Kolom M.U. Ginting: PASUKAN SERAKAH

Hobi Nebar Fitnah dan Hoax Ko Dikatakan Jihad?

 

Jihad apa kalau tujuannya cuma mau maki dan fitnah presiden yang sah dan terpilih secara demokratis? Jokowi dipilih oleh rakyat, karena itu bukan diktator. Kalau mau memilih presiden lain melengserkan Jokowi, harus lewat pemilihan yang demokratis juga. Dan, semua punya kesempatan.

Pemilihan yang demokratis tidak perlu fitnah, tetapi pakai argumentasi yang logis, ilmiah dan sopan santun yang sesuai pula dengan adat/ tradisi leluhur bangsa ini.

Pakai fitnah atau ‘fifis unta’ bukan tradisi bangsa ini, karena itu tidak harus dipakai. Tradisi kita adalah musyawarah, diskusi atau debat ringan yang meliputi argumentasi ilmiah dan bisa dipahami oleh semua lapisan, semua golongan dan semua kultur peninggalan leluhur bangsa Indonesia. Tidak ada yang lebih baik dari situ.



Kebarat-baratan atau kearab-araban bukanlah yang terbaik, kalaupun bukan yang terjelek. Indonesia menghargai dan menghormati semua nation dunia dan kulturnya serta memahami bahwa semua kultur/ tradisi punya lokasi/ daerah dan tempatnya di dunia.

Kultur Barat di Barat, kultur Arab dan ‘fifis unta’ di Arab. Leluhur kita bilang: “Di mana tanah dipijak di situ langit dijunjung” atau ‘pendatang’ kata Prof. Kevin MacDonald ‘should not be able to remake society in their own image‘. Orang Timur yang jadi pendatang di Barat harus menyesuaikan dirinya dengan tradisi/ kultur Barat. Begitu juga orang Barat atau Arab yang datang ke Timur/ Indonesia harus bisa menyesuaikan dirinya dengan kultur/ tradisi Indonesia, bukan sebaliknya orang Indonesia harus berubah menyesuaikan dirinya dengan kultur Barat atau mengubah dirinya mengikuti kultur Arab dan ‘fifis unta’ nya.

Perpecahan dan perang di dunia dari satu segi banyak kaitannya dengan kultur/ tradisi bangsa-bangsa dan nation dunia yang sangat beragam itu. Dari segi lain ialah soal duit, duit, duit . . . KESERAKAHAN neolib bankir dan rentenir internasional. Triliunan dolar yang sudah dipanen selama setengah abad dari emas Papua adalah salah satu contoh sebab utama pecah belah dan pembantaian 1965. Soekarno yang tidak SERAKAH digantikan oleh seorang diktator yang serakah dan disukai serta diangkat oleh PASUKAN SERAKAH INTERNASIONAL.

PASUKAN SERAKAH ini masih terus melambaikan dan mengibarkan bendera pecah belahnya (divide and conquer) ke seluruh dunia demi melapangkan jalan ke sumber duit, duit, duit SDA, SDA nation-nation dunia. Kita masih ingat akun-akun biaya tinggi ratusan ribu akun Saracen!

Juga masih belum lupa tentunya gerakan divide and conquer lainnya, 411, 212, HTI, Alumni 212. Walaupun semuanya sudah digagalkan oleh aparat keamanan Indonesia dan dibelejeti oleh publik Indonesia, gerakan divide and conquer ini harus terus diwaspadai kerena bisa muncul dalam bentuk-bentuk lain juga.

Hebatnya publik Indonesia ialah sudah banyak belajar terutama generasi mudanya, bisa belajar, bisa menyimpulkan pengalaman pahit dan tahan uji.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.