Kolom Sanji Ono: MULUTMU HARIMAUMU

Pagi-pagi buta ada temen inbox: “Mas, postinganmu kemarin kayaknya jadi kenyataan.” Agak lama saya balasnya karena masih kurang ngeh dengan omongannya. Terus saya balas: “Maksudnya gimana, postingan apa?” “Itu loh mas, tulisan sampean soal Anies Menggali Kuburnya sendiri. Sekarang dia dilaporin ke polisi soal pidatonya kemarin. Terus, apa tangapanmu, mas?” kata temen sambil ngasih link beritanya.

Yo, wis, tak jawab di sini aja sekalian saya rangkum dari beberapa pernyataan kaum unyu-unyu yang mengatakan “Jokowi, Megawati dan Susi juga pernah ngomong soal pribumi dan ngak heboh kayak sekarang. Tapi kalau Anies yang ngomong langsung dipolisikan, benar-benar rezim luar biasa.”




Koordinator Gerakan Pancasila (Jack Boyd Lapian) melaporkan Anies dengan tuduhan telah melanggar Undang-Undang Nomor 40 tahun 2008 tentang penghapusan diskriminasi etnis dan golongan serta pelarangan penggunaan kata “Pribumi dan Non Pribumi” yang tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1998.

Kenapa kemarin saya menyebut Anies Mengali Kuburnya sendiri?

Apa yang dilakukan Anis kemarin benar-benar sebuah Blunder Politik yang sangat luar biasa. Sekelas Gubernur dan mantan Menteri harusnya beliau tahu ada aturan yang tidak membolehkan pejabat negara menggunakan istilah “pribumi dan non pribumi”. Entahlah ini kecerobohan beliau atau memang ada pihak-pihak yang ingin memanfaatkan keadaan bila Anies bermasalah dengan hukum.

Siapa mereka? Yah bisa saja pihak-pihak yang sudah keluar modal gede saat kampanye kemarin.

Soal tuduhan Pak Jokowi pernah mengucapkan kata pribumi, setelah saya telusuri ternyata itu fitnah. Judul berita di Radar Banten yang asli Pakde mengatakan: “Warga lokal harus mempunyai kesempatan kerja.” Oleh kaum Flat Earth diedit menjadi “Pribumi harus mempunyai kesempatan kerja.”

Duh, parah banget, kan?

Next, soal Bu Mega pernah mengatakan istilah pribumi dalam Pidato Ilmiah penganugerahan Doktor Honoris Causa di bidang politik dari Universitas Negeri Padang (UNP) pada akhir September 2017. Atau Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, pada September 2014 lalu juga pernah mengatakan “perikanan tangkap harusnya dikuasai pelaku usaha pribumi.”

Apa yang dilakukan Bu Mega dan Bu Susi memang salah, tapi masak sesuatu yang salah mau ditiru. Cuman, harus diingat posisi Bu Mega saat itu bukan pejabat negara dan soal pidato Bu Susi itu seperti motivasi untuk nelayan lokal supaya bisa bersaing dgn nelayan asing. Ini bukan pembelaan atau pembenaran karena itu memang suatu kesalahan, sebab UU berlaku untuk siapa saja.

Walaupun sama-sama salah, kasus Anies kemarin berbeda dengan Bu Mega atau Bu Susi. Penggunaan kata “pribumi dan non pribumi” Anies itu benar-benar sangat fatal, Anies tidak sensitif dan peka dengan keadaan. Harusnya dia menyadari suka tidak suka keberhasilannya meraih kemenangan masih meninggalkan kontroversi soal isu SARA yang dijual begitu masif selama masa Pilgub berlangsung.

So, untuk pendukung sebelah ngak usah cengeng dgn mengatakan Anies dizolimi, atau menuduh kami tidak bisa move on. Menjadi pemimpin itu memang harus siap mental menghadapi segala macam ujian. Llihat Jokowi isu dan fitnah apa yang nggak pernah menghantam beliau? Lah, ini baru dilaporin udah baper, Ahok yang dipenjara 2 tahun hanya gara-gara keselo lidah juga nyantai aja.

Kalau ngak mau dikritik yah jangan jadi Gubernur, mending jadi tukang urut aja.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.