Kolom Sada Arih Sinulingga : REVOLUSI SOSIAL BERDARAH

Tanggal 3 Maret 1946 adalah hari peringatan peristiwa tragedi dengan pembunuhan dan pembantaian terhadap raja dan kerabat raja di kerajaan-kerajaan Sumatera Timur:

1. Kesultanan Langkat
2. Kesultanan Deli
3. Kesultanan Serdang
4. Kesultanan Asahan
5. Kesultanan Kualuh
6. Kesultanan Kota Pinang
7. Raja-raja di Simalungun
8. Raja-raja di Karo
9. Kesultanan Panai







Revolusi Sosial di Tanah Karo

Di Karo Gugung (Karo Pegunungan) ada 5 Sibayak atau Kerajaan dan dipastikan tidak ada korban jiwa karena para Raja atau Sibayak hanya ditahan dan diungsikan sebagai tawanan ke Kutacane (Aceh Tenggara).

Karo Jahe (Karo Hilir)
Karo Jahe yang ber ibukotakan Pancurbatu wilayahnya meliputi Pancurbatu sekitarnya. Perlakuan kepada raja dan pengulu tidak sama seperti di Karo Gugung karena di daerah ini banyak sekali menjadi korban berdarah keganasan revolusi sosial pada masa itu.

Di wilayah ini terdapat Kerajaan Gunung Merlawan (Kerajaan Karo). Rajanya disebut Sibayak yang memerintah saat itu adalah Sibayak ITam Sinulingga ikut terbunuh beserta para pengulu ( kepala kampung) di wilayah kerajaan ini.

Kerajaan Gunung Merlawan letaknya saat ini ada di Kampung Gunung Merlawan Desa Namomirik (Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deliserdang). Dahulu, di awal Kemerdekaan, kampung ini masuk ke wilayah Kewedanaan Karojahe (Kabupaten Tanah Karo).

Ada dua tempat di daerah ini dikenal sebagai jurang pembuangan mayat secara massal. Setelah disiksa di markas Lau Kelumat, mereka dibantai, dibunuh dan dibuang ke sebuah jurang yang dalam dan hutan lebat (dikenal Embang Uruk Gurisen) dan Embang kampung Jung Barat dekat Berdikari arah Lau Bakeri di kecamatan yang sama yakni di Kecamatan Kutalimbaru (Kabupaten Deliserdang).

HEADER: Foto model SORA SIRULO (Siska Veronika Tarigan) di sebuah persawahan Karo Jahe (Karo Hilir) bagian Timur, tepatnya Tanjung Merawa (Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deliserdang).

VIDEO: Lagu legendaris Suku Karo mengenai matinya seorang kekasih. Dinyanyikan oleh kakak beradik Ratna dan Linda Sitepu (penyanyi kesayangan masyarakat di Karo Jahe (Karo Hilir) bagian Barat, tepatnya Kabupaten Langkat.








One thought on “Kolom Sada Arih Sinulingga : REVOLUSI SOSIAL BERDARAH

  1. “Revolusi Sosial Berdarah”

    Tulisan SA Sinulingga ini merupakan catatan sejarah yang penting dan akan selalu menjadi pelajaran sejarah yang pahit bagi bangsa ini dan bagi orang Karo khususnya. Revolusi Sosial tipe ini adalah turunan dari revolusi sosial berdarah Lenin 1917, yang didasari oleh teori revolusi Marxisme dan Leninisme menurut ajaran komunisme. Ini adalah teori revolusi dan teori perubahan sosial menurut Marx dalam menentang kekuasaan kapital yang semakin kuat dalam perkembangan pesat industri Eropah abad 18-19.

