Kolom Daud Ginting: PRIA IDENTIK MACHO

Bicara tipologi pria, kaum Adam ini dikesankan gagah, keras, petualang dan pemikir serius logis. Sehingga pria seakan tidak memiliki sifat melankonis. Asumsi itu tidak salah tanpa reserve, karena secara literatur pria itu dominan mengandalkan otak kiri berpikir, sebaliknya wanita justru mempergunakan otak kanan dalam berpikir.

Gambaran gaya pria pemikir sering di ilustrasikan dengan rambut acak panjang, bereokan, mata menatap tajam dan kening berkerut sebagai ekspresi sedang asik dengan diri sendiri menganalisa dan menyimpulkan ujung pangkal makna hidup.

Persepsi yang mengkotakkan “PRIA ITU GARANG” menjadi salah satu alasan untuk menertawai jika ada pria ditemukan terkesan “Melo”, atau istilah anak muda sekarang “Cemen”. Bahkan dianggap lucu jika pria itu sampai meneteskan air mata menanggapi suatu case.

Idealnya memang pria itu heroik, pantang menyerah, the fighter dan gigih mengenyahkan rintangan, dengan kekuatan ototnnya harus mampu memancat tebing batu cadas.




Tetapi tidak bisa kita lupakan, bahwa pria juga manusia, dia memiliki dualitas, selain memiliki perangkat rasionalitas, pria juga mempunyai serangkaian hati atau perasaan.

Dalam zaman serba kompetitif dewasa ini justru pria tidak cukup hanya mengandalkan rasionalitas, karena umat manusia sudah mulai bosan dengan kompetisi keras, dalam arti persaingan saling mematikan, mengenyahkan atau saling membunuh. Itu hanya cocok di zaman kegelapan. Untuk bisa eksis seturut panggilan zaman, pria harus memilih jurus baru “Soft Approach” dalam interaksi sosial, agar pria tidak hanya mampu bersimpati, tetapi harus mampu berempati.

Sikap empatik yaitu kemampuan memproyeksikan diri ke dalam diri orang lain, sehingga mampu merasakan persis apa yang sedang dirasakan dan diinginkan orang lain. Setelah bisa menyimpulkam apa yang dirasakan orang lain maka pria juga akan mampu memberikan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan orang lain.

Kemajuan teknologi, “HiTech” maupun kemajuan teknologi informasi ternyata budaya kerja dewasa ini mengarah ke teknik “Soft Teknologie” sehingga yang dibutuhkan juga “Keterampilan Lunak”. Jika pria tidak mampu membaca tanda zaman ini maka kaum wanita akan menguasai zaman, perempuan akan jadi leader, bisa jadi kaum pria akan tersingkir.

Selamat Berpikir Merdeka !!!








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.