Kolom Eko Kuntadhi: DAI ASAL JEPLAK

Dalam sebuah kesempatan, Somad melontarkan omongan. Nabi Muhammad gagal menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Hanya khilafah yang mampu menegakkan itu. Kata Somad dalam ceramahnya di depan anggota HTI, Rasulullah hanya rahmatan lil alamin untuk dirinya dan keluarganya saja.

Orang-orang protes dengan pernyataan itu. Tapi tidak ada penjelasan berarti dari Somad. Isu berlalu begitu saja. Dan orang percaya bahwa Somad adalah seorang dai.

Pada kesempatan lain, Somad juga bicara bahwa penganut Islam bermazhab syiah pantas diusir dari masjid. Dia memprovokasi orang untuk melakukan tindakan buruk kepada saudaranya sesama muslim. Padahal sejak dulu jutaan jemaah haji dari berbagai mazhab dalam Islam bebas memasuki dan beribadah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.




Tidak pernah ada larangan untuk penganut mazhab manapun untuk bertamu ke rumah Allah dan bersimpuh di masjid Nabi. Tapi Somad rupanya merasa dirinya lebih dari para ulama besar dunia. Dia menyerukan sebaliknya. Dan ada orang yang lebih mengikuti anjuran Somad ketimbang mengkuti anjuran ulama-ulama besar agar umat Islam menjalin persatuan dan ukhuwah dengan berbagai mazhab pemikiran.

Ketika para ulama besar sedang menyerukan suara persatuan dan ukhuwah, Somad datang menyerukan pengusiran.

Pada kesempatan lain, Somad bicara soal Bashar Asaad. Katanya Asaad adalah rejim yang membunuhi rakyatnya. Dia menuding Asaad dengan keji, seolah paling memahami kondisi Suriah.

Sebetulnya gak aneh. Tudingan Somad senada dengan tudingan Israel soal Asaad. Senada dengan tudingan AS. Senada dengan tudingan Saudi Arabia. Bahkan senada dengan tudingan kaum teroris yang menghancurkan kehiduoan rakyat Suriah dari segala penjuru.

Tentu saja banyak orang gerah dengan tudingan itu. Kemarin para alumnus lulusan Suriah menggelar pertemuan. Mereka bermaksud mengundang Somad. Tujuannya agar Somad mau mengklarifikasi pernyataannya mengenai kondisi Suriah dan peran Asaad.

Undangan disampaikan secara resmi. Tapi tampaknya tidak ada reaksi positif. Sampai pertemuan berakhir tidak ada kabar bahwa Somad bersedia hadir. Artinya, tidak ada niatan meluruskan informasi sama sekali.

Lalu siapakah yang sudah mendengar dan membaca tulisan Somad? Saya rasa banyak banget. Jikapun tabayun itu didatangi Somad, rasanya belum tentu bisa mengikis habis informasi melenceng tentang Suriah yang sudah terlanjur dilontarkan. Apalagi jika tanpa tabayun.

Betapa ruwetnya hidup di jaman ini. Ketika sebuah informasi dilemparkan begitu saja dan orang malas mencari fakta. Akibatnya yang mereka percayai adalah kekacauan. Informasi mempengaruhi pandangan. Pandangan mempengaruhi sikap. Sikap terefleksi dalam perbuatan.




Dengan segala tingkahlakunya yang sembarangan mengobral informasi, plus tidak ada niat tulus untuk mengkoreksi ketika salah, Somad berisiko ikut membodohi publik. Dalam ilmu logika, akan ada kesalahan berfikir di masyarakat. Sebab orang cenderung mempercayai kebenaran melihat dari siapa yang mengatakan bukan dari apa yang dikatakannya.

Istilahnya argumentum ad authority. Kalau yang ngomong dai kondang, isinya pasti paten. Padahal dainya sendiri malas tabayun. Kacau, kan? Kalau belakangan terjadi kekacauan cara berfikir umat, saya rasa, salah satunya disumbang oleh para dai yang asal njeplak kayak gini.

Kalau tentang Nabi aja Somad berani ngomong kayak gitu. Apalagi cuma soal Bashar Asaad.









Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.