Kolom Nisa Alwis: HUJAN DERAS 1/1/18

Film apa yang kamu tonton di tivi atau di bioskop? Apakah ada yang sekolosal ini? Pasalnya, ini BUKAN acting! Gambar dahsyat ini adalah gelombang manusia yang dikejar kengerian PERANG SAUDARA tahun lalu, di Syiria. Mereka menyemut bertaruh nyawa, mencoba lari ke negeri lain mencari suaka.

Sebagian sampai, sebagian lagi terlunta-lunta. Bahkan ribuan mati kedinginan di tengah samudra.

Sabda Nabi: “Shinfani minannas, idza sholuha sholuhannas kulluh, waidza fasada fasadannas kulluh: Al’ulama walumaro“.

Seperti di Syiria, di negeri kita, para POLITISI eksekutif legislatif yudikatif, para TOKOH AGAMA dan cendekia adalah 2 kelompok yang PALING BERTANGGUNGJAWAB apakah negeri ini akan dibawa melaju atau karam. Syiria adalah gambaran nyata. Sebuah bangsa yang semula aman damai, tak menduga harus PECAH tercerai berai. Propaganda “kebencian” meluas jadi bola liar lewat mimbar-mimbar, memecah kerukunan.

Mungkin kamu seperti berhenti bernafas saat membaca kejamnya militan “Islamic State” di Irak dan Syiria. Ulama dipenggal, pilot dibakar, wartawan dilibas, lelaki diburu, perempuan disiksa tak berharga, pusat perpustakaan dunia Islam di Bagdad dan pusat kebudayaan dimusnahkan. Mereka mengibarkan bendera tauhid meneriakkan takbir. Ada orang Indonesia yang terpesona, membela, bahkan ratusan berbaiat, berangkat jihad untuk mereka. Apa ujungnya? Mereka kapok setelah tahu “Islamic State” bukan saja cuma fatamorgana, tetapi gambaran kebengisan jahiliyah tanpa agama.

Saya hanya sangat amat menyayangkan, bila banyak yang masih mengibarkan bendera HTI di negeri besar ini. Mengobarkan semangat “Islamic State” yang super sumir gambarannya mau dibawa ke mana, bagaimana, oleh siapa. Sambil membenci pemerintah, mencemooh ulama moderat, menyebarkan fitnahan.

Menyanjung prinsip primordialisme ‘yang penting seiman’, boikot-memboikot seperti anak kecil berebut mainan. Menebalkan dinding pergaulan dengan sekat kafir-kafiran. Padahal kemajemukan sudah berabad-abad usianya, pelajaran kebhinekaan sudah kita hafal sejak SD. Sesama muslim dibenturkan, antar agama diadu domba. Ulah siapa?








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.