Kolom Eko Kuntadhi: SUPER MOON DI LANGIT JAKARTA

Besok gerhana bulan sempurna akan melintas di langit Jakarta. Kita saksikan alam menampilkan keindahanya. Sebagai menikmat cahaya bulan, saya berharap esok malam langit cerah sehingga kita bisa bermandikan keindahan di bawahnya.

Cahaya purnama yang sempurna akan menyinari Jakarta. Lalu posisi bumi bergerak, di satu titik sejajar dengan bulan dan matahari. Saat itulah cahaya purnama pelan-pelan tertutup. Sinarnya redup. Lalu kegelapan meliputi langit.




Tuhan sedang menunjukkan kuasaNya. Kita akan menyaksikannya nanti malam [Rabu 31/1]. Fenomena yang oleh NASA diistilahkan sebagai Super Blue Blood Moon ini terjadi lebih dari seratus tahun sekali.

Malam nanti kita bisa menikmatinya. Bisa menatap keindahan karya agung Tuhan. Entah, saat fenomena yang sama terjadi lagi di Jakarta nanti, ada di manakah kita saat itu? Ketika posisi matahari, bumi dan bukan berada dalam garis sejajar lagi, sedang apakah kita saat itu?

Kita tidak tahu. Seratus tahun lagi, kita tidak pernah tahu ada dimana kita berdiri.

Mungkin nenek moyang kita di Jakarta dulu, juga menikmati Super Blue Blood Moon. Mungkin dengan perasaan takjub atau ketakutan. Mungkin dengan menyadari kekerdilannya berhadapan dengan alam. Atau juga sambil menyeru nama Tuhannya.

Ah, waktu yang terus berdetak. Dan usia kita yang terbatas ini.

Seperti apakah Jakarta ketika Gerhana bulan sempurna sebelumnya terjadi di langit Ibukota? Saya membayangkan abang-abang becak yang meringkuk di atas becaknya. Tidur di bawah sinar purnama. Atau para pedagang kaki lima sibuk berjualan memakai sebagian jalan.

Seperti apakah Jakarta ketika Super Blue Blood Moon akan tampak di langit Jakarta nanti malam? Ah, saya kok masih membayangkan abang-abang becak di Jakarta ratusan tahun setelah fenomena itu terjadi sebelummya. Atau pasar kaget pedagang kaki lima berjualan di trotoar.

Jika saja bulan bisa melihat, dia akan tersenyum melihat Jakarta. Rupanya kota ini tidak kunjung naik kelas. Sudah ratusan tahun berlalu, eh masih ada saja becak lalu lalang di jalanan. Atau kaki lima menghalangi jalan.

Cahaya purnama yang tadinya sempurna menyinari langit Jakarta, nanti pelan-pelan akan tertutup. Sinarnya yang indah lambat laun meredup. Untuk sesaat langit Jakarta akan kelam.

Tapi hanya sesaat. Kegelapan tidak mungkin selamamya menutupi keindahan purnama. Nanti saatnya, purnama akan kembali bersinar. Menerangi langit Jakarta yang kelam. Abang-abang becak pun berharap tidak selamanya tidur meringkuk di jok becaknya.

“Saya tidak mau selamanya jadi tukang becak, mas. Boleh dong saya menghayal rumah saya nanti dipasangi lift. Doain, ya,” ujar seorang penarik becak di Jakarta.

Amin.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.