Kolom M.U. Ginting: PERJUANGAN NASIONAL KONTRA MARX

Di Salford Manchester, Inggris, baru-baru ini dikabarkan masih ada kafe yang pernah jadi tempat diskusi antara Karl Marx dan Engels, tetapi sekarang mau diruntuhkan untuk bikin bangunan baru.

 

Sekiranya kafe ini pernah dipakai oleh Karl Marx dan Engels untuk tempat diskusi soal karia ciptaan mereka, akan sangat menarik dan perlu juga dipelihara kafe ini sebagai peninggalan sejarah dua orang kiri dunia yang pernah bikin perubahan sejarah kemanusiaan dibanyak negeri, terutama Rusia dan China.

Terlepas dari keberadaan kafe itu, contoh hidup utama sisa peninggalan pemikiran bersejarah ini masih bisa kita saksikan sekarang seperti di Korea (Utara) yang masih berusaha bikin cita-cita ‘asli’ Karl Marx. Cita-cita Marx untuk membangun kemanusiaan dengan ide sosialisme-komunisme dengan jalan menghancurkan kekuasaan borjuasi dan kapitalisme lebih dulu. Karena, kata Marx dalam tulisannya, kontradiksi antara proletar kontra borjuasi adalah antagonis. Penyelesaiannya adalah, salah satu harus dilenyapkan atau biasa disebut juga dengan revolusi.




Pada zamannya (sejak Marx) berlaku istilah ‘kiri’ dan ‘kanan’ dalam perpolitikan dunia. Kiri pro proletar/ sosialisme, dan Kanan pro kapital/ borjuasi. Kontradiksi pokok duniapun jadinya antara Blok Kiri Sosialisme kontra Blok Kanan Borjuasi Kapitalisme. Ini tercermin dalam kontradikisi pokok dunia antara Blok Timur dan Blok Barat pada abad lalu, atau biasa juga disebut antara kediktatoran kontra demokrasi.

Pengertian Kiri dan Kanan ini kemudian jadi ‘kacau’ pada akhir abad 20 setelah runtuhnya Blok Soviet dan pada permulaan abad 21. Bahkan muncul istilah ‘kiri baru’ atau ‘kanan baru’. Semua ini pada hakekatnya adalah dalam rangka penyesuaian dengan kontradiksi baru dunia yang belum dikenal atau belum tertangkap definisinya yang diakui ketika itu.

Sebab utama munculnya kontradiksi baru itu ialah munculnya kekuatan baru dunia penantang kedua kekuatan tersebut di atas (kekuatan kiri maupun kekuatan kanan), yaitu kekuatan nasionalis kultural rakyat-rakyat dunia atau nation-nation dunia menentang Blok Timur maupun Blok Barat. Karena tujuan utamanya ialah membebaskan diri dari ketidakadilan internasional Greed and Power deep state neolib internasional.

Selain itu, tujuannya adalah juga dalam rangka melepaskan diri dari dominasi politik Kiri yang sekarang ini diwakili oleh partai-partai sosialis/ buruh/ sosial demokrat atau partai Demokrat di AS. Di Eropah Barat munculnya partai-partai nasionalis di semua negeri seperti Brexit di Inggris. Partai-partai nasionalis ini telah menjadi kekuatan ke 3 atau bahkan jadi ke 2 besarnya di beberapa negeri Eropah Barat dan juga ex Eropah Timur.

Gerakan nasionalis-kultural ini pada mulanya tergambar nyata dalam gerakan Ethnic-revival atau Cultural-revival dunia yang dimulai akhir abad 20. Ini tercermin dalam berbagai perang etnis di banyak bagian dunia, dan telah memakan korban jutaan jiwa manusia. Bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa dunia bangkit menentang penindasan politik, ekonomi dan kultural dari pihak nation dominan atau suku bangsa dominan, seperti terjadi dalam kebangkitan nasionalis kultural ex negara-negara bagian Uni Soviet dan Yugoslavia, maupun beragam perang etnis di Asia dan Afrika, yang juga menggambarkan naluri pembebasan nasional kultural sebagai satu etnis/kultur atau sebagai satu nation/kultur yang bebas dan berdiri sendiri.

Kekuatan Kiri Lama ini terlihat sudah gagal total menjelang akhir abad 20, terlihat dengan runtuhnya Blok Soviet, dan berubahnya China jadi ‘negara kapitalis’. Sebaliknya bersamaan dengan itu, kita menyaksikan juga puncak kebesaran dan kemegahan kapitalisme neoliberal yang berhasil menunjukkan kekuasaan dan pengaruhnya seluruh dunia (neolib/deep state), setelah berhasil mengalahkan kekuatan Kiri itu, dalam perjuangan setengah abad kontradiksi pokok dunia antara Blok Barat dan Blok Timur atau antara Demokrasi Barat kontra kediktaroran timur.




