Kolom Andi Safiah: MARAH-MARAH

ASU terpilih lewat jalur “maksa” dan terrors di mana-mana. Bahkan mayat yang sudah game over sekalipun tidak luput dari serangan terrors lewat kampanye-kampanye brutal pasukan langit.

Jika ada individual atau kelompok yang melakukan protes lewat jalur apapun, perlu disikapi dengan cara terbuka, bahwa ternyata di luar sana masih banyak manusia-manusia yang waras yang melakukan “protes” dengan cara yang juga waras.

ASU sudah menjadi gubernur terpilih, dan saya kira dia akan selalu di ganggu oleh kesadarannya sendiri, bahwa ternyata masalahnya bukan sekedar memenangkan pertandingan, tapi bertanding dengan cara sportive akan jauh lebih baik.




Sekarang dia terjebak dalam bayang-bayang Ahok, yang dulunya selalu dicap sebagai manusia kasar yang tidak mengenal apa itu sopan santun. Ternyata Ahok jauh lebih santun dan berkualitas dibanding seorang “pembual” yang terpilih lewat jalur kampanye “sapu jagat” yang penting menang.

Demokrasi memang tidak sepenuhnya selalu melahirkan sesuatu yang kita harapkan semua. Tapi, dari sistem demokrasi, kita bisa belajar bahwa salah melakukan penilaian lalu memilih adalah fatal, karena kita harus menjadi oposisi kritis yang cerdas. Bukan sekedar menghujat tanpa mampu menjelaskan apa yang sedang kita hujat.

Pada posisi ini, ASU hanya akan menjadi bulan-bulanan dari komunitas yang waras dan selalu dipuji oleh komunitas yang memang kewarasan ogah mampir.

Inilah bedanya masyarakat yang kritis dengan masyarakat yang krisis nalar. Mereka yang kritis selalu punya cara elegan dalam menyampaikan kritik. Namun, masyarakat yang krisis nalar akan tampil marah jika “tuannya” dikritik walaupun isi dari setiap kritik yang disampaikan memang masuk akal. Tapi, apa daya kapasitas berpikir mereka memang terbatas, sehingga yang tampil ke permukaan adalah logika yang dipaksakan.

Move on kata mereka, sementara mereka sendiri tidak memahami apa yang sesungguhnya dimaksud “move on“.

Tetap waras di bawah kepemimpinan ASU yang selalu menampilkan gagasan yang menabrak kewarasan berpikir homo sapiens.

#Itusaja!

Foto-foto: Martina Rosanova Karo-karo (foto model SORA SIRULO)








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.