Kolom Eko Kuntadhi: 3 LELAKI BAIK ITU

Keadilan seringkali ketelingsut di ruang sidang.

 

Siang ini saya mendapat informasi dr. Otto Rajasa atau Pot begitu orang biasa menyapa dijatuhi hukuman 2 tahun dengan denda Rp 50 juta subsider 1 bulan. kesalahan Otto hanya satu. Dia mengkritik cara beragama sebagian orang yang kaku, legalistik dan politis.

Mereka marah dan mengadukan Pot dengan tuduhan penistaan agama dan pelanggaran UU ITE. Lalu lelaki baik hati ini ditangkap, diadili dan dijebloskan ke penjara.

Beberapa bulan lalu kita juga menyaksikan drama ini. Ahok menghadapi persidangan dengan tuduhan penistaan agama. Pasal yang dibuat penjajah Belanda ini digunakan untuk memenjarakan orang-orang baik.

Pot adalah penganut Islam seperti kebanyakan kita. Istrinya berjilbab panjang. Tapi dia gerah dengan orang-orang yang menggunakan agamanya demi kepentingan politik. Dia sebel dengan formalitas agama yang pada akhirnya merusak nilai dalam agama itu sendiri.




Tapi mungkin hukum tidak memeriksa sampai ke sana. Bagaimana lelaki muslim ini justru dituduh telah menodai agamanya sendiri. Sebagaimana juga hukum abai melihat Ahok yang bekerjakeras untuk membangun Jakarta. Hukum mengabaikan prestasi niat Ahok membangun mesjid di Balai Kota dan Masjid Raya di Daan Mogot.

Kedua orang ini hanya dipreteli dalam satu scene kehidupannya saja. Pot dituding karena membuat status di FB. Sedangkan Ahok dipenjara karena statemen di depan nelayan Kepulauan Seribu. Lalu, mereka dihukum berdasarkan sebuah momen kecil yang terjadi.

Di waktu lain, kita mengenal Fidelis. Dia adalah suami yang baik dan sayang kepada keluarganya. Fidelis dihukum karena mencoba mengobati Yani Riawati, istrinya yang menderita penyakit langka syringomyelia dengan ekstrak ganja. Itu dilakukan setelah semua upaya pengobatan gagal dan sebelumnya dia minta rekomendasi dari instansi terkait.




Adakalanya Dewi keadilan yang buta itu memang buta beneran. Kadang dia tidak melihat sisi yang lebih dalam dari sosok manusia. Lalu, orang-orang baik dipejnara, karena ada satu scane dalam kehidupannya yang terpleset. Atau dicoba diplesetkan orang lain yang membenci dirinya.

Keadilan memang bisa ketelingsut di ruag sidang. Tapi kita tahu, keadilan sesungguhnya hidup dalam diri masyarakat. Bagi kita yang waras, orang-orang ini tetap orang baik, meski palu hakim berkata berbeda. Sebab, palu itu hanya bicara tentang sebuah kata dari seluruh buku kehidupan mereka.

Kepada orang-orang seperti Ahok, Pot dan Fidelis inilah kita bisa terus berkaca tentang ketidakadilan yang legal.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.