Kolom Ita Apulina Tarigan: HARI KOPERASI NASIONAL

Dua hari lalu, pagi-pagi sekali Mamak menelepon saya. Katanya, rapat tahunan CU sudah selesai dan SHU (sisa hasil usaha) sudah dibagi. Saya kebagian hampir 800 ribu rupiah. Lumayan kan, ya?

CU yang saya ikuti ini adanya di gereja dekat rumah Mamak, yang mana anggotanya adalah jemaat. Waktu itu mamak menyarankan saya buka tabungan di CU. Katanya biar ada tempat menyimpan uang, kalau di bank nanti terus keluar lagi lewat ATM.

Betul juga sih.  Iseng-iseng saya iyakan sajalah dan sejak saat itu setiap bulan saya menabung lewat Mamak.

Selain menabung, anggotanya juga bisa melakukan peminjaman, dikenakan bunga, tentunya bunga yang tidak tinggi. Sumber dananya berasal dari iyuran wajib dan tabungan bulanan. Jadi, kalau anggota rajin menabung dan juga meminjam biasanya SHU-nya bisa banyak sekali.

Adik saya yang juga ikut jadi anggota CU di gerejanya, bahkan bisa berjut-jut SHU tahunannya. Lumayan buat bekal tahun baru. Dia rajin menabung dan juga meminjam.




Saya sendiri tidak pernah diijinkan Mamak meminjam, karena menurutnya cara saya menggunakan uang sangat tidak produktif. Meminjam uang berarti harus jelas untuk apa.

Artinya, meminjam harus untuk investasi. Kalau Mamak kalian orang Karo, apalagi Beru Karo pasti kalian paham maksudku. Padahal kalau diijinkan, mungkin SHU saya bisa buanyaaakkk…

Di kampung kami, menjadi anggota CU sudah sangat normal, tidak aneh. Banyak yang tertolong. Koperasi ala rakyat ini bisa menggerakkan dan mengaktifkan perekenomian kecil, dari petani, pedagang bahkan pelajar.

Dalam sebuah laporan investigasi yang pernah dirilis Kompas tahun 2007, CU di SUMUT bersaing ketat dengan perbankan konvensional. Tidak hanya bergerak dalam simpan pinjam uang, CU-CU ini ada yang bergerak dalam jual beli sembako, pupuk yang benar-benar dibutuhkan masyarakat pedesaan. Semakin aktif anggota, semakin banyak SHU.

Oh iya, kalau mau tahu berapa sih aset CU yang bisa membagi SHU sampai jutaan kepada anggotanya? Sssttt… ada lho yang sampai Rp. 1 Triliun.

Untuk urusan CU ini, saya bangga jadi warga Sumatera Utara. CU merambah sampai ke desa-desa paling terpencil sekalipun. Banyak yang tertolong. Kamu mau lawan sistem ekonomi kapitalistik? Gak perlu pakai ribut, lakukan perlawanan senyap, aktiflah berkoperasi!

Salam koperasi!!








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.