Kolom Asaaro Lahagu: Medan Sejuta Lubang, Justru Kota Terbaik Atraktif, Mengapa?

Mengerikan melihat foto-foto jalan di Kota Medan. Di mana-mana jalan rusak, berlubang, becek, berlumpur, dan tak terurus. Di musim hujan, jalan berubah menjadi kubangan lumpur. Sementara di musim kemarau, jalan berdebu, macet dan menambah panas. Sejumlah ruas jalan tak punya trotoar. Jika pun ada, maka menjadi tempat gundukan sampah. Jelas, siapun yang melewati jalan kota yang demikian, pasti menggerutu.

Situasi demikian juga dialami dan disaksikan sendiri oleh Presiden Jokowi saat mengelilingi Kota Medan [Sabtu 14/10]. Keluhan yang amat banyak dan telah didengarnya selama ini dari masyarakat, netizen dan orang-orang kepercayaannya, kini terbukti. Kota Medan, kota sejuta lubang. Mantap.




Dua puluh tahun yang lalu saya pernah tinggal beberapa tahun di Kota Medan. Terkait situasi jalannya, hampir tidak banyak berubah. Setiap tahun jalan pasti rusak dan harus diperbaiki. Seolah proyek perbaikan jalan di Kota Medan tidak boleh selesai dan wajib dilakukan sekali setahun. Sementara di Jakarta saat ini, dimana saya sudah tinggal puluhan tahun, hampir tak ada lagi jalan berlubang seperti Kota Medan.

Sejak era Ahok, jalan-jalan di Kota Jakarta harus dicor kuat yang tahan 20 tahun. Kota Jakarta sejak era Ahok, tidak lagi menganut filosofi pembangunan jalan, yang setiap tahun selalu diaspal dan menjadi proyek abadi, proyek bancakan. Ahok memaksa setiap wali kota agar semua jalan di Jakarta dicor kuat termasuk di jalan gang-gang sempit. Hasilnya, jalan di Jakarta saat ini sudah bebas dari jalan berlubang.

Pertanyaannya, mengapa justru Kota Medan, kota sejuta lubang itu sukses menyabet dua kategori penghargaan pada ajang Indonesia Attractiveness Award (IAA) 2017? Mengapa Kota Medan disebut sebagai kota terbaik Indonesia 2017 dan kota Terbaik per Region Sumatera dari Kementerian Dalam Negeri?

Banyak pihak, terutama warga Kota Medan sendiri merasa bahwa kedua penghargaan tersebut sangat tidak layak disandang oleh Kota Medan. Namun jika dilihat dari kacamata kuda, sebetulnya kedua penghargaan tersebut sangat layak disabet oleh Kota Medan terutama bagi wali kotanya sendiri Djulmi Eldin. Apa alasannya?

Sungai Babura (sebutan Melayu) atau Lau Burah (sebutan Karo) yang melintasi Kota Medan sebelum menyatu dengan Sungai Deli (sebutan Melayu) dan Lau Petani (sebutan Karo).. Sungai ini mengalir dari Dataran Tinggi Karo.

Perhatikan kata ‘attractiveness’. Arti kata itu sendiri adalah ‘berdaya pikat’. Jadi, jika Kota Medan adalah kota yang paling berdaya pikat atau kota yang paling atraktif se-Indonesia, maka itu ada benarnya. Jika sebuah kota pada saat hujan tidak banjir, aman dari lumpur, dan tetap nyaman dilalui, itu biasa dan sama sekali tidak atraktif.

Akan tetapi tetapi lihatlah Kota Medan. Saat hujan, kota berubah menjadi kotor, becek, menjadi kubangan dan banjir. Ini jelas sangat atraktif bagi warga yang suka becek dan main lumpur-lumpuran. Bagi anak kecil, kota yang demikian sangat menarik, sangat atraktif. Apalagi jika musim kemarau, kota diselumuti debu, macet dan saling serobot antara para pengemudi truk, tentu sangat menarik untuk menontonnya sekalian siaran langsung di facebook. Sangat atraktif.

Belum lagi dengan gunungan sampah di kiri kanan jalan, semakin menambah atraktifnya kota Medan. Sampah dengan baunya yang khas bisa menambah aroma udara kota medan semakin atraktif bagi hidung yang sudah dimasuki debu. Hidung berdebu, mata berlinang kena debu dan pantat pegal-pegal melalui jalan berlobang, semakin atraktif menggairahkan.




Kota Medan juga sangat atraktif bagi para begal. Kota ini sangat cocok untuk mencari mangsa. Tak heran jika kota Medan saat ini dijuluki sebagai kota begal. Ketika pengangguran meningkat di Kota Medan, maka para pemudanya mencari pelampiasan lewat Narkoba. Ketika mereka sudah ketagihan Narkoba, maka mereka akan melakukan apapun untuk mendapatkan barang haram itu termasuk membegal. Nah, Kota Medan, kota yang sangat atraktif bagi para begal untuk bereaksi karena kontur jalannya sangat cocok untuk cepat meloloskan diri.

Bagi para koruptor, Kota Medan adalah ibu kota Sumatera Utara yang atraktif bagi para gubernurnya yang korup mulai dari Syamsul Arifin hingga Gatot Pudjo Nugroho. Beberapa Wali Kota Medan juga yang menjadi tersangka korupsi mulai dari Abdillah, Ramli Lubis hingga Rahudman Harahap.

Jika demikian, maka tepatlah jika Kota Medan menjadi kota terbaik, kota penuh debu, kota penuh lubang, kota banjir nan atraktif bagi para penunggang motor cross. Kota ini juga menjadi kota terbaik bagi para begal untuk bereaksi karena bisa bersembunyi di antara kemacetan, debu jalanan dan meloloskan diri di jalanan becek yang licin.

Bagi para koruptor, kota Medan juga adalah kota yang sangat atraktif karena merupakan kota yang kue APBD-nya cukup besar (lebih 5 triliun). Jelas kue APBD-nya itu sangat menggairahkan untuk diembat, dibagi-bagi dan bisa digunakan untuk balas budi.

“Ini Medan, Bung!”










Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.