Kolom Boen Safi’i: HABIS PKI TERBITLAH CADAR

Ternyata para kamvret cs yang menggunakan agama sebagai kedok meraih kekuasaan, menemukan lagi momennya untuk menyerang pemerintah yang sah. Kali ini lewat isue cadar, setelah isue PKI, isue hutang dan isue kriminalisasi Ulama gagal total.

Kata mereka, saat ini kita dikuasai oleh rezim anti Islam, negeri thogut, tidak Islami, dll. Benernya saya mau ketawa membaca propaganda mereka, tapi ntar saya dituduh memusuhi Islam? Lah, masak agama sendiri saya musuhi?

Lhadalah, rezim anti Islam kok presidenya dari kalangan Islam? Rezim anti Islam ko tiap waktu presidennya selalu bersilaturahmi dengan para Kyai dan para Ulama? Kapolrinya Islam, Panglima TNInya juga Islam. So, rezimnya anti Islam apa gerombolanmu saja yang hanya berlindung di balik nama Islam?

Sedangkan ibadah sholat lancar, istighosah ada dimana-mana, santriwan dan santriwati makin bertambah jumlahnya. So, Islam yang mana yang dizalimi itu? Yang mana? Tolong tunjukan kepadaku Rhoomaa. Jambak aku kalau perlu? Jaaammbaakk ……







Ngatain negeri ini negeri thogut, tapi yo gak segera minggat dari Bumi NKRIku ini. Alasanya semua ini milik ALLOH dan kami berhak tinggal di buminya ALLOH. Lah, benar semua ini milik Gusti ALLOH cak, tetapi semua itu ada aturannya. Atas dasar kesepakatan bersama. Ojo mentang-mentang ngomong semua ini milik ALLOH.

Dikit-dikit ngomong milik ALLOH, sedangkan saat istrimu saya singgahi dan kalau perlu saya tempati, kalian ngamuk-ngamuk. Bukankah istri-istrimu juga milik ALLOH? So, saya berhak, dong “menempatinya”.

Kesimpulanya ….

Menurut kamvret HTI FPI, yang Islam itu haruslah yang “memusuhi pemerintah, yang berjihad dengan menyebar hoax, yang mengkafirkan sesama dan harus menuduh PKI kepada yang tidak sefaham dengan kelompok mereka.”




Percaya gak percaya, inilah definisi Islam menurut mereka. Dengan kejadian-kejadian seperti ini, sebenarnya ada pertanyaan yang mengganjal di benak saya, yakni: “Apakah dulu waktu pembagian otak, mereka-mereka ini pada ke mana? Ketidurankah?”

“Loh, cadarnya kok gak dibahas, Pakne? Istriku bertanya. Lah, kalau cadar itu sudah final bune, cadar itu bukan syariat melainkan hanya budaya saja. Seperti tulisan di trowulan kemarin itu lho bune. Yang bunyinya:

“Bangunan ini adalah CADAR budaya, tolong jangan merusaknya”

Nah jelas kan, bune? Kalau cadar itu ternyata bukan syariat melainkan sekedar budaya.

Salam Jemblem.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.