Kolom M.U. Ginting: KOMPLIKASI MASALAH TIMUR TENGAH

Seperti diketahui, situasi medan perang di Suriah saat ini sangatlah kompleks.” (merdeka.com 9/10)

 

Komplikasi aslinya memang ada beberapa, salah satu yang terlama tentu berkenaan dengan survival atau existensi Arab Palestina dan Yahudi Israel. Arab dan Yahudi . . .  2 nation 2 kultur yang belum bisa duduk bersama membicarakan bersama nasibnya. Komplikasi di siniadalah juga dalam hal apakah mungkin kedua nation ini duduk bersama di satu meja sekarang atau di masa depan? He he . . . tentu tidak perlu juga terlalu pesimis gitu . . .

Komplikasi lainnya lagi ialah existensi Sunni dan Syiah, 2 agama Islam yang bertanding sangat hebat. Sunni diwakili oleh Saudi Arab yang kuat ekonomi karena minyak, dan Syiah diwakili Iran yang juga negara kuat di Timur Tengah.




Komplikasi tambahannya lagi di sini ialah bahwa untuk mempertahankan existensinya yang ketat dikelilingi oleh nation/ kultur  Arab, nation Yahudi Israel harus dan terpaksa pandai-pandai berkreasi untuk memanfaatkan semua kontradiksi/ konflik lainnya demi keselamatannya sendiri. Bagi Saudi Arab sendiri juga perlu mencari musuh ‘luar’ (sekarang ditambah dengan Qatar) untuk tetap bisa meredam musuh ‘dalam’, yaitu perlawanan rakyat Arab yang kapan saja bisa cepat memanas menyingkirkan kekuasaan absolut kerajaan Arab Saudi karena sudah tidak zamannya lagi.

Tetapi komplikasi lainnya yang bikin ‘hidup’ terus situasi ialah SDA minyak Syria dan Irak yang masih begitu menggiurkan . . .  bagi semua yang tinggal dekat maupun yang tinggal jauh dari situ. Dan, duit . . . bikin akal dan kreasi bisa tumbuh subur. Bukan hanya untuk kebaikan atau untuk kemanusiaan, tetapi juga kreasi sebaliknya bikin akal bulus yang mencelakakan kemanusiaan. Seperti yang dikatakan oleh Aristoteles dan juga tertulis dalam Bibel bahwa duit atau kecintaan terhadap duit adalah sumber segala macam kejahatan.

Dan Paus Fransiskus belakangan juga bilang:   

Behind all this pain, death and destruction there is the stench of what Basil of Caesarea called ‘the dung of the devil’. An unfettered pursuit of money rules. The service of the common good is left behind. Once capital becomes an idol and guides people’s desacisions, once greed for money presides over the entire socio-economic system, it ruins society, it condemns and enslaves men and women, it destroys human fraternity, it sets people against one another and, as we clearly see, it even puts at risk our common home.

 

“It ruins society,” kata Paus Fransiskus.

Ternyata sudah terjadi memang, betapa hancurnya negeri serta masyarakat Syria dan Irak karena the dung of devil itu.

Sumber duit di Irak dan Syria, SDA minyak masih subur . . .  itu membikin dan menjamin situasi terus bisa bertahan sangat ‘ramai’ di kedua negeri ini. Wou . . . hidup dan ramai bagi ‘pendatang’ . . . .  tetapi sangat, sangat  menyedihkan bagi rakyat penduduk aslinya. Dalam menikmati keramaian yang ‘hidup’ itu, negeri besar pembuat senjata canggih jelas tidak mau ketinggalan; AS, Rusia, kita bisa saksikan dengan mata kepala sendiri keterlibatan 2 negara besar ini dalam malapetaka rakyat Syria dan Irak.

Peranan China di mana dalam urusan the dung of the devil dunia itu?

Pertanyaan ini akan dibahas pada bagian tersendiri.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.