Kolom Asaaro Lahagu: AHOK SI THINKER DARI BELITUNG, TOP 100 GLOBAL THINKERS

Tangan saya kembali gatal untuk menulis tentang Ahok ketika ia masuk dalam daftar Top 100 Global Thinkers 2017 versi majalah Foreign Policy dari Amerika Serikat. Jika Ahok masuk dalam jajaran pemimpin dunia yang spektakuler, hal itu tidak mengejutkan. Ahok memang telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin dan pemikir fenomenal yang mendobrak logika dan kedunguan bangsanya. Lalu apa saja yang didobrak oleh Ahok itu?

Di DKI Jakarta, para gubernur dan wali kota sebelumnya, takut kepada ormas radikalis, kaum fundamentalis, kaum fanatisme agama dan memilih berdamai dan mengikuti maunya mereka. Tetapi Gubernur Jokowi yang diteruskan kemudian oleh Ahok, dengan garang melabrak para kaum radikalis itu.







Dengan keyakinan batu karang, Ahok berani melarang Ormas tertentu di ibu kota. Prinsip keyakinan Ahok adalah negara tidak boleh kalah dengan Ormas dan kaum radikalis, menjadi keyakinan hebatnya. Negara yang hebat adalah negara yang bisa mengatur warganya tanpa kecuali dan semua tunduk kepada konstitusi. Ahok berdiri bagai batu karang menentang dan menghabisi mereka.

Berkaitan dengan hubungan kepala daerah dan DPRD, Ahok mencabik-cabik tradisi yang saling melindungi. Di Indonesia, adalah hal lumrah jika seorang gubernur, wali kota dan bupati takut kepada DPRD dan memilih berdamai, mengikuti maunya mereka dan bahkan berjuang untuk membahagiakan mereka. Tetapi Ahok bagai batu karang.

Ahok berani bartarung melawan semua anggota DPRD. Ia membongkar borok anggaran siluman mereka, mengunci aksi maling mereka dengan e-budgetting yang spektakuler. Ahok mengaum bagai ‘anjing’ menjaga uang tuannya, yakni warga DKI yang membayar pajak dengan susah payah. Jika para kepala daerah sibuk menghabiskan anggaran agar serapannya tinggi walau hasilnya buram, Ahok justru sebaliknya. Ia menggunakan anggaran dengan tepat dan jelas serta terlihat hasilnya walaupun serapannya rendah.

Indonesia yang tidak maju-maju berkat adanya kolusi antara pejabat-pengusaha dalam memuluskan proyek, menghindari pajak dan kewajiban CSR (Corporate social responsibility), dibinasakan oleh Ahok dengan garang. Ahok yang tak mempan disuap (uang suap Rp. 10 miliar pernah dilaporkannya kepada KPK), menghabisi karakter maling para pengusaha dengan melahirkan habitat baru bahwa hanya perusahaan yang terbaik yang memenangkan tender.

Ia dengan tegas tanpa aling-aling menagih kewajiban pengusaha terkait CSR untuk membangun taman kota, jalan dan jembatan. Ahok kemudian memudahkan pengusaha memperoleh ijin berusaha dalam hitungan hari tanpa adanya proses suap-menyuap di seluruh wilayah DKI. Tetapi, di saat yang sama, Ahok memburu para pengusaha yang tidak membayar pajak dan membuka kedok mereka menghindari pajak.

Selama 2 tahun menjadi Gubernur DKI, Ahok telah terbukti sukses mereformasi anggaran, meningkatkan layanan sosial, kesehatan dan transportasi. Ia juga sukses membenahi banjir, membangun secara fisik, menata ruang, membenahi pariwisata dan meraih prestasi dan penghargaan.




Secara spekakuler, ia menaikkan gaji PNS DKI amat tinggi sampai nantinya melebihi gaji seorang manajer di perusahaan. Ia telah memulai pembangunan sebuah rumah sakit kanker terbaik di Asia dengan membeli lahan di Sumber Waras. Ia juga telah mengubah kehidupan para penyapu jalan, tukang parkir dan para marbot di Mesjid merasakan kesejahteraan.

Ahok memang telah berjuang untuk mengikis habis istilah minoritas dan mayoritas, pribumi dan nonpribumi, kemiskinan dan kesenjangan sosial. Ia memperjuangkan keadilan sosial, persamaan derajat, persamaan akses ekonomi. Ahok telah berbuat nyata menghancurkan kemisikinan dan putus sekolah lewat berbagai kartu pintarnya. Tidak berlebihan jika Ahok Si Thinker dari Belitung diingat oleh dunia sebab Ia telah banyak mengubah pola pikir bangsanya. Ia adalah sosok putra bangsa yang hanya sedikit pada zamannya.

Ahok memang telah terbukti fenomenal. Ia berani mengkritik habis para pemimpin dan pejabat yang selama ini memakai ayat-ayat suci untuk menyembunyikan kemunafikan mereka. Ahok menguliti mereka yang berlindung dan membungkus agama dengan politik. Ahok mencerdaskan bangsanya agar jangan mudah dibohongi pakai ayat-ayat suci.




Bagi mereka yang garang membela agama dan Tuhan, Ahok kembali menegaskan ucapan Gus Dur bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa tidak perlu dibela. Tuhan juga tidak menginginkan agar agama, suku, budaya, bahasa, kulit dan wajah manusia sama. Tuhan menginginkan kemajemukan dan warna-warni.

Ketika kemudian Ahok dipaksa tersangka telah menista agama, Ahok tetap berdiri tegar. Ia menerima julukan tersangka, terdakwa dan terpidana tanpa berpura-pura sakit, berpura-pura lupa atau menabrak tiang lampu agar bebas dari tuntutan hukum. Ahok membuktikan dirinya sebagai warga negara yang taat hukum. Ia mengikuti 20 kali sidang, tanpa sekalipun mangkir, terlambat dan menyalahkan pihak lain.

Setelah dipenjara, Ahok tetap tegar bagai batu karang. Ia tak mengeluh. Di penjara ia belajar menguliti dirinya sendiri. Hasilnya ia mampu memberikan motivasi kepada orang lain yang ada di luar penjara. Ahok telah rela di penjara demi menyelamatkan negaranya sekaligus memuaskan nafsu syawat para pembencinya.

Kini Ahok masih berada di penjara. Setelah keluar dari penjara, Ahok akan kembali tampil di muka umum. Ia akan datang lagi melabrak para koruptor dan kaum munafik agama. Ia akan kembali menguliti kedunguan bangsanya dengan ucapan-ucapannya yang khas, langsung dan menusuk. Cahaya Ahok akan kembali bersinar setelah baterainya di-charge di penjara. Ahok, Si Thinker dari Belitung terbukti telah mengguncang dunia. Salam Towi-Towi.














Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.