Kolom M.U. Ginting: LBGT Sebagai Kekuatan Politik

“Pelaku LGBT banyak yang berupaya mencari ruang untuk ‘diakui’,” kata Ketua MPR Zulkifli Hasan di merdeka com.

 

Ini analisa dan kesimpulan yang sangat logis dan genial. Ini berarti bahwa ‘pelaku LGBT’ berusaha melegitimasi existensi LBGT sebagai kekuatan politik yang kuat dan menjadi badan lobi politik yang legitim seperti yang sudah terjadi di beberapa negara seperti Thailand, dan barusan saja juga Australia.

Badan lobi LGBT ini akan menjadi tambahan alat ampuh bagi kekuatan luar internasional dalam rangka memecah belah kekuatan nasional RI. Ini berarti tambahan kekuatan bagi New World Order, perekayasa ‘divide and conquer’ internasional selain kekuatan yang sudah dikenal selama ini yaitu terorisme, narkoba dan korupsi dalam agenda kaum globalist itu (GDA-Global Domination Agenda) menuju The New World Order.




Pencerminan kekuatan divide and conquer GDA ini di Indonesia, selain gerakan teror seperti teror Thamrin, sudah kita lihat juga belakangan ini dalam bentuk gerakan makar 411, 212, gerakan pecah belah Saracen, HTI, dan juga gerakan Alumni 212. Semua gerakan ini gagal total berkat kerja giat dan genial dari aparat keamanan RI terutama Polri di bawah pimpinan Tito.

Nasionalisme dan Agama adalah musuh bebuyutan GDA dalam mencapai tujuannya yaitu The New World Power. Karena itu, Nasionalisme dan Agama diadu domba untuk melemahkan kedua musuh bebuyutannya itu (kaum nasionlis dan kaum agamis). Agama atau kekuatan agama dalam bentuk ISIS, dipertentangkan dengan semua atau siapa saja pemimpin dunia yang bersifat nasionalis seperti Jokowi dan Trump sendiri di AS. Bahkan adu domba diantara dua agama juga diprakarsai seperti bikin 200 ribu lebih akun Saracen untuk mengadu domba antara agama Islam dan Kristen pada tahun 2017.

Semua akun Saracen yang berbiaya tinggi itu, lebih dahulu telah dipersiapkan dengan kata-kata dan kalimat yang sudah disusun dan direncanakan dengan rapi sehingga pengaruh adu dombanya antara 2 agama itu sangat mantap. Akan tetapi, seperti publik sudah mengetahui, akun-akun Saracen ini telah dibongkar dan ditutup oleh Polri dengan kerja sama menkominfo.

Gerakan adu-domba 411, 212, Saracen, HTI dan Alumni 212 maupun teror Thamrin, telah terlihat semua gagal. Sekarang dicoba digiatkan gerakan LGBT sebagai lanjutan/ pengganti dari kegagalan-kegagalan di atas.

Di luar negeri, gerakan LGBT telah dimulai di AS sejak tahun 90-an. Ke Eropah dimulai (di Perancis) tahun 2002 dan di Eropah sangat berhasil bisa dikatakan dalam mewakili agenda global itu. Di Indonesia mulai gencar-gencarnya pada tahun lalu (2017) terlihat di beberapa tempat rekrutan anak-anak muda di berbagai desa, mempopulerkan acara perkawinan homo/ lesbi dsb. Semua tentu dalam rangka “mencari ruang untuk diakui”, seperti yang dikatakan oleh ketua MPR Zulkifli Hasan.

Gerakan LGBT ini, bersamaan dengan gerakan kekuatan sexual lainnya seperti pornografi, boy prostitution, child sex trafficking dsb akan terus semakin dimanfaatkan dalam GDA oleh neolib internasional deep state.

“The militant homosexual discourse, both right and left, advances the elimination of nations by identifying gays with the One World Order. LGBT are strongly involved in undermining the notion of family, homeland, and the roots of Christianity….” kata Henry.

Makow dalam analisanya soal kekuatan luar biasa yang inherent dalam kekuatan sexual umat manusia yang dimanfaatkan oleh GDA. Selanjutnya Henry Makow mengingatkan perlunya kewaspadaan publik dunia dalam menjaga kepentingan nasional tiap negeri. Dia juga bilang: “An examination of the LGBT movement and the dangers it poses to humanity will be absolutely mandatory in the years to come.” Liihat: Gay Activism Part of Illuminati Conspiracy








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.