Kolom Juara R. Ginting: PERSAMAAN NYINYIR DENGAN ANGEK

Terus terang saja, saya sebenarnya baru mengenal kata NYINYIR sejak sebulan ini, ketika sekelompok orang dituduh berlaku nyinyir. Lalu, saya cari di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online apa artinya kata ini dan jawabnya adalah: Mengulang-ulang perintah atau permintaan; nyenyeh; cerewet.

Defenisi KBBI itu kurang memuaskan saya. Perasaan saya bekata lain saat “merasakan” konteks percakapan ketika kata nyinyir dipergunakan di media sosial. Fahri Hamzah adalah salah satu contoh dari beberapa orang di media sering dikatakan nyinyir. Lalu, saya coba mengkaji ucapan-ucapan yang dituding nyinyir itu.

Saya pun merasakan ada kesamaan nyinyir dengan ANGEK. Lalu, saya coba tanya KBBI Online ….. Sayang, kata ini tidak dikenal oleh KBBI Online.

Saya tersenyum sendirian. Ya … Angek itu adalah istilah orang Medan diambil dari perbendaharaan kata Minangkabau. Kata ini merupakan dialek Minang untuk kata Melayu HANGAT. Kata ini sempat populer sejenak setelah mantan Bupati Karo (Kena Ukur Surbakti) berkata kepada reporter TVOne yang mewawancarainya tentang unjuk rasa untuk melgnserkannya saat itu.




“Mereka cuman mengangek-angeki saja itu, Buk TipiWan,” kata mantan bupati itu sehingga orang-orang Karo menjadi malu mendengar bupatinya menggunakan bahasa orang rendahan di siaran televisi nasional.

Mengangek-angeki adalah upaya membuat seseorang menjadi angek (hangat –> panas). Tindakan mengangek-angeki (secaa harafiah berarti memanas-manasi) biasanya dilakukan oleh anak-anak ataupun orang dewasa yang dinilai kekanak-kanakan. Salah satu contohnya adalah ketika seorang anak sedang menikmati ice cream dengan ekspresi yang berlebihan untuk mengatakan betapa nikmatnya ice cream itu. Lain dengan kata menggoda yang bermaksud agar orang lain itu meminta sedikit ice cream yang sedang dinikmatinya, mengangek-angeki bermaksud memancing rasa malu atau amarah dari pihak lawan.

Begitulah pengertian saya terhadap kata nyinyir. Mungkin saja pengertian saya ini sangat salah dari pengertian sebenarnya, akan tetapi setidaknya ada kesamaan pelaku nyinyir dengan pelaku mengangeki.

Contoh mengangeki dengan ice creaam tadi biasanya dilakukan di saat pihak lawan diketahui tak mungkin sama sekali membeli ice cream walaupun dia punya cukup uang untuk membelinya. Ada sesuatu yang membuat pihak lawan itu tidak bisa membeli ice cream, misalnya sedang sakit tenggorokan, dan itu dijadikan sebagai kesempatan untuk mengangekinya. Dalam keadaan seperti itu, sangat susah untuk tidak menjadi angek dan bahkan sangat memancing amarah.

Para pembenci Jokowi mulai melakukan serangan-serangan seperti itu yang dapat memancing amarah para pendukungnya dan bahkan diharapkan agar Jokowi sendiri merasa terganggu untuk kemudian melakukan klarifikasi. Ini akan memberi peluang lebih besar lagi bagi untuk melancarkan nyinyir-nyinyir berikutnya lebih banyak lagi.

Salah satu contoh nyinyir yang sepertinya secara sengaja dilancarkan untuk menurunkan wibawa pemerintahan Jokowi adalah dengan menuduhnya menambah utang negara.

Sangat benar Jokowi menambah utang negara, akan tetapi perhitungan dan penilaian terhadap hutang negara adalah sebuah kerjaan kalkulasi profesional. Tidak cukup hanya menghitung peningkatan dari angka 5 ke angka 6, tapi juga terkait dengan nilai kurs dolar saat itu, sasaran penggunaannya ke mana, masihkah sesuai dengan Undang-undang yang berlaku di negara kita, bagaimana bila dibandingkan dengan negara-negara lain, dan banyak lagi aspek lainnya yang perlu diperhitungkan.

Tindakan nyinyir adalah dengan mengatakan: Jokowi hanya bisa menambah hutang negara.

Ketika tuduhan ini diucapkan oleh orang yang punya posisi penting seperti wakil ketua DPR RI atau ketua partai, maka masyarakat kelas bawah langsung sangat mempercayainya sebagai sebuah perbuatan yang menguntukan kelompok Jokowi dan merugikan kelompok lawan-lawannya. Perdebatan bisa saja berlangsung di media sosial, akan tapi bagaimana bila tuduhan seperti itu, setelah diledakkan di media konvensional terutama televisi dan kemudian diteruskan di mesjid-mesjid di mana ruang perdebatan tidak ada?

Meski dituduh nyinyir, ucapan-ucapan mereka di media konvensional dimaksudkan menjadi bahan mentah untuk diolah oleh para pendukung mereka di lapisan bawah. Karena diucapkan berulang-ulang oleh orang-orang yang dianggap lebih mengetahui pula, kisah nyinyir serasa menjadi kebenaran bagi orang-orang yang tidak punya kemampuan mengolah isi sebuah ceramah.

Inilah yang dinamakan dalam Ilmu Politik meliukkan issue politik tingkat elite ke tingkat penalaran terendah. Cara seperti ini dulunya menjadi senjata utama dari kaum komunis. Akan tetapi, bedanya dengan kaum agamawan, orang-orang komunis menterjemahkan percakapan analitis di tingkat elite ke pengalaman langsung (immidiate experience) sehingga langsung menyadari adanya ancaman hidup mereka. Karena itu, kaum komunis biasanya lebih memilih issue ketersediaan bahan-bahan pokok daripada issue tentang dunia akhirat sebagai senjata politiknya.

Lain halnya dengan penyinyir, sasarannya adalah untuk memancing amarah bukan karena adanya ancaman hidup, tapi karena merasa Tuhannya dinista.









Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.