Setelah kontradiksi pokok lama itu (antara demokrasi kontra komunisme) berakhir, muncul kontradiksi baru yaitu perjuangan rakyat-rakyat dunia dalam bentuk perjuangan kepentingan nasional kultural bangsa-bangsa, menentang ketidakadilan yang ditimbulkan oleh penguasa neolib/deep state sebagai perwakian Greed and Power dunia. Perjuangan nasional bangsa-bangsa dunia melawan penindasan ekonomi/ kultural, dominasi finansialnya, dan juga perampokan SDAnya, secara jelas dan nyata telah dimulai akhir abad 20 dan dalam menuju puncaknya pada Abad 21 ini.

Ketidakadilan dari kekuatan Greed and Power ini sudah semakin banyak ditelanjangi oleh banyak ahli dan penulis dunia, termasuk oleh pemimpin spiritual dunia Dalai Lama dan juga Paus Fransiskus.

Penelanjangan kebusukan dan ketidakadilan ini dengan bantuan internet dan munculnya media independen dalam jumlah besar seluruh dunia,  juga media sosial dll, telah semakin tersebar luas dan cepat ke seluruh publik dunia, sehingga perlawanan terlihat nyata semakin total dan menyeluruh terhadap ketidakadilan ini. Penguasa Greed and Power neolib deep state ini memanfaatkan segala cara, terpenting ialah dengan politik divide and conquernya, pakai terorisme, narkoba, duit/korupsi, juga pakai agama, suap, perang, kudeta atau  pembunuhan pemimpin atau pejabat suatu negeri yang bersifat nasionalis. Pendeknya apa saja dan pakai cara apa saja dilakukan dan dimanfaatkan demi tujuan global hegemony itu, hegemoni ekonomi dan finansial, dan akumulasi duit dari SDA negeri-negeri dunia. Memanfaatkan agama sangat menyolok dalam abad 21 ini dimulai sejak akhir abad 20 termasuk di Indonesia.

Karena itu juga dalam soal agama, Dalai Lama 2014 bilang: “Religion has becom an instrument to cheat people”. Ini jugalah yang dipakai oleh kekuatan neolib/deep state internasional ini di Indonesia untuk memecah belah rakyat dan nation NKRI lewat begundalnya di Inonesia dalam gerakan makar 411, 212, Saracen, HTI dsb. Disini juga dipakai alasan agama memojokkan Ahok dalam rangka merongrong kekuasaan yang sah dan demokratis presiden terpilih Jokowi/JK. Tetapi berkat ketangkasan aparat keamanan RI terutama Polri, gerakan makar ini ditumpas habis, dan begundal para penggeraknya ditangkap, diadili atau jadi buron.

Pemimpin agama/spiritual lainnya Paus Fransiskus dalam soal Greed and Power ini bilang:

“Behind all this pain, death and destruction there is the stench of what Basil of Caesarea called ‘the dung of the devil’. An unfettered pursuit of money rules. The service of the common good is left behind. Once capital becomes an idol and guides people’s decisions, once greed for money presides over the entire socio-economic system, it ruins society, it condemns and enslaves men and women, it destroys human fraternity, it sets people against one another and, as we clearly see, it even puts at risk our common home.

 

Kapital, kapital, duit, duit . . . ‘the dung of the devil’. Dan manusia devil yang lahir ke dunia akan selalu ada (Sosiopat) karena satu atau lain sebab, genetis, juga sebagai akibat obat-obatan dsb. Dan celakanya ialah dengan akal bulusnya pula manusia devil ini (bagian penting dari neolib deep state) pakai duit dan terutama pakai narkoba telah bikin manusia devil semakin banyak dan hidup berkeliaran sekeliling kita sehingga betul-betul tidak enak memang hidup masa kini, atau seperti dikatakan oleh Paus Fransiskus, “it even puts at risk our common home.

Ratusan atau ribuan orang-orang devil pemabuk narkoba ini harus mencuri atau bunuh orang untuk dapatkan duit beli narkoba. Otaknya sudah begitu rusak sehingga tidak bisa lagi membedakan antara hidup dan mati, jelas dan pasti akan bikin risiko besar bagi ‘our common home’. Inilah juga tujuan utama deep state ini, dalam rangka merusak dan mengacau suatu negeri demi untuk menguasainya secara berangsur-angsur dan pasti. Kekacauan dan pecah belah adalah soko-guru kekuasaan globalis dan agenda utama dalam programnya menuju One World Order.

