke enam, Amien Rais mewarning Jokowi bahwa ancaman keutuhan NKRI di zaman kepemimpinan Jokowi terasa lebih nyata.

Siapa mereka Pak Amin? Di sana ada Jusuf Kalla yang membiarkan masjid dipolitisasi selama Pilkada DKI. MUI yang ikut berpolitik dengan fatwanya. Apakah anda sosok yang membela keberadaan HTI yang jelas-jelas ingin mendirikan negara khilafah? Tak ada satupun komentar Amin Rais tentang keberadaan HTI, FPI. Munafik ya, Pak. Tapi jangan takut, Pak, Jokowi siap gebukin siapapun yang merongrong NKRI.

Ke tujuh, Amien mewanti-wanti Jokowi agar tidak pernah berpikir menjadikan Indonesia menjadi economic backyard atau halaman belakang ekonomi RRC, tempat buang sampah.

Justru Jokowi ingin memanfaatkan China dengan duitnya untuk ikut membangun infrastruktur di Indonesia. Kita sudah lama bekerjasama dengan Jepang, namun Jepang sangat pelit melakukan transfer teknologi kepada Indonesia. Dengan China, kita bisa bargain business to business. Dugaan Amin Rais bahwa China akan menguasai Indonesia, itu hanya khayalan dan bukan mereka yang pengangguran. Masih ingatkah ketegasan Jokowi kepada China di Kepulauan Natuna? Paham, Pak Amin?

Ke delapan, Amien mengingatkan Jokowi, agar rezimnya tidak mudah menciduk orang-orang tertentu yang dalam pandangannya berbahaya, dengan tuduhan makar.




Amin Rais lupa baca undang-undang tentang makar. Siapapun yang ingin merongrong pemerintah yang sah, yang dipilih oleh rakyat, disebut makar. Sri Bintang Pamungkas adalah contohnya.

Ia mengirim surat kepada MPR agar mengadakan sidang Istimewa dengan agenda menurunkan Jokowi dari kursi Presiden. Lalu mereka-mereka yang terbukti makar akan dibiarkan, Pak Amin? Itu terlalu.

Ke sembilan, Amin Rais mengingatkan Jokowi, agar jangan pernah menganggap enteng kedaulatan rakyat. Menurutnya, kata “gebuk” harusnya tidak boleh lagi keluar dari lisan seorang Presiden.

Anda takut digebukin juga, Pak Amin? Demokrasi kita sudah kebablasan. Ormas-ormas anti Pancasila dibiarkan selama puluhan tahun beranakpinak dan berakar. Mereka dipelihara oleh pejabat-pejabat di Era Reformasi. Sekarang, Jokowi harus cuci piring. Jokowi harus menggebukin Ormas-ormas itu yang hendak mengganti Pancasila dengan Khilafah. Pun jika ada gerakan PKI, juga akan digebukin. Tidak cukup hanya digebukin, Pak Amin, tetapi juga akan dihabisin.

Kesimpulan saya, di mata seorang Amin Rais, tak ada satupun yang baik tentang Jokowi. Anda mungkin salah seorang yang sangat kecewa ketika Jokowi menang atas Prabowo. Itu sebabnya segala omongan Amin Rais tak didengar, termasuk seorang Jokowi. Apalagi Amin Rais sudah jelas-jelas terbukti ingkar tentang jalan kaki dari Yogyakarta-Jakarta bolak-balik jika Jokowi menang. Mana janjinya, Pak Amin? Sudah lupa? Kalau begitu lupakan saja 9 kritikan itu, ya Pak, simpan saja di dengkulnya.

Salam kura-kura.







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.