Kolom Panji Asmoro Edan: RANGKAI KATA DI HARI MERDEKA

Menulis rangkaian kata dan berdoa selalu dilakukan hampir semua rakyat Indonesia pada peringatan hari lahir negara kita. Hal itu sebagai pengharapan agar Indonesia dapat terus memberikan yang terbaik untuk kemajuan, kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyatnya.

Meskipun demikian, tidak sedikit pula anak bangsa yang masih merasa apa yang telah dilakukan negara dianggap tidak sesuai dengan keinginan dirinya. Repetisi makna kemerdekaan seakan menjadi pengulangan pertanyaan, “apakah kita sudah merdeka?”

Ya…. ini kalau maknanya hanya sekedar bahwa kita telah terbebas dari kolonialisme berwujud perhambaan dan penjajahan secara langsung dari bangsa lain.

Terus bagaimana dengan kemerdekaan berpikir, berekspresi, berpendapat, berkeadilan berkeyakinan, dll?

Mungkin hal itulah yang belum sepenuhnya kita capai dan harus terus kita perjuangkan kepada siapa pun yang nanti menjadi pemimpin di negara ini. Bagaimana mungkin kita merasa merdeka jika karena berekspresi engkau dicaci, karena berbeda pendapat engkau dihujat, karena berpikir engkau dimaki?

Padahal negara terbentuk dari kumpulan bangsa-bangsa yang mempunyai cita-cita bersama, berhimpun menjadi satu dan sepakat meleburkan diri dalam satu kebangsaan yang disebut bangsa Indonesia.

Kemerdekaan sebagai sebuah kebebasan tentu saja harus dimaknai secara luas. Sayangnya masih ada diantara kita yang mengartikan kemerdekaan dalam arti yang sempit. Sebagian malah memaknai bahwa dia bisa berlaku apa saja, hingga tak ragu menjajah kemerdekaan orang lain.

Mengapa di tengah kemajuan peradaban perilaku itu masih saja terjadi?

Barangkali orang-orang seperti itu masih terperangkap dalam kebodohan. Mereka merasa dirinya adalah makhluk yang paling superioritas dan paling mulia dibanding orang lain. Baginya tidak ada orang lain yang boleh bebas dan merdeka, semerdeka dirinya.

Orang-orang seperti inilah yang sebenarnya menjadi penjajah bangsa sendiri. Merekalah yang justru mengacaukan kemerdekaan kita sebagai satu bangsa.

Perilaku menolak perbedaan dan menentang kebhinekaan tidak boleh dibenarkan dan dibiarkan terjadi di negeri yang majemuk ini. Untuk menjadi bangsa yang utuh, kita semua mesti mampu memahami makna kemerdekaan secara luas. Tentu saja dengan tetap meletakkannya pada batas-batas kebebasan yang wajar dalam hubungan antar sesama manusia.




Bagi saya, terlepas dari berbagai kelemahan dan kekurangan negara untuk ‘memerdekakan’ rakyatnya, kemerdekaan ini tetaplah patut disyukuri.

Kita tentu harus selalu mengenang bagaimana susahnya para pendiri bangsa meraih kemerdekaan. Kita juga harus merenung bagaimana pewaris negara berikutnya mati-matian mempertahankan Indonesia dari setiap ancaman, meski harus ditebus dengan darah dan air mata. Itu dilakukan demi utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Apakah pengorbanan para pendahulu negara harus tersingkir hanya karena ada diantara kita yang tak sepaham dan lantas menabur bibit-bibit permusuhan dan kebencian? Para penabur benih-benih perpecahan inilah yang mestinya harus kta singkirkan bersama demi keberlanjutan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang utuh.

Lantas, apa yang harus kita lakukan dalam mengisi kemerdekaan?

Menurut saya, yang paling penting adalah setiap insan Indonesia mau terus belajar, membebaskan dirinya dari kebodohan dan bekerja keras, selain tentu saja harus mampu berpikir waras.

Sedangkan bagi pemimpin negara, di samping terus memenuhi kebutuhan pembangunan dan menciptakan rasa keadilan yang merata bagi semua rakyat, harus secara terus menerus pula memperkuat rakyat dengan pemahaman tentang pentingnya kesadaran berbangsa dan bernegara.

Sistem demokrasi yang menjadi sistem kita bernegara tak perlu harus mengorbankan keindonesiaan kita menjadi Amerika atau Arabia. Biarlah negara kita selalu dipimpin oleh seorang putra-putri terbaik bangsa yang diamanatkan untuk memajukan dan mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Indonesia tak perlu dipimpin oleh seorang sultan yang akan menghasilkan para pangeran dan putri-putri yang derajatnya nanti akan berbeda dari rakyat jelata.

Bersyukurlah kini, karena dulu setelah kita merdeka, bahkan berpuisi pun kita bisa dibui. Hal-hal seperti inilah yang tidak boleh lagi terjadi, dimana negara berlaku zalim, hingga kezaliman yang diperbuat sesama anak negeri.

Jangan pernah bermimpi negara ini akan terus lestari tanpa kesadaran dan tanggung jawab semua elemen bangsa di era ini yang mau mempertahankan Indonesia hingga kapan pun.

Selamat HUT RI yang ke-72. Jayalah Negaraku, Jayalah Bangsaku… Merdeka!






Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.