Salah satu penyelamat nasionalis menentang narkoba neolib internasional ini ialah presiden Filipina Duterte. Bandit-bandit pengedar narkoba dan juga termasuk pemabuk narkoba ditembak mati demi menghindari risiko ‘our common home’ itu, mengingat bahwa narkoba adalah salah satu alat penting Greed and Power deep state neolib internasional. Bandit-bandit dan pemabuk narkoba tidak mungkin di’rehab’ atau dipelihara di penjara sehingga bebas meneruskan bisnisnya. Atau dengan perkataan lain, ‘rehab’ atau ‘penjara’ adalah salah satu strategi penting dari bisnis bandit internasional ini.

Perubahan besar dalam kontradiksi pokok dunia, yang sekarang adalah antara kepentingan nasional kultural kontra kepentingan internasional deep state. Bisa juga keadilan kontra ketidakadilan, karena neolib internasional ini akan selalu bikin ketidakadilan terhadap nation-nation dunia.

Sekarang ini kegiatannya terlihat jelas dalam penindasan ekonomi/ finansial, bikin utang banyak,  bisnis narkoba, money laundering, corporate lobbying,  korupsi dan sex trafficking, human dan child sex trafficking, gerakan LGBT, semua dalam rangka menghancurkan satu nation tertentu atau akhirnya semua nation seluruh dunia dalam tujuan World Hegemonynya.

Perjuangan rakyat-rakyat dunia menentang fenomena kapitalisme/ neolib ini bisa selesai dalam jangka waktu 30-40 tahun kedepan menurut orang ‘kiri baru’ Immanuel Wallerstein (Lihat video di bawah).

Wallerstein tidak mengatakan secara jelas soal kontradiksi pokok dunia yang baru dan kekuatan baru dibelakangnya seperti yang saya coba jelaskan diatas, yaitu kekuatan baru dunia yang akan maju berdominasi menghancurkan system lama dunia yang masih berlaku sekarang. Tetapi Immanuel Wallerstein punya pemikiran baru yang lebih maju dan lebih  berani dalam mengemukakan semua argumentasinya yang masuk akal dan kelihatan pasti dan juga sangat menarik.

Immanuel Wallerstein dijuluki sebagai orang ‘kiri baru’ (new left), bedanya dengan kiri lama Marx ialah dalam soal revolusinya, dan diktatur proletariatnya tidak ada lagi dalam diri Wallerstein. Tetapi soal utama lainnya yaitu internasionalismenya (proletar seluruh dunia bersatulah) sebagai salah satu prinsip penting Marx tidak ditentang oleh Wallerstein. Tetapi dia juga tidak terus terang menyatakan permusuhannya terhadap gerakan nasionalis bangsa-bangsa dunia dengan nasionalisme kultural sebagai ciri utama ‘kanan baru’ dunia sekarang ini. Jadi Wallerstein masih tetap kiri lama, atau kiri lama yang berkedok baru. Ramalannya yang menduga bahwa dalam jangka waktu 30-40 tahun ke depan kontradiksi pokok ini akan selesai, bisa juga meleset. Bisa lebih cepat kalau kita memperhatikan perubahan-perubahan politik sangat cepat, juga karena perubahan cepat kesedaran manusia sangat terlihat dan terasa.

Kalau pada abad lalu ‘kiri lama’ seperti kaum sosialis/ labor atau sosial demokrat Eropah, juga partai demokrat AS, adalah pembantu utama atau alat penting bagi neolib deep state, kelihatannya sekarang orang ‘kiri baru’ ini jelas tidak mau dikendalikan oleh neolib deep state seperti pada era Obama dan semua presiden AS sejak era Andrew Jackson 1829. Begitulah tadinya bisa terjadi kalau Bernie Sanders (Demokrat) jika bisa memenangkan presiden AS pada Pilpres lalu. Tetapi jelas dalam kenyataan bahwa kiri lama atau kiri baru, bukan orang nasionalis seperti Trump. Nasionalisme dan Trump ternyata menang. Itulah sejarah dan perubahan sejarah dalam kontradiksi pokok baru dunia. Kepentingan nasional kontra kepentingan internasional world hegemony.

Kepentingan nasional ini di Indonesia diwakili oleh Presiden Jokowi, Duterte di Filipina dan Trump di AS.

Perubahan jalannya sejarah dunia sebagai akibat dari perubahan kontradiksi pokok dunia, yang diakibatkan oleh perubahan kesedaran manusia dunia, dan yang pada gilirannya adalah akibat dari perubahan besar teknik informasi dunia, memang sangat menarik untuk diikuti. Sungguh sangat menarik














Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.