Kolom Asaaro Lahagu: JONRU TERSANGKA DAN DITAHAN, BUMI DATAR TERGUNCANG

Jonru Ginting akhirnya mendapat dua predikat mentereng, sebagai tersangka sekaligus sebagai tahanan. Jonru ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh polisi terkait kasus dugaan ujaran kebencian atas laporan Muannas Al Aidid. Kepastian penetapan dan penahanan Jonru diperoleh dari pengacaranya sendiri Djuju Purwantoro.

“Pemeriksaan dari sore kemarin itu sampai lewat tengah malam tuh, dinihari, sebetulnya dari proses penyelidikan, tiba-tiba tersangka, langsung ditahan,” ujar pengacara Jonru, Djuju Purwantoro saat dikonfirmasi [Jumat 29/9] sebagaimana dilansir oleh Kompas.com.




Publik yang waras, lega atas penetapan Jonru sebagai tersangka. Penahanan Jonru pun membuat publik kembali tenang dan tenteram. Mengapa? Jonru adalah sosok yang berbahaya. Ia bukanlah sosok yang memikirkan kemajuan Indonesia, tetapi sosok yang hanya memikirkan bagaimana menghancur-leburkan Indonesia.

Postingan-postingan Jonru di media sosial kerap terlihat bernada provokasi. Ia kerap mengumbar kebencian dengan logika dan cara pandangnya sendiri. Dengan followers hampir 1,5 juta orang, Jonru dengan mudah menyebar, menghasut dan membesarkan sebuah isu menjadi lebih sensitif. Sasaran serangan Jonru pun selalu pemerintahan Jokowi.

Di dunia maya, jika anda ingin membaca hal negatif setiap kegiatan Jokowi, maka kunjungilah facebook Jonru. Pada setiap postingan Jonru, maka di kolom coment artikelnya, ada pesta pora hujatan. Kata-kata umpatan, makian dan ujaran-ujaran kebencian berseliweran bagai pasar malam.

Jonru tenar bukan karena prestasinya. Ia tenar karena mengumbar kebencian kepada Presiden Jokowi. Setiap kali Jonru menulis hal negatif tentang Jokowi, maka puluhan ribu pengikutnya langsung me-like, men-share dan meng-comment. Namun, jika dianalisis isi setiap artikel postingan Jonru, maka sangat sulit menemukan logika dan kebenaran hakiki di dalamnya. Tidak berlebihan jika Akbar Faisal menyatakan bahwa sangat sulit menemukan istilah yang pas untuk makhluk sejenis Jonru. Lalu apa sebetulnya tujuan Jonru mengumbar kebencian di media sosial?

Pertama, Jonru ingin terkenal. Caranya menebeng pada ketenaran Jokowi dengan mengambil posisi berlawanan. Dengan memposting setiap artikel yang menurutnya sebuah kritikan namun mengandung ujaran kebencian, maka Jonru menganggap dirinya sosok yang berani. Taktik ini pun berhasil dengan gilang-gemilang. Jonru kini amat terkenal.

Ke dua, Jonru ingin memanfaatkan celah pasar. Ada banyak orang yang tidak suka kepada Jokowi. Nah, untuk mewakili dan menampung uneg-uneg mereka, maka Jonru tampil ke depan mewakili mereka. Jonru sengaja tidak menutupi siapa dirinya. Gambar dan identitasnya pun dibuka untuk umum. Ini jelas bermanfaat ke depan. Jika nantinya Jonru sudah sedemikian terkenal, maka mudahlah bagi Jonru mencalonkan diri sebagai anggota DPR misalnya hehe.

Ke tiga, Jonru ingin mendapat penghasilan dari ketenarannya. Media sosial bisa membuat seseorang menjadi terkenal. Akunnya yang sudah mendapat followers jutaan, Jonru gunakan untuk meraup iklan. Selama ini, sambil menyelam, Jonru juga minum air. Artinya sambil menyerang Jokowi, Jonru juga mendapat duit. Entah berapa penghasilan Jonru sebulan dari kegiatannya ber-facebook-ria.

Ke empat, Jonru ingin mengaktualisasikan dirinya. Jonru terlihat sudah berumur kepala empat. Tentu ke depannya, Jonru ingin dikenal dan punya jabatan terpandang di masyarakat. Caranya dengan terjun ke dunia politik melalui pintu media sosial. Jika pasangan yang didukungnya menang, maka Jonru berharap mendapat imbalan. Jonru tentu berharap jabatan menteri komunikasi misalnya, sesuai dengan bidangnya. Jika impian itu tercapai, maka itulah aktualisasi diri bagi Jonru sebagai manusia yang tak jelas menurut Akbar Faisal.




Nah, apakah cita-cita Jonru akan menjadi kenyataan? Jonru sendiri mengatakan bahwa ia bukan Tuhan. Namun jika ia dipilih kelak menjadi menteri dengan syarat pihak sebelah sukses menjadi Presiden, mungkin ia menjawab: “Saya tidak takut”. Namun masuk penjara? Saya kira Jonru sangat ketakutan. Mengapa?

Di penjara Jonru tidak bisa berfacebook ria. Di penjara, Jonru tidak bisa menjadi pembicara seminar-seminar jurnalistik. Di penjara, Jonru hanya bisa mengatakan bahwa ia dikriminalisasi. Di penjara, Jonru hanya bisa mengelus jenggotnya yang sudah jarang itu. Di penjara, Jonru tidak bisa lagi memberi tahu fansnya apa saja yang dia pikirkan saat itu.

Dan yang lebih menakutkan lagi adalah Jonru tidak bisa memimpin kaum bumi datar di media sosial. Kaum bumi datar kehilangan kapten, nakhoda dan junjungan. Pasca Jonru ditahan, maka reaksi kaum bumi datar ketakutan, sembunyi dan tiarap.

Jadi ketika Jonru tersangka dan ditahan, bumi datar bergetar dan bergoncang, menggoncang nalar Jonru. Begitulah Towi-Towi.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.