Kolom M.U. Ginting: AS DAN INGGRIS BANTU ‘TERORIS ISLAM’?

“AS, Inggris, dan sekutunya diam-diam mendukung kelompok ‘teroris Islam’ di Afganistan, Bosnia, Kosovo, Libya, untuk memicu permusuhan etnis dan kekerasan sektarian yang kemudian dijadikan pintu masuk untuk campur tangan mereka,”
lihat di SINI.

Mereka (AS, Inggris, dan sekutunya) ‘diam-diam mendukung kelompok teroris Islam’.

Chossudovsky juga menyebut HT (Hizbut Tahrir) pernah bekerjasama dengan intelijen Inggris MI6, seperti dilansir Global Research, Mei 2011. Dalam prakteknya, mereka ini tidak hanya mendukung kelompok teroris ini tetapi juga aktif membentuk organisasi teroris seperti yang dikatakan oleh Prof. Michel Chossudovsky itu juga:

The so-called war on terrorism is a front to propagate America’s global hegemony and create a New World Order. Terrorism is made in USA, The global war on terrorism is a fabrication, a big lie.

(Lihat videonya di SINI)

Yang dimaksud dengan USA di sini adalah sebelum Trump masuk ke Gedung Putih; AS di bawah semua presiden, baik dari Partai D atau Partai R sejak era Andrew Jackson. Kekuasaan di AS ada pada ‘the party of money’ atau ‘the secret government’ atau terakhir setelah Trump jadi presiden, kekuasan rahasia ini disebut ‘deep state‘. Ini erat kaitannya dengan usaha-usaha menggulingkan Trump dari dalam termasuk dengan usaha pemakzulan.




Istilah deep state sudah populer di AS terutama di kalangan Trump Cs orang-orang nasionalis.

Dengan adanya ‘deep state’ ini dan yang sudah diakui dan diawasi secara cermat oleh Trump cs, maka dengan sendirinya apa yang dimaksud dengan politik AS sekarang ini, terutama politik luar negerinya harus ada catatan dalam pemikiran; apakah AS deep state atau AS pro nasionalist Trump. AS sekarang dalam kenyataan sudah terbagi dua. Tidak ada lagi politik AS yang punya dasar patokan seperti pada era sebelum Trump.

Pembagian ini terlihat secara jelas juga dalam penarikan diri Trump dari persetujuan Paris soal pengurangan emisi gas beracun CO2. Trump menilainya dari segi ekonomi yang memberatkan kepentingan nasional AS. Menurutnya, AS akan dirugikan sebesar $3 T dan mengakibatkan pengangguran kelas pekerja AS sampai 6-7 juta orang, jika AS mengikuti persetujuan itu.




Pernyataan Trump jelas dan terus terang menentang semua pemimpin negara-negara lain yang tidak mau tahu soal kepentingan utama rakyat AS terutama kelas pekerjanya yang selama ini telah banyak menderita dan jadi miskin karena pabrik-pabrik neolib (deep state) hijrah ke luar negeri terutama ke China.

Perjuangan Trump kontra deep state menggambarkan perjuangan antara nasionalisme kontra internasionalisme neolib di AS. Ini akan berpengaruh sangat ketat dan gigantis atas perjuangan rakyat-rakyat seluruh dunia dalam usahanya menentang ketidakadilan neolib globalis yang secara teori dan praktek masih mendapat dukungan kuat dan terpercaya dari gerakan internasional sosialis/ komunis/ kiri lama.

Bahwa Trump bisa kalah atau menang dalam pertempuran kali ini, belum bisa dipastikan. Tetapi satu pelajaran berharga dari boldness Trump dalam menantang lawan-lawannya yang sangat kuat itu ialah dia lawan pakai taktik dan strategi atau metode yang sama seperti lawan-lawannya, gigi ketemu gigi. Kalau nasionalis Jokowi terakhir pakai istilah ‘gebuk’. Cocok sekali.




Kelebihan alamiah yang memihak Trump (juga Jokowi) ialah adanya era KETERBUKAAN dan semua soal DI ATAS MEJA. Ini tidak bisa ditandingi oleh lawan-lawan Trump yang masih HARUS mengandalkan KETERTUTUPAN DAN RAHASIA.

Ketertutupan dan rahasia ini adalah sumber KEKUATAN UTAMA bagi neolib deep state. Ini masih terdapat dalam banyak organisasi inteligen AS deep state.

Trump sebagai presiden bisa mempreteli organisasi ini satu demi satu. Tetapi tidak gampang.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.