Kolom Ganggas Yusmoro: KENAPA PENGHAYAT KEPERCAYAAN DIPERSOALKAN?

Ketika MK memutuskan mensyahkan Penghayat Kepercayaan di negeri ini, ujug-ujug banyak yang kelimpungan bahkan mengatakan “Indonesia kembali ke Zaman Batu”.

Agama berasal dari Bahasa Sansekerta a (tidak) + gama (kacau). Sudah sangat jelas, orientasi agama adalah mengajak dan mengajarkan manusia untuk tidak kacau. Jika ada agama yang merasa paling bener, suka ribut, suka mengkafir-kafirkan golongan lain, bahkan fobia dengan atribut agama lain, yang lebih ekstrim membunuh orang-orang yang tidak berdosa dengan dalih berjihad. Apakah itu tujuan beragama?

Membuat kekacauan kok berani mengatakan manusia beragama, apa gak sontoloyo?




Berikut ini agama kepercayaan yang ada di negeri ini sebelum datangnya agama yang ada. Yang pasti, penghayat kepercayaan dari nenek moyang kita tidak ada yang mengajarkan kekacauan. Apalagi ngajak perang!

Agama asli Nusantara adalah agama lokal, agama tradisional yang telah ada sebelum agama Hindu, Budha, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Islam dan Konghucu masuk ke Nusantara (Indonesia).

Mungkin banyak di kalangan masyarakat Indonesia sudah tidak lagi mengetahui bahwa sebelum agama-agama “resmi” (agama yang diakui) (Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Buddha, kemudian kini Konghucu), masuk ke Nusantara atau Indonesia, di setiap daerah telah ada agama-agama atau kepercayaan asli.




Seperti hanya Pemena (Suku Karo, Sumatera Utara), Parmalim (agama asli Suku Batak, Sumatera Utara), Sunda Wiwitan (yang dipeluk oleh masyarakat Sunda di Kanekes, Lebak, Banten), Sunda Wiwitan aliran Madrais (juga dikenal sebagai agama Cigugur dan ada beberapa penamaan lain di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat), agama Buhun di Jawa Barat.

Begitu juga dengan Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan agama Kaharingan di Kalimantan;

Selanjutnya, ada juga kepercayaan Tonaas Walian di Minahasa, Sulawesi Utara; Tolottang di Sulawesi Selatan; Wetu Telu di Lombok; Naurus di Pulau Seram di Propinsi Maluku, dll.

Di Indonesia, aliran kepercayaan yang paling banyak penganutnya adalah Agama Buhun. Data yang terekam oleh peneliti Abdul Rozak, penulis Teologi Kebatinan Sunda, menunjukkan jumlah pemeluk agama ini 100 ribu orang. Jika angka ini benar, Agama Buhun jelas salah satu aliran kepercayaan terbesar di Indonesia, yaitu 25 persen dari seluruh penghayat aliran kepercayaan.

Data Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2003 mengungkapkan, dari 245 aliran kepercayaan yang terdaftar, sementara keseluruhan penghayat mencapai 400 ribu jiwa lebih.

Ø DAFTAR AGAMA ASLI NUSANTARA (KEPERCAYAAN)
Agama Bali  lebih sering disebut sebagai Hindu Bali atau Hindu Dharma)
Sunda Wiwitan (Kanekes, Banten)
Agama Jawa Sunda (Kuningan, Jawa Barat)
Buhun (Jawa Barat)
Kejawen (Jawa Tengah dan Jawa Timur)

Pemena (Sumatera Utara, Suku Karo)
Parmalim (Sumatera Utara, Suku Batak)
Kaharingan (Kalimantan)
Tonaas Walian (Minahasa, Sulawesi Utara)
Tolottang (Sulawesi Selatan)
Wetu telu (Lombok)
Naurus (pulau Seram, Maluku)
Aliran Mulajadi Nabolon
Marapu (Sumba)
Purwaduksina
Budi Luhur
Pahkampetan
Bolim
Basora
Samawi
Sirnagalih
FOTO HEADER: Para penganut Pemena (Suku Karo, Sumut) sedangkan mengadakan ritual memberi sesajen kepada keramat Gunung Sibayak di sebuah tempat keramat berupa mata air panas (belerang) bernama Lau Debuk-debuk dekat Berastagi, Taneh Karo Gugung. Lihat videonya di bawah ini.











Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.