Kolom Ganggas Yusmoro: Aku suka. Aku suka gayamu, Pak Gabener …..

Jika saat hari pertama Pak Jokowi terpilih di DKI langsung kerja, ngecek gorong-gorong bahkan langsung memerintahkan pembersihan, kenapa Anis Sandi malah santai? Kenapa malah slow motion?

Padahal jelas, di beberapa tempat, mulai Tanah Abang kembali semrawut. Pengaduan warga malah disikapi aras-arasen alias seperti lagi sakit gigi saat warga mengadu. Malah dibilang sebaiknya sama lurah saja.

Jika Jaman Pak Jokowi waktu Sidak Kantor Lurah sepi, Pak Jokowi akan cemberut bahkan “membanting” buku di meja. Nah, Anies malah cengengesan. Adem ayem. Ora popo datang terlambat.




Lalu waktu jaman Ahok PNS didisiplinkan, musti tepat waktu, sebagai pelayan masyarakat harus memberi contoh. Saat sekarang, tidak ada gregetnya. Semua kembali ke Jaman ed-Ge. Ketika sinyal masih lemot.

Bukan itu saja, ketika ditanya soal Reklamasi atau Alexis, dengan enteng menjawab: “Jangan didesak-desak. Itukan rencana.” Jawaban penak, kan?




Itulah mengapa, ketimbang mikir ekspetasi kinerja sebagai Wagabener, lebih bagus membuat “woro-woro”. Membuat lomba merakit sepatu yang enak dipakai. Yang penting adalah, saat Adzan tiba, suaranya mengumandang di sudut-sudut Kantor Balaikota.

Bagaimana untuk menangani ibukota? Gampang. Tinggal Sowan sama Pak Jokowi dan Ahok. Tinggal teriak sama Ajudan “cataaaaaaaaaaaaaaaaatt”.

Jika suatu saat ada wartawan nanya “Pak, Gabener, kenapa DKI Jakarta makin kumuh dan semrawut? Banjir juga tidak segera tertangani dengan baik?”

Tentu akan dijawab “jangan mendesak saya, ini semua kehendak yang di atas. Keadaan ini adalah keinginan warga DKI.”

Aahhh… aku suka. Aku suka gayamu, Pak Gabener.





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.