    Marx mengabadikan antagonisme antara klas buruh (proletar) kontra klas kapitalis pemilik industri. Antagonisme ini menurut Marx hanya bisa diseleaikan dengan revolusi, karena secara teori, antagonisme punya solusi yang pasti, artinya salah satu dari segi-segi yang bertentangan itu harus lenyap. Dpl menghancurkan si kapitalis dan kekuasaannya, dan menindahkan kekuasaan ke tangan klas buruh (proletar). System ini punya semboyan internasional yaitu ‘Proletar seluruh dunia bersatulah’, dari situ ‘internasionalisme proletar’. Dengan semboyan dan politik ini, seluruh dunia terpecah, terutama karena dimana saja ada kaum buruh dan kapitalis dalam perkembangan kapitalisme. Dunia dan manusianya terpecah jadi dua front yang sangat luas. *)

    Apa yang terjadi setelah revolusi Lenin 1917 (setelah pembunuhan kejam atas kaisar dan seluruh keuarganya) ialah bahwa kekuasaan di Rusia bukannya berpindah ketangan kaum buruh/proletar, tetapi pindah ketangan segelintir penguasa partai yang suaranya seperti ‘suara Tuhan’ terutama jelas terlihat setelah kematian Lenin apalagi dibawah Stalin. Jutaan manusia dibunuh atau dipenjarakan demi pembersihan partai dari ‘infiltrasi musuh’. Praktek kekuasaan ‘Tuhan partai’ ini bisa terbaca jelas dalam buku ‘Gulag Archipelago’ Alexander Solzhenitsyn.

    Karena sudah terbukti dan sudah banyak sekali penjelasan yang akurat di abad keterbukaan abad 21, bahwa “all wars are bankers’ wars” dan juga sudah semakin jelas bagi publik dunia siapa yang dimaksud ‘bankers’ ini, yaitu elite neolib deep state yang punya agenda NWO (The New World Order).

    NWO sejak semula telah memakai taktik dan strategi divide and conquer diseluruh dunia. Dalam pelaksanan secara praktis politik perpecahan ini, belakangan dipakai juga terorisme, narkoba dan korupsi. Dalam kegiatan narkoba, terikut juga sex trafficking, gerakan LGBT, childsex trafficking, dsb yang berkaitan dengan memanfaatkan energi luar biasa dalam sex.

    Ideologi komunisme telah berhasil menjadi alat pembelah dunia yang paling ampuh abad lalu. Artinya “to divide larger and larger portions of the human race into opposing camps so that they could be armed and then brainwashed into fighting and destroying each other.” kata Cecil Fagan seorang anti-komunis yang pandai, ilmiah dan berani.

    Setelah perpecahan dunia antara timur dan barat (komunisme kontra kapitalisme/demokrasi) berakhir, muncul kontradiksi pokok dunia yang baru yaitu perjuangan antara kepentingan nasional kontra kepentingan internasional neolib dengan agenda NWOnya. Perpecahan dalam bentuk perjuangan nasional ini tumbuh pesat di Eropah Barat sekarang ini seperti Brexit di Inggris. Partai-partai lama sosialis/komunis sesuai dengan garis internasionalismenya ‘terpaksa’ mengikutkan dirinya dipihak NWO dalam menentang perjuangan nasional bangsa-bangsa dunia. Partai-partai nasionalis Eropah barat yang sedang tumbuh pesat, Trump, Jokowi dan Duterte berada dipihak perjuangan nasional itu.

    MUG

    *)
    THE GLOBALIST AGENDA
    lihat web: globalistagenda.org

    “We shall have world government whether or not you like it, by conquest or consent.” – Statement by Council on Foreign Relations (CFR) member James Warburg to The Senate Foreign Relations Committee on February 17th, 1950.

    Fervent anti-Communist and noted New York-Hollywood writer, director and producer Cecil Fagan in the late 1960’s recorded The Illuminati and the Council on Foreign Relations:
    “The idea was that those who direct the overall conspiracy could use the differences in those two so-called ideologies [marxism/fascism/socialism/communism v. democracy/capitalism] to enable them [the Illuminati] to divide larger and larger portions of the human race into opposing camps so that they could be armed and then brainwashed into fighting and destroying each other.”
    lihat web: whatreallyhappened.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.