Kolom Eko Kuntadhi: SUATU SAAT DENNY SIREGAR DAN BIRGALDO SINAGA AKAN TUNDUK SAMA PILIHAN GUE!

Pilkada Jawa Barat sudah mulai panas. Propinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia itu bakal memilih Gubernurnya yang baru. Dua periode wilayah yang dideteksi warganya paling banyak menganut paham intoleran dan radikal itu dikuasai PKS.

Entah apa ada hubungannya warga yang cenderung intoleran dengan penguasaan PKS di sana. Dalam survei SMRC selain Jabar daerah yang warganya cenderung pendukung radikalisme dan intoleran adalah Sumatera Barat. Kebetulan Sumbar juga Gunernurnya dari PKS.

Jadi, pertempuran di Jabar ini memang agak seru. Bagi para pejuang toleransi dan antiradikalisme targetnya memang bagaimana Jabar tidak dikuasai PKS lagi.

Sampai saat ini ada 3 nama yang beredar di bursa kandidat. Dua orang bernama Deddy. Yang satu Deddy Mulyadi, Bupati Purwakarta. Satunya lagi Deddy yang ada badaknya. Selain dua Deddy itu, ada juga Ridwan Kamil yang sekarang menjabat Walikota Bandung.

Memang sih, ada nama-nama lain yang beredar. Seperti Netty (istri Aher), Dessy Ratnasari (Anggota DPR), Aa Gym, atau Dede Yusuf. Tapi jika melihat dari elektablitas hasil survei nama-nama lain itu boleh dibilang masih anak bawang.

Berbeda dengan Pilkada Jakarta yang sarat kemenangan Gubernur harus dipilih oleh minimal 50% + 1 suara, dalam Pilkada Jabar ini siapapun yang mendapat suara terbanyak akan duduk sebagai Gubernur. Jadi gak mungkin ada putaran ke dua dan perubahan koalisi partai seperti Pilkada Jakarta kemarin.




Modal seseorang untuk maju sebagai Gubernur Jabar adalah 25% jumlah suara atau 20% dukungan kursi DPRD atau sejumlah 20 kursi. RK saat ini punya modal 5 kursi dari Nasdem. Mungkin tambahannya bisa diperoleh dari PKB (7 kursi) dan PPP (9 kursi). Pas 21 kursi.

Sedangkan Deddy Mulyadi punya modal 17 kursi Golkar. Untuk tambahannya bisa mencari dari PAN (4 kursi) atau Hanura (3 kursi). Kabar terakhir malah Golkar ingin koalisi dengan PDIP (20 kursi). Meskipun PDIP punya modal yang cukup untuk mengajukan kandidat sendiri, sepertinya sampai saat ini belum ada figur internal yang kuat untuk diusung sendiri.

Koalisi lainnya yang memungkinkan untuk maju adalah PKS (12), Gerindra (11) dan Demokrat (12). Tapi tampaknya koalisi ini belum tentu mendukung Deddy yang ada badaknya. Jika kita lihat gaya politik Demokrat pada Pilkada Jakarta yang tiba-tiba mengusung AHY, bukan tidak mungkin ada perubahan signifikan kandidat yang diajukan nanti.

Tapi itu cuma modal untuk maju sebagai Gubernur. Toh kebanyakan pemilih bukan orang-orang partai atau tidak terikat dengan pilihan partai. Jadi koalisi partai tidak menjadi menentu kemenangan kandidat nantinya.

Saya rasa isu yang akan melambung tetap sama seperti Pilkada Jakarta. Akan ada bau-bau agamanya. Maklum saat ini PKS masih menguasai Jawa Barat, kalau tidak jualan agama apalagi yang mau dijajakan? Masa iya PKS mau menjajakan isu nasionalis dan anti korupsi? Itu becanda namanya.

Nah, orang-orang yang selama ini gedeg dengan politisasi agama sudah mulai memasang ancang-ancang menentukan jagoannya. Pilihannya adalah Deddy Mulyadi dan Ridwan Kamil. Memang peluang Deddy Mulyadi berkoalisi dengan PKS boleh dibilang sangat kecil. Pilihan ke dua adalah Ridwan Kamil. Tapi masalahnya masih ada peluang RK menggandeng PKS. Bukankah RK dulu diajukan oleh PKS dan Gerindra saat maju menjadi Walikota Bandung? Meskipun kini RK sudah dipagari oleh Nasdem.

Teman-teman saya yang selama ini lantang berteriak anti radikalisme dan intoleran terbagi menjadi dua kubu. Denny Siregar misalnya, dia menjatuhkan pilihan pada Deddy Mulyadi. Sedangkan Birgaldo Sinaga kepincut dengan Kang Emil.

Melihat teman-teman saya sudah menjatuhkan pilihan dukungannya, lalu siapakah yang akan saya dukung? Saya mah santai saja. Boleh saja Denny Siregar dan Birgaldo Sinaga memutuskan dukungannya terlebih dahulu. Toh, mereka tidak punya KTP Jabar. Sedangkan saya, masih syah jadi warga Depok.

Jadi, ujung-ujungnya, bukan mereka berdua yang menentukan siapa Gubernur Jabar nantinya. Pada akhirnya mereka berdua harus takluk dengan pilihan saya. Wong, diantara kita bertiga cuma saya yang punya hak suara di Jabar.

Gila, baru kali ini gue merasa hebat sebagai warga Depok!








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.