Kolom Eko Kuntadhi: KEYAKINAN PLINTAT-PLINTUT

Ada orang beragama lalu otaknya melintir. Ketika ISIS dan HTI mengatakan bahwa mereka berhak menguasai seluruh wilayah dengan pemerintahan khilafah berbasis Islam, banyak orang protes. Mereka mengatakan tidak mungkin Tuhan memerintahkan ajaran untuk merusak. Apalagi sebuah agama dipaksakan untuk menguasai agama lainnya.

Tuhan bukan politisi yang mengharuskan umatnya untuk merampas kekuasaan dimana saja berada. Begitu kata mereka.

Tapi, di satu sisi, mereka meyakini bahwa Tuhan itu menjanjikan sebidang tanah kepada bangsa Yahudi. Tafsir memberikan sebidang tanah itu, ditafsirkan begitu gamblang. Seperti Tuhan bertindak sebagai makelar tanah.

Jadi, kalau HTI bilang bahwa mereka diperintahkan Tuhan untuk berkuasa, mereka protes. Sebab itu bertentangan dengan kemanusiaan, keadilan dan keragaman. Tapi, mereka mensupport Israel merampas tanah Palestina karena yakin bahwa Israel sedang mewujudkan janji tanah dari Tuhan.

Tapi ada juga yang sebaliknya. Ada orang yang sangat keras memprotes perampasan tanah Palestina oleh Israel. Mereka marah ada pada tentara Israel yang menghalangi umat muslim beribadah di masjid Al Aqsa.




Sementara mereka mempercayai bahwa Islam wajib mendirikan khilafah dan mengabaikan umat agama lain. Bahkan kalau perlu menegakkannya dengan jihad. Mereka juga pendukung nomor satu penghalangan umat Kristen beribadah ke gerejanya.

Bayangkan jika di dunia hanya hidup dua pandangan ini. Sama-sama merasa berpegang pada kitab suci lalu tidak salah jika merampas hak orang lain. Mereka ingin menjalankan perintah Tuhan dengan mengabaikan seruan Tuhan untuk bertindak adil kepada sesama manusia.

Dipastikan, jika dua golongan ini berkuasa, dunia akan jauh dari kedamaian. Atas nama Tuhan mereka akan saling menghancurkan.

Mending seperti Saudi yang jelas sikapnya. Pemerintah Saudi mendukung teroris seperti ISIS atau Alqaeda. Sekaligus bermesraan dengan Israel. Jadi, jelas dukungannya pada penjajahan dan kezaliman. Gak plintat-plintut.

Atau seperti Israel yang merampas tanah Palestina atas nama Tuhan juga diam-diam mendukung teroris sepert ISIS untuk mendirikan khilafah Islam. Meskipun pada satu titik mereka akan saling bertabrakan. Wong kitab sucinya berbeda.

Ketika semua orang mengkkaim kitab sucinya paling benar dan paling pantas, untuk diwujudkan berdasarkan tafsir sempitnya semata, maka kuburkanlah mimpi tentang perdamaian. Sebab kedamaian tidak mungkin diwujudkan dengan doktrin yang sempit seperti itu.

Di sini kita menempatkan kitab suci sebagai pencetus kebencian. Kita menjadikan agama sebagai pemicu ketidakadilan.

Jika semua orang beragama sesempit itu cara berfikirnya, saya kuatir agama hanya akan berdiri berhadapan dengan kemanusiaa dan keadilan. Dan kalau sudah begini, agama menjadi tidak menarik lagi.

Untung saja dunia memiliki Paus di Vatikan, punya Imam Ali Khamenei di Iran, punya para pendeta progresif, punya Dalai Lama. Tokoh-tokoh spritual ini menentang perilaku Israel di Palestina sekaligus mengutuk perilaku perilaku para pengusung khilafah.

Jadi, kita bisa memilih jalan agama yang lebih asyik…








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.