Kolom Boen Safi’i: CADAR

Polemik cadarisasi yang tidak diizinkan oleh beberapa universirtas ternama ternyata mulai digoreng, ditiriskan dan dinginkan sebentar lalu makan. Eh maaf, mulai digoreng oleh para kamvret dan eks HTI. Mereka mulai main tunjuk bahwa rezim ini anti Islam, anti demokrasi, anti HAM dan anti anti lainnya, termasuk anti aging, anti danruf dan anti cowok buaya.

Lhadalah, yang nglarang si kampus eh yang disalahin lagi-lagi dan lagi adalah Pak Jokowi.

Parah kalau kena Aliran SalaWi. Masak ban bocor Jokowi, spion pecah Jokowi, busi sowak Jokowi? Eh, bray, Jokowi itu presiden bukannya tukang bengkel. Piye, to? Padahal, pahlawan besar dari kaum Hawa saja dulunya tidak pernah bercadar, lho. Pernahkan anda tau gambar Cut Nya Dien make cadar di uang lima ribuan? Atau gambar sang penggerak emansipasi perempuan yakni RA Kartini apakah fotonya pake cadar? Tidak, kan?







Nah, hal yang sama juga terjadi pada Bu Nyai Tempo Dulu. Hampir tak ada Bu Nyai Tempo Dulu yang mendidik para santriwati memakai cadar. Apakah pakaian kegemaran ibu-ibu Nyai Tempo Dulu itu? Jawabnya adalah tak lebih dari kerudung, yang dipadukan dengan kebaya dan kain jarik batik sebagai bawahannya.

Tetapi, walau Bu Nyai Tempo Dulu berpenampilan sederhana, jangan ditanya kadar keilmuan agama yang beliau semua miliki. Ibarat kata jangankan manusia, para jin mbladus bin cabul pun tak akan berani ganggu. Saking saktinya beliau semua.

Semua juga kembali ke peribadi masing-masing, karena hidup itu pilihan. Yang pake cadar ya monggo, sedangkan yang gak pake ya silahkan. Yang pasti, cadar itu bukanlah syariat seperti klaim HTI selama ini. Cadar adalah pure budaya Arab, karena cadar sudah jauh ada sebelum kelahiran Sang Pencerah Rosululloh Saw di Jazirah Arab.

Dan, yang memilih bercadar pun, harus tahu juga konsekuensi bercadar. Yakni, harus mandiri dan tidak membutuhkan orang lain adalah syarat utamanya. Mustahil banyak perusahaan akan menerima anda dengan penampilan seperti itu, atau mustahil banyak universitas yang menerima anda, karena alasan absensi dan kehadiran anda yang tidak bisa dideteksi.

Kalau anda yang bercadar ingin dihormati dengan penampilan anda, maka hormati juga pendapat orang lain yang menolak anda memakai cadar. Saling tahu diri dan intropeksi adalah solusi, bukanya rajin treak rezim anti HAM jika anda saja tidak menghormati HAM orang lain yang tidak setuju dengan penampilan anda yang berlebih-lebihan.

Bercadar itu hukumnya haram jaddah bila memakai cadar tetapi tidak mengenakan busana. Yang ada bukan khilafah melainkan Mia Khalifah Cyyynnn.

Salam Jemblem.

HEADER: Benazir Bhuto








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.