Kolom Andi Safiah: KETUHANAN VS KEMANUSIAAN

Species homo sudah menghuni planet ini ratusan ribu tahun lalu, namun sampai saat ini Tuhan yang selalu mereka ciptakan lalu puja puji tidak pernah hadir dalam kehidupannya sampai peradaban mereka bubar secara alamiah.

Artinya, Tuhan hanyalah konsep, idea, angan-angan, imaginasi, dan harapan manusia atas kebingungan mereka dalam menjawab berbagai realitas alam yang memang anomali, bahkan paradox dalam pikiran mereka.




Tuhan menjadi tempat pelarian bagi manusia yang tidak tahan dengan realitas. Begitulah alasan paling umum mengapa Tuhan selalu diimaginasikan ada oleh manusia. Padahal, jika menggunakan pendekatan sederhana lewat fakta yang ada, Tuhan memang tidak pernah ikut campur dalam berbagai urusan manusia, manusialah yang selalu melibatkan Tuhan dalam berbagai kepentingan dan urusannya.

Singkatnya, dari manusia – oleh manusia – dan untuk kepentingan manusia. Tuhan hanyalah salah satu ornament favorite agar semuanya ‘terasa’ lengkap.

Pada sisi lain, sebuah tatanan yang sama-sama diimaginasikan manusia adalah menempatkan peran manusia di atas segalanya. Bahkan manusialah yang memiliki kapasitas untuk menjawab berbagai problem-problem yang justru lahir dari pikirannya sendiri.

Sebagai species yang terus menerus mengalami yang namanya evolusi, manusia tidak akan dibuat istrahat oleh alam semesta. Berbagai fenomena alam akan senantiasa membuat manusia sibuk dan berdinamika. Bahkan dalam ruang-ruang politik, ekonomi dan budaya saja manusia sepertinya tidak bisa diam, karena berbagai macam persoalan kemanusiaan perlu dijawab dengan pendekatan-pendekatan kemanusiaan pula.

Issue-issue kemanusiaan begitu beragam, dan membenturkan nilai-nilai kemanusiaan yang natural dan nilai-nilai ketuhanan yang itu by design terutama dari otoritas adalah tantangan yang sudah berumur ribuan tahun.

Tidak terhitung korban jiwa yang hilang akibat benturan nilai ketuhanan vs nilai kemanusiaan sepanjang peradaban manusia dan menjadi tugas serius kemanusiaan kita sampai saat ini adalah bagaimana menempatkan wilayah ketuhanan yang itu privat dan menempatkan wilayah kemanusiaan kita yang itu publik secara tegas dan jelas.

Jika posisi Private dan Public masih kabur, maka salah paham atas Tuhan di atas peradaban manusia akan terus berlangsung sampai kapanpun. Pada titik ini, sebenarnya NEGARA bisa menjadi jembatan penghubung yang netral dari berbagai kepentingan privat manusia. Negara bisa menjadi wadah netral bagi semua manusia dalam mengekspresikan nilai-nilai ketuhanan hingga nilai-nilai kemanusiaannya secara bersamaan.

Tanpa negara yang NETRAL, maka kekacauaan akan tetap menjadi pemandangan umum dan bisa jadi kita akan hidup dalam ketidakjelasan yang permanen.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.