Kolom Eko Kuntadhi: DUA MAINAN BERBAHAYA DPR

Kata orang-orang pinter, ada 2 musuh bangsa ini: Korupsi dan radikalisme. Dua-duanya sedang jadi bahan mainan DPR. Maklum, kata Gus Dur dulu, DPR mirip anak TK. Lebih banyak mainnya ketimbang nyanyinya.

Isu korupsi dimainkan DPR dengan membuat hak angket terhadap KPK. Niatnya pura-pura ngawasin, padahal semua demit juga tahu hak angket itu digulirkan karena banyak anggota dewan yang terancam tergulung kasus e-KTP. Mereka takut nasibnya seperti potongan wortel dalam risol.

Bukan cuma kali ini aja DPR benci pada KPK. Apalagi salah satu pimpinan DPR dari fraksi independen adalah Fahri Hamzah. Harus diakui Fahri adalah satu-satunya anggota DPR yang tidak punya partai sekarang.

Dia sendiri masih dendam pada KPK karena memenjarakan koruptor kasus sapi Lutfi Hasan Ishak 18 tahun. Jadi, apapun jika menyangkut KPK, Fahri akan mengganjalnya.

Tapi, bukan hanya Fahri. Banyak anggota dewan juga sebel pada KPK. Makanya beberapa kali mereka mau merevisi UU KPK agar kewenangannya bisa diamputasi. Sukurlah rakyat selalu sigap di belakang KPK.

Nah, hak angket yamg digulirkan DPR terhadap KPK sesungguhnya berbahaya bagi sistem demokrasi. KPK adalah lembaga hukum (yudikatif) yang fungsi-fungsinya independen. DPR (legislatif) juga adalah lembaga sendiri, demikian juga pemerintah (eksekutif).




Dalam doktrin teori triaspolitika ketiga lembaga ini tidak boleh saling mengintervensi. Apalagi saling gebuk pakai bantai sebelum tidur. Itu kerjaan anak nakal. Tidak saling mengintervensi adalah syarat utama demokrasi berjalan sehat.

Jadi, hak angket DPR tentang KPK yang mengurusi soal teknis hukum bukan saja tidak sehat dalam proses penegakkan hukum. Juga bisa bikin demokrasi cacat.

Inilah kampretnya orang-orang yang duduk di lembaga terkorup menurut survei itu. Demi kepentingan mereka mau merusak sistem keseimbangan dengan mengintervensi KPK.

Mereka sama kampretnya dengan pengacara Rizieq yang meminta Jokowi mengintervensi hukum untuk menghentikan kasus cabul.

“Gila Presiden gue diminta turun tangan ngurusin kasus esek-esek di kandang kambing. Bangke gak, tuh?”

Saya sih berpendapat, jika hak angket digulirkan bagusnya KPK gak usah datanglah. Selain dilundungi UU untuk bersikap independen, kedatangan KPK ke DPR malah akan banyak mudhoratnya. Malah mengaduk-aduk persoalan hukum dan politik. Bubur ayam saja kalau diaduk jadi gak enak. Jadi biar saja mereka teriak-teriak hak angket, KPK mah tetap fokus saja pada hak angkut jika ada yang terbukti korup.

Soal ke dua yang jadi mainan DPR adalah isu radikalisme, yang sedang ditarik ulur penanganannya dengan revisi UU Antiterorisme. Sudah setahun lebih revisi ini dibahas, tapi gak kelar-kelar. Yang mengkhawatirkan ketua Pansus Revisi UU Antiterorisme M. Syafii dari Gerindra, pernyataan-pernyataannya kok seperti tidak mendukung perlawanan pada radikalisme ini.

Pemerintah, polisi dan TNI membutuhkan payung hukum untuk bertindak. Sementara para teroris cuma butuh payung doktrin tentang bidadari yang sedang menunggunya seperti penjaja ojeg payung di pelataran mall ketika hujan.




Yang tertangkap oleh rakyat kenapa revisi UU itu molor terus, karena ada kepentingan politik yang masih mau memetik manfaat dari keberadaan kaum radikal.

Apa mereka gak belajar dari Syuriah? Apa mereka tidak mencermati ISIS yang sudah bersarang di Marawi, Filipina? Lagipula kita menggaji anggota DPR kan salah satunya untuk bikin UU.

“Bom panci sudah sering terjadi, DPR seperti hanya sibuk mikirin mau masak apa hari ini. Woyy, pancinya udah meledak, woiii!”

Gini deh, jika hak angket terhadap KPK terus digulirkan, kesebelan rakyat terhadap lembaga DPR sudah sampai ke ubun-ubun juga. Kita doain saja mereka yang mendukung hak angket terkena ambein dan anyang-anyangan. Biar gak bisa lagi menikmati kursi kekuasaan.

Sementara kepada mereka yang ingin memetik keuntungan politik dari keberadaan kelompok radikal di Indonesia, semoga disadarkan secepatnya. Diampuni dosa-dosanya. Dilapangkan kuburnya. Dan kepada keluarga yang ditinggalkan agar diberikan ketabahan dan kesabaran menghadapi cobaan ini.

Amien ya robbulalamin…






Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.