Djarot dan Sihar Ziarah ke Taman Makam Pahlawan Medan

MAJA BARUS. MEDAN. Terik mentari terasa menyengat di kulit. Namun tak menghalangi langkah pasangan Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus untuk berziarah ke Taman Makam Pahlawan, di Jl. SM Raja, Medan [Kamis 15/2].  Mereka berjalan bersama memasuki pintu gerbang Taman Makam Pahlawan itu.

Sebelum masuk, Djarot terlebih dahulu memimpin penghormatan di depan Taman Makam Pahlawan sebagai tanda penghargaan kepada para pejuang yang telah gugur.

Setelah memasuki Taman Makam Pahlawan, pasangan calon (Paslon) Gubernur Sumut nomor urut 2 ini berjalan menuju pusara Mayjen TNI Marah Halim Harahap yang merupakan Gubernur Sumatera Utara pada periode 1967-1978. Perwira TNI  itu dilantik sebagai Gubernur Sumut menggantikan PR Telaumbanua.




Setelah menabur bunga di pusara yang namanya sempat diabadikan dalam turnamen sepakbola tahunan Marah Halim Cup itu, pasangan Djoss pun melanjutkan berziarah ke pusara Letjen TNI (Purn) Raja Inal Siregar, Gubernur Sumut ke-13 yang terkenal dengan program Marsipature Hutana Be alias Martabe..

Usai menziarahi pusara 2 tokoh Sumut ini, Djarot bertanya kepada penjaga Taman Makam dimana pusara pahlawan yang tidak dikenal. Kemudian penjaga Taman Makam pun membawa Djarot Sihar ke salah satu tempat dimana 8 pahlawan tak dikenal dikebumikan bersama. Data kepahlawanan mereka tercatat pada Agresi Militer II tahun 1947.




“Selain di kawasan Pemakaman Muslim, ada juga pusara pahlawan tak dikenal di Pemakaman Budha dan Nasrani. Mereka merupakan korban perang,” terang penjaga.

Kemudian Djarot dan Sihar pun melangkah menuju pemakaman pahlawan yang beragama Budha dan Nasrani. Di sana mereka menaburkan bunga ke sejumlah pusara pahlawan tak dikenal.

Djarot mengatakan bahwa sebagai anak seorang tentara dia selalu dipesankan untuk menziarahi pusara pahlawan tak dikenal. Pesan itu disampaikan ayahnya kepada dia sejak masih muda.

“Itu pesan ayah kepada saya. Katanya kalau saya ke Taman Makam Pahlawan, saya harus ziarah juga ke pusara pahlawan tak dikenal. Karena mereka adalah pejuang yang tidak dikenang. Mereka mengorbankan dirinya untuk bangsa dan negara tanpa meninggalkan nama untuk dikenang,” jelas Djarot.

Djarot yang pernah menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2014-2019 ini juga mengatakan bahwa dulu pada saat peperangan banyak putra putri bangsa yang gugur tanpa meninggalkan identitas. Mereka berjuang melawan penjajah dan menjadi korban peperangan.

Mantan Wali Kota Blitar periode 2000 hingga 2010 tersebut pun menjabarkan bahwa mereka bisa saja merupakan anak-anak muda yang ikut berjuang. Kemudian gugur di medan juang, serta dimakamkan tanpa keluarga.

“Jadi mereka adalah pejuang sesungguhnya. Saya selalu mencari pusara tak dikenal setiap ke Taman Makam Pahlawan. Karena itu amanah ayah saya yang juga seorang pejuang,” ujarnya.





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.