Kolom Nisa Alwis: WASPADA VIRUS ADUDOMBA

Dear anak-anak muda,

 

Jika ada yang tua-tua mengajarkan ayat-ayat tentang kafir sebelah mata, menanamkan sentimen kebencian pada sunnatullah keragaman, jangan dengarkan. Mereka kebingungan dengan keadaan hingga mengajak meninggalkan logika dan budaya, kembali ke 1500 tahun masa jahiliyah dulu, bangga dengan beragama secara keras kepala.

Sulit bagi mereka sekedar menoleh belajar dari yang lain, lalu introspeksi. Merasa naik derajat padahal jago menghujat, jauh dari teladan Rasulullah dahulu… Cukuplah mereka saja terkurung dalam tempurung. Anak muda jangan terbawa bodoh dan munafik.







Betapa berharga dan pentingnya ‘manusia dan umat’ lain. Menyapu mereka semua, sama saja kamu bersiap jadi mahluk primitif, hidup telanjang badan di tengah hutan. Sejengkal saja yang melekat di badanmu sekarang tidak ada yang bebas campur tangan orang ‘lain’. Jika ada yang seperti orang mabuk tepuk dada menghina umat lain sebagai ‘kafir’, tanyakan: kamu siapa?

Odol, sabun, daleman, luaran, atasan, bawahan, sendal, sepatu, jam tangan, buku… Bikinan sendiri? Kecuali jika ia sekalian buang atap, genteng, TV, HP, komputer, listrik, motor, kipas angin, rice cooker, kulkas, dan segala tetek bengek yang bukan buatannya dan kaumnya.

Anak-anak muda,

Di depan kalian ada banyak pasang mata yang menginginkanmu di garis depan jadi umpan. Untuk kepentingan MEREKA tapi seolah demi ‘agama’. Be very intelligent.




Agamamu yang sebenarnya mengajarkan penghormatan pada semua pemeluk agama. Agamamu mengharamkan melukai diri sendiri, apalagi orang lain. Agamamu mengajarkan ketertiban, disiplin, dan kerja keras. Agamamu mengajarkan kasih sayang. Tiga hari saja, haram hukumnya mendiamkan orang karena amarah. Kebencian adalah daya rusak setan yang bersemayam dalam hati seperti api dapat menghanguskan rumahmu sendiri.

Anak-anak muda,

Apakah pergaulanmu mencerahkan, secara spirtual, akal, nurani, dan kemanusiaan? Jangan salah asuhan. Jika sadar berada dalam lingkar pertemanan atau perguruan yang jumud, tertutup, intoleran: buka mata! Itulah bahaya latent.

Cukup Amrozi dan Imam Samudra saja yang takbir merasa gagah bela agama padahal korban tak berdosa mati bergelimpangan karena ulah bodohnya. Mereka sebetulnya merusak agama. Dekatlah dengan orang-orang waras dan berilmu. Usia tua tidak menjamin seseorang jadi alim. Justru banyak orang tua-tua lebih kebingungan tentang hidupnya dibanding anak-anak muda yang bergairah.

 

Dear anak-anak muda,

Bangsa ini warisan, milikmu yang kalian harus jaga dan pertahankan. Bhinneka Tunggal Ika, dibuat selaras dengan petikan Qur’an: bahwa MANUSIA (bukan hanya kalangan agamamu saja), manusia sengaja diciptakan Tuhan sebagai lelaki dan perempuan, bersuku-suku berbangsa-bangsa untuk saling mengenal, saling berlomba tentang kebaikan. Bukan untuk saling mengalahkan dan baku hantam.

Salam sayang,
Waspada virus adudomba.
Salam waras lintas agama.
Salam kokoh, satu nusa satu bangsa!











Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.