Kolom M.U. Ginting: TABIR KEGELAPAN

Teror bom bunuh diri di Manchester [Senin 22/5: Malam] yang menewaskan 22 orang dan melukai sekitar 50 orang, tidak ada bedanya dengan teror-teror lainnya yang selama ini sudah sering terjadi di Eropah. Di bolak-balik dengan kamuflase apapun tetap saja terorisme adalah buatan neolib globalist dengan tujuan globalnya. Definisi Prof. Chossudovsky bahwa terrorisme adalah made in USA untuk tujuan global hegemony dan war on terrorism adalah big lie, itulah rahasia nyata dari semua teror neolib ini.

Inggris Theresa May sebagai negeri ‘anti UE’ memang cocok sekali untuk ‘dapat hukuman’, karena UE adalah proyek besar neolib di Eropah. Teror kali ini juga pasti tidak lepas dari usaha mempengaruhi Pemilihan Umum yang akan datang 8 Juni di Inggris yang hasilnya nanti pastilah juga akan menggambarkan perubahan pro-anti UE. Dengan perkataan lain, apakah nanti akan dimenangkan oleh pro nasionalisme Inggris atau pro internasionalisme neolib UE?

Kemungkinan aksi-aksi teror seperti kemarin malam itu, pemerintah Inggris sudah lama punya persiapan pikiran dan hampir tiap hari ada penangkapan atas  orang-orang yang dicurigai akan bikin teror. Persiapan ini terutama setelah Inggris keluar dari UE (Brexit) dalam Referendum Juni tahun lalu. Pemerintah Inggris dan orang-orang UKIP atau orang-orang nasionalis Inggris mengerti adanya kemungkinan aksi-aksi teror ‘pembalasan’ ini, tetapi sama sekali tidak bisa dimengerti oleh orang-orang dari partai buruh, sosialis, komunis, dan semua orang-orang kiri lama yang dengan ideologi yang sudah obsolete itu, mereka tetap memahaminya sebagai teror Islam.

Kapan saja dan di mana saja bisa ada aksi bom bunuh diri, karena kapan saja dan di mana saja bisa direkrut orang naif mau bunuh diri bawa bom. Orang muda naif tak berpendirian masih selalu bisa direkrut jadi pembom bunuh diri dengan pengeluaran biaya yang sangat minimal.




Di AS setelah ‘Obama was the last gasp of neoliberlism’, istilah neolib ini sudah berubah jadi istilah ‘deep state’, dan sangat populer sekarang di sana. Dengan adanya ‘deep state’, AS telah  terpecah menjadi dua bagian, yaitu pro nasionalist Trump kontra pro ‘deep state’. Hebatnya ialah bahwa sebagian besar publik sudah mengetahui siapa di belakang ‘deep state’, karena pendukung nasionalist Trump telah ada usaha dan berkepentingan menjelaskan kepada publik, siapa dan organisasi mana yang berada  di belakang deep state itu. Internet dan keterbukaan aliran informasi telah banyak membantu bikin pencerahan di kalangan rakyat banyak di AS.

Prof Jason Royce Lindsey dalam bukunya ‘The Concealment of the State’ (2013) mengatakan bahwa ‘the deep state draws power from the national security and intelligence communities, a realm where secrecy is a source of power’.

Di sinilah terletak kekuatan besar dari deep state, yaitu di dalam kerahasiaan atau KEGELAPAN, istilah yang sudah biasa kita kenal di Indonesia. Terorisme, narkoba, dan korupsi semuanya beroperasi di bawah kekuatan KEGELAPAN ini, dan kekuatan ini mati sendiri dalam realm Keterbukaan dan transparansi.

AS sudah memulai perjuangan ini sekarang, dan Indonesia sudah jauh di depan dalam perjuangan ini. Contoh terakhir dan bersejarah di Indonesia soal keterbukaan dan kejujuran ialah perjuangan nasional Ahok, perjuangan mana diganjar dengan hukuman penjara 2 tahun, diterima oleh Ahok dengan menolak naik banding.

Foto header: Ivo Aurora Widya (Vokalis Band Left Wing Bali) (Suaminya adalah salah seorang kolumnis Sora Sirulo)